26

2.2K 163 7
                                    

Youngho hendak menjawab, tapi suara putus asa yang memanggil nama Jungkook membuat mereka mengalihkan pandangannya.
.
.
.
"J-Jung... Jungkook.... Tidak... Tidak mungkin..." Pemilik suara tersebut adalah Park Jinyoung, ia berjalan dengan pincang dan wajah merah karena menangis. Ia mendapat kabar dari Jaebum, karena Jungkook dibawa ke Rumah Sakit tempat Jaebum bekerja.

Jungsan dan Youngho segera berdiri, Jinyoung melihat jelas darah itu di baju Jungsan yang tak ia kenal karena Jungkook belum membicarakan hal ini, ia bahkan sampai syok dan mengira Jungsan adalah Jungkook.

"Kamu... Jungkook... Kan???" Memegang lengan Jungsan karena ia kira bertemu dengan arwahnya atau takut salah dengar.

"Aku... Jungsan, Park Jinyoung-ssi... Aku adik kembar Hyung... Jungkook Hyung..." Menggigit bibir bawahnya ketika mengucap kalimat akhir, karena ia takkan bisa memanggil seperti itu lagi pada Jungkook.

"Ap-Apa..." Langsung terduduk lemas, Jungsan mengepalkan kedua tangannya untuk menguatkan dirinya. Rupanya Jinyoung tidak datang sendirian, ada Ayah, Ibu dan Jaebum, mereka masih tidak percaya dengan kepergian Jungkook dan syok melihat Jungsan yang persis seperti Jungkook.

Youngho menghalangi mereka bertiga agar mereka tak menanyakan hal yang sama tentang Jungsan yang mereka kira Jungkook. Barulah mereka bertiga menangis sejadi-jadinya seperti kehilangan anak sendiri setelah dijelaskan oleh Youngho tentang Jungsan yang merupakan adik kembarnya.

Jungsan berlutut dengan satu kaki, ia memeluk Jinyoung agar sedikit menenangkannya, tentu saja pelukan Jungsan semakin membuatnya menangis tak rela dan harus menerima kenyataan.
.
.
.
Rumah Jeon.

Sungkyung berada didalam mobil, ia bersiap-siap untuk mempersiapkan ekspresi yang tidak tahu apa-apa, ia bahkan terus memegang tangannya yang gemetar hebat dan menenangkan dirinya sendiri tentang Jungsan yang tak akan mengusik lagi karena kapok.

"Pas-pasti dia udah kapok kan tentang mengangguku yang bisa menghilangkan orang kesayangannya? Haha... Ya.. pasti begitu, dia takkan berani mengusikku." Keluar dari mobilnya dan menarik napas serta membuangnya, ia pun menjadi Sungkyung seperti biasanya dan berjalan masuk ke Rumah dengan senyum.

"Eomma pulang—" melihat kekacauan semua orang yang berada dalam kondisi muram.

Yoongi, Hoseok, Namjoon dan Jimin duduk di lantai dengan sedih, sedangkan Taehyung masih sesenggukan, dan Seokjin yang menunduk, serta para pembantu Jeon yang terlihat kosong tanpa jiwa, mereka semua duduk dilantai karena tak sanggup berdiri.

"Kenapa kalian semua begini? Ada apa??" Sungkyung tentu tahu apa yang ada dibalik ekspresi mereka, ia berpura-pura tidak tahu dan mencoba menarik lengan Yoongi untuk berdiri, tapi anak itu tidak merespon sama sekali.

"Yoongi-a? Ayo bangun, kenapa kamu begini?"

"Eomma... Apa Eomma tau? Kalau Jungkook meninggal?" Yoongi mendongak kepalanya karena sang Ibu masih berdiri di sampingnya.

"H-hah??? Mana mungkin? Jangan bercanda, ini bukan April mop, sayang."

"Ini pasti ada hubungan dengan Eomma kan?" Taehyung langsung berdiri dan menatap tajam Ibunya itu. Tentu saja Sungkyung langsung tersulut emosi karena anaknya ini berani menyudutkannya.

"Apa kamu bilang? Kamu berani sekali langsung nuduh Eomma seperti itu, hah?! Siapa yang mengajarimu?!" Hendak menampar Taehyung, tapi tangannya langsung di tepis dengan kasar.

"Jungkook berdasarkan diagnosa Dokter akan meninggal dalam hitungan hari, dan ia meninggal lebih cepat dari diagnosa dan seharusnya ia aman bersama Jungsan."

"Dan juga, tidak ada yang ingin membunuh Jungkook selain Eomma!" Bentaknya yang langsung menusuk jantung Sungkyung.

"Terus kamu menuduh Eomma membunuhnya, hah?! Buat apa Eomma membunuhnya? Apa untungnya buat Eomma?!!!" Teriak Sungkyung hingga membuat Seokjin langsung emosi karena ia mendengar suara yang sangat keras.

