chapter 9

111 24 2
                                    

Historia berjalan tertatih-tatih menyelusuri jalan raya. Sendirian. Tanpa alas kaki. Hanya mengenakan baju tidur selutut warna putih yang kini sudah kotor dan lusuh. Ia juga tidak tahu jam berapa sekarang, ia hanya ingat saat dirinya terbangun di atas tanah sekitar beberapