Kilometer 2

165 46 44
                                    

Ruangan itu sunyi sejenak sejak kedua pria di dalam sana kehabisan bahan bicara. Satu pria memainkan pena di tangan kanan selagi berputar pelan di kursinya. Satu lagi, masih membolak-balik kertas yang tidak dibacanya sama sekali karena ia sudah membacanya empat kali.

Deru pendingin ruangan mengalun di dalam sana, menggerakkan pelan bulu-bulu yang terdapat di permadani bercorak hitam putih. Tanaman hias di pojokan juga mengangguk pelan akibat angin dari pendingin yang berputar itu. Sedangkan dua lampu diatas mereka tak dapat menyembunyikan temaram di ruangan tanpa jendela ini.

Lalu pintu ruang kerja itu terbuka dengan sedikit hentakan, membuat kedua orang di dalam sana menoleh, "Dia di sini."

"Aku akan menemuinya." Gellar berdiri dari duduknya. Pria itu sekarang mengekor di belakang salah satu pegawai tadi.

"Kumohon jangan lakukan sesuatu yang bodoh kali ini," bisik atasan Gellar untuk dirinya sendiri sebelum sepenuhnya menyenderkan tubuh di kursi besar itu.

***

Gellar membuka pintu di hadapannya lalu masuk ke ruang interogasi. Netranya melihat seorang pria sedang duduk tertunduk. Gellar lalu menarik kursi dan duduk di sana, membuat pria satu lagi menatap wajahnya.

Pupil mata Gellar melebar. Ia mengenali pria dihadapannya. "Brengsek!" umpatnya lalu mulai menghantamkan tinju pada pria di seberang meja.

Benggala menghentakkan tangannya yang terborgol di bawah meja, membuat benda itu tensentak dari meja tempatnya melekat. Dengan segera, pria itu mengarahkan tangan terborgolnya ke arah leher Gellar yang matanya sudah memerah, sehingga rantai tersebut sakarang bersentuhan kuat dengan leher Gellar.

Namun, usaha itu dirasa belum cukup karena Gellar masih menguasai permainan dengan mendorong Benggala ke dinding sebelum pria itu menghindar hingga membuat Gellar-lah yang menabrak dinding di depannya.

Benggala dengan tangan terborgol segera meraih kursi di sebelahnya setelah berhasil meloloskan diri dari kebuasan Gellar. Belum sempat ia menjadikan kursi itu senjata, sebuah hantaman terasa menabrak ulu hatinya. Ia terpental akibat pukulan Gellar.

Gellar mengunci Benggala di bawah tubuhnya sebelum kembali menghantamkan kepalan tangannya pada pria itu. Kali ini, Benggala berhasil mendorong Gellar menjauh dan kembali berdiri memasang kuda-kuda yang siap dengan serangan Gellar.

"Apa yang kalian lakukan? cepat hentikan mereka!" perintah seseorang di ruang monitor saat melihat anak buahnya malah menonton dua makhluk buas sedang beradu kepal di monitor depan.

Kamera CCTV yang terpasang di ruang interogasi menampilkan siaran langsung kejadian itu di monitor besar, di mana beberapa orang mengawasi jalannya interogasi yang seharusnya dilakukan Gellar.

Masing-masing mereka menggeleng cepat, menyatakan diri tidak siap masuk ke dalam ruangan yang berisikan dua makhluk buas itu.

Saat orang-orang menolak masuk keruangan itu, kedua manusia buas itu sudah kembali menyerang satu sama lain.

Permainan dikuasai Gellar yang sekarang mendorong tubuh besar Benggala ke pintu depannya. Bukan tanpa perlawanan Benggala menerima hal itu. Namun, ia lebih tahu diri di posisi mana ia sekarang. Ia sudah tersudut, tidak ada gunanya melawan. Lebih baik menghindar.

Gellar menghantamkan tinjunya ke arah kepala pria dihadapannya, namun Benggala menghindar sehingga kepalan tangan Gellar menyebabkan lubang di pintu belakang Benggala.

Lihat? Tidak ada gunanya melawan jika sudah seperti ini. Namun, tubuh Benggala bergerak berlawanan. Ia mendorong tubuh tegap Gellar menyingkir dari hadapannya lalu berbalik menendang perut pria itu. Setidaknya, ia harus bisa menjinakkan makhluk satu ini.

Keadaan berbalik sekarang.

Namun, tidak untuk waktu yang lama. Gellar bangkit dan kembali memberi pukulan yang bisa ditangkis Benggala. Satu pukulan untuk perutnya, Benggala bergeser lima senti membuat pukulan itu meleset.

Satu pukulan lagi diberikan Gellar untuk kepala Benggala, kali ini tangan kanan Pria itu menangkis pukulan Gellar.

Sebuah jab diberikan Gellar ke arah kepala Benggala yang langsung menangkisnya, membiarkan pertahanan tubuh bagian kirinya terbuka dan langsung dihadiahi pukulan hook dari Gellar. Tubuh Benggala mundur dua langkah.

Belum sempat Benggala memasang kuda-kuda, Gellar menghadiahi tendangan pada perut pria itu, membuatnya terlempar dan menghancurkan pintu di belakangnya. Kini Benggala terbaring pasrah di koridor di bawah tatapan orang-orang yang melihatnya ketika ia terlontar menghancurkan pintu kayu itu.

Ia tidak berniat bangkit dan melawan sebab tangan terborgolnya tak membantu banyak. Ditambah lagi dengan petugas keamanan yang sekarang sudah menodong senjata di hadapan wajahnya. Oh, dan jangan lupakan darah yang mengalir dari pelipis kanannya.

Ia mengembuskan napas. Benggala berdiri, menyerahkan dirinya pada petugas keamanan yang masih mengarahkan moncong senjata mereka tepat ke kepala Benggala.

Gellar sudah berlalu dari hadapan Benggala sejak pria itu berdiri dan borgolnya diganti dengan yang lebih kuat.

***
tbc.

KILOMETERWhere stories live. Discover now