"DIAAAMM!!!!" Teriak Seokjin hingga membuat anak-anak serta pembantu terkejut bukan main, kecuali Taehyung yang seperti sudah tidak kaget lagi.

"Ayo kita datang ke Rumah Sakit daripada ribut gak jelas! Cepat kalian semua ganti baju dan pergi ke Rumah Sakit, Ayo Tae!" Menarik lengan Taehyung agar menyudahi perdebatannya yang pasti takkan selesai, Taehyung menatap tajam Ibunya sebelum menurut pada Seokjin yang menariknya menjauh.
.
.
.
Jam 4 Pagi.

Ruang Jenazah.

Saat ini, Jungkook sudah dimandikan serta dipakaikan pakaian formal yang rapi, ia dibaringkan ke tandu stainless dan membiarkan keluarga untuk bersiap melepas orang yang telah meninggal. Jungsan dan Youngho juga sudah berganti baju untuk menjadi pendamping.

Jungsan duduk disamping Jungkook yang kaku dan juga pucat, ia menatap wajah Jungkook dan memegang lengannya.

"Hyung... Kita baru saja beberapa hari bertemu setelah sekian lama kita berpisah... Aku tau setiap pertemuan pasti ada perpisahan... Tapi aku tidak mau tau kalau itu bisa cepat atau lambat..." Menarik napas dan membuangnya pelan, matanya kembali memanas dan bersiap akan menangis.

"Aku bahkan ingin sekali disayang olehmu dan merasakan kasih sayang dari Hyung lebih lama... Bahkan harusnya aku menikmati sisa waktu terakhir sebelum kamu meninggal karena tumor... Tapi rupanya kamu nggak sabaran yah.... Ingin cepat-cepat menemui Orang Tua kandung kita disana." Mengatur napasnya yang memburu.

Jungsan menunduk dan tak sanggup bicara lagi, ia menggigit bibir bawahnya. Kenangannya tentang bersama Hyungnya terputar di otaknya, tingkahnya yang senang menjahili Hyungnya atau memeluknya dari belakang ketika Jungkook sedang memasak atau sibuk. Tangisannya kembali pecah ketika wajah sebal Jungkook karena diganggu muncul dalam benaknya. Atau bahkan mengingat suaranya yang merajuk karena kesal pada Jungsan.

Taehyung dan Seokjin datang dengan mata bengkak, mereka berdua mendapati Jungsan yang sangat kehilangan dan merasakan sakit hatinya, mereka mengerti bahwa Jungkook dan Jungsan baru saja bertemu, tetapi dipisahkan oleh maut yang ternyata datang jauh lebih cepat dari perkiraan.

Seokjin melihat Taehyung yang ragu untuk masuk atau memang tidak mau masuk, ia menarik pelan tangan Taehyung dan mendekati jenazah Jungkook sambil menahan tangis. Jungsan melirik mereka berdua dan ia memilih keluar dari ruangan itu, ia pergi ke atap untuk berteriak sepuasnya karena hatinya sangat sakit.

Taehyung langsung memeluk tubuh Jungkook dan terus bertanya-tanya kenapa pergi secepat ini. Seokjin bahkan menutup matanya dengan tangan.

"Kenapa kau pergi secepat ini? Kau bilang mau bersamaku selama 1 bulan! Tapi kenapa kau pergi duluan sebelum 1 bulan itu berakhir? Kenapa?!!" Tanya Taehyung sambil menangis dan menatap wajah Jungkook yang tertidur dengan damai. Ia memegang pipinya dan mengelus dengan pelan.

"Kamu memang tampan adikku..." Suara putus asa, ia mencium dahi Jungkook dengan lembut untuk terakhir kalinya. Seokjin bahkan meninggalkan mereka berdua karena tidak sanggup menghadapinya. Hatinya sangat sakit dan juga merasa bersalah karena ia memberi batasan saat Jungkook ingin mendekatinya berulang kali, dan ia baru melepas batasan itu saat mereka berdua sedang belanja bersama.
.
.
Atap Rumah Sakit.

Jungsan membuka pintu atap dengan kasar dan ia langsung berteriak sepuasnya untuk meredakan sakit hati yang tidak bisa ia tahan.

"AAAAAAHHHH!!!!!" Meremas dada kiri kuat-kuat dan kembali berteriak sambil menundukkan tubuhnya. Tak lama kemudian, ia langsung berjongkok karena tak sanggup berdiri dan kembali menangis.

Tiba-tiba saja terdengar langkah kaki yang mendekati Jungsan secara pelan.

"Jungsan-a.." ucap orang itu hingga membuat Jungsan menoleh ke sumber suara dan melebarkan matanya.

"H-Hyung?"
.
.
.
To Be Continue.



Mianhae Jungkookie [END ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang