chapter 18

83 12 23
                                    

"APA?!" Levi berdiri dari posisi berlututnya sambil melihat Hange dengan tatapan tidak percaya. Lebih tepatnya, belum.

"Jangan bercanda, Hange. Dokter bilang Petra akan melahirkan dalam beberapa hari lagi" tambah pria bersurai itu. Masih dengan tatapan yang sama.

"Coba lihat mataku, Levi! Apa aku terlihat seperti sedang bercanda hah? Dokter memang berkata demikian tapi kita tidak pernah bisa menebak kapan itu terjadi. Benar kan?!" ujar Hange dengan nada bicara tinggi.

Levi mematung seketika. Pria itu kemudian berlutut kembali untuk menggenggam erat kedua tangan istrinya. Tangan mungil itu terasa sangat dingin tidak seperti biasanya.

"Petra.. Kau masih merasakan itu?"

"Iya.. Rasanya sakit sekali, Levi" ujar wanita itu lirih. Rambut caramelnya sudah terbasahi keringat, pun bibirnya yang terlihat pucat. "Bukan hanya sakit, tapi punggungku terasa panas"

"Oke, aku ingin kau tenang dulu. The Purge akan berakhir kurang lebih satu jam lagi. Kau harus sabar, oke, sayang? Setelah tradisi sialan ini berakhir aku akan langsung membawamu ke rumah sakit, aku janji. Tapi aku ingin kau bersabar dulu sekarang"

Levi dan Hange saling beradu pandang. Satu jam lagi? Itu lumayan lama. Apakah Petra akan bertahan? Hal yang mustahil juga bagi mereka jika membawa Petra kerumah sakit sekarang. Rumah sakit, kepolisian, dan layanan medis lainnya tidak tersedia ketika The Purge berlangsung. Setelah sirine dibunyikan tanda The Purge berakhir pun mereka harus menunggu sekiranya 30 menit sampai akhirnya semua lembaga kembali beroperasi.

"Hei, ada apa ini?" Kuchel mendekati Petra lalu duduk disebelahnya. Kuchel sadar ada yang berbeda dengan menantunya itu.

"Ibu!"

"Levi, Hange, ada apa?"

"Petra merasakan sakit pada punggungnya. Mungkin sebentar lagi dia akan kontraksi" jawab wanita berkacamata itu.

Berbeda dengan yang lain, Kuchel terlihat tampak begitu bahagia setelah mendengar ucapan Hange. Seolah melupakan begitu saja bahwa The Purge masihlah berlangsung. Dengan mata yang berbinar Kuchel tersenyum kepada Petra.

"Apakah ini artinya cucuku akan lahir sebentar lagi?"

Petra tersenyum tipis membalas Kuchel namun setelah itu Petra meringis lagi. "Ahhh...."

"Petra!"

"Oke, oke, cepat baringkan dia!" perintah Kuchel kepada Levi dan Hange. Tubuh Petra dibaringkan di atas sofa dengan posisi kaki melurus. Setelah itu Kuchel berlutut di sampingnya sembari membelai lembut pucuk kepala Petra.

"Tidak apa-apa sayang.. Semua akan baik-baik saja"

Nafas Petra terengah-engah, berulang kali wanita itu mengambil nafas lalu menghembuskannya lagi dengan terburu-buru.

"Ibu...." setitik air bening jatuh dari sudut mata Petra, "aku takut..." ujarnya lirih. Ada rasa ketakutan yang begitu besar dalam diri Petra. Petra takut ia tidak akan baik-baik saja, terutama kepada bayinya.

"Dulu ketika Ibu mengandung suamimu.. Ibu juga merasakan hal yang sama. Ibu juga ketakutan. Tapi ibu yakin semua akan baik-baik saja. Kenapa? Karena ibu sadar ibu tidak sendiri" Kuchel masih membelai surai caramel Petra, "lihatlah sekelilingmu, Petra. Kita semua ada untukmu. Ibu, Levi, Hange, Kenny, semuanya ada disisimu. Kau tidak sendiri, kau juga harus yakin pada dirimu kalau kau akan baik-baik saja.. Yakinlah!"

Petra tersenyum tipis. Ia mengangguk menyahuti pernyataan Kuchel, "iya, ibu.."

"Apakah sudah waktunya?" Kenny ikut bersuara.

Hange menggeleng "tanda-tandanya memang sudah muncul tapi kita tidak tahu pasti kapan waktunya tiba" tambah wanita itu.

Kenny mendekati Petra dan sambil menyentuh ujung hidungnya Kenny berkata,

𝗔𝗡𝗔𝗥𝗖𝗛𝗬 (Slow Up)Where stories live. Discover now