chapter 8

118 21 7
                                    

"Levi..."

"Hmm?"

"Sekarang sudah jam berapa?"

Levi melirik jam tangan Rolex yang melingkar di pergelangan tangannya "Jam 01:10"

Petra menghela nafas, "masih lama ya.."

Levi membelainya dan membawanya kedalam pelukan, "kurang lebih 5 jam lagi. Kau jangan khawatir, ada aku disini"

Petra tersenyum.

"Kenapa kau tidak kembali tidur? Tidurlah di kamar bersama Ibu. Tenang saja, aku, Kenny, Hange, dan Farlan akan menjaga kalian"

"Akhir-akhir ini aku jadi susah tidur" Petra menghela nafas.

"Tubuhmu harum sekali, boleh aku menghirupnya?" Petra menyeringai kecil.

"Kau bisa menghirupnya sepuasmu" Levi menangkup kedua pipi Petra dan mencium bibirnya sekilas.

"Arghh..." Petra mengerang kecil.

"Petra, kenapa?!"

"Uh... Aku tidak tahu, perutku terasa sakit"

Levi mengerutkan kening, jangan-jangan istrinya mau melahirkan.

"Mungkin kau akan melahirkan"

Petra menggeleng, "tidak. Dokter bilang waktunya sekitar 1 minggu lagi"

Mendengar itu, semakin membuat Levi berhati-hati.

"Kalau begitu istirahat lah di kamar, aku tidak ingin kau kenapa-kenapa. Lakukanlah demi aku, oke?"

"Aku tidak mau..." Petra menggeleng cepat, "aku ingin disini saja denganmu"

"Petra.. Kau tidak mau menuruti suami mu? "

Petra tetap kekeh untuk tetap tinggal di ruang tengah bersama Levi. Wanita itu justru malah membenamkan wajahnya di dada Levi. Membuat Levi bingung harus mengatakan apa, selama hamil Petra memang jadi seperti anak kecil.

"Huhh dasar..." Levi mengalah. Membiarkan Petra berada di pelukannya.

***

"LARIII!!!"

Dor

Dor

Dor

Suara senjata terdengar membahana dan saling berhasutan. Patung-patung itu terus menembaki apapun yang ada di hadapan mereka. Membuat mall itu porak poranda. Eren, Mikasa, dan Sasha berlindung di balik rak makanan menghindar dari serangan membabi buta tersebut. Namun itu percuma, karena patung-patung itu ternyata bisa berjalan dan masuk ke dalam mall untuk mencoba membunuh mereka.

"Gawat!!"

Mereka terkepung.

"Eren, kita ke lantai atas!" teriak Mikasa.

Eren setuju, mereka pun kembali naik ke lantai atas melewati tangga, sambil menundukan kepala agar tidak terkena tembakan.

Setelah sampai di lantai atas mereka bisa bernafas lega. Setidaknya mereka telah berhasil menghindari patung-patung menyeramkan itu. Tapi ternyata dugaan mereka salah, karena patung-patung itu kini sedang menaikki tangga menuju ke lantai dua.

"Sial!!! Sebenarnya mereka ini apa?!" Eren menggerutu kesal.

"Aku baru tahu patung bisa melakukan itu" timpal Sasha.

Di lantai atas tidak ada jalan keluar. Hanya ada dinding kaca yang mengarah ke jalanan. Mereka tak tahu harus berbuat apa. Ketiganya hanya mondar-mandir tidak jelas sambil sesekali mengumpat kesal. Sedangkan para patung aneh itu sudah mulai mendekat, suara gertakan kakinya terdengar menyeramkan di telinga mereka.

𝗔𝗡𝗔𝗥𝗖𝗛𝗬 (Slow Up)Where stories live. Discover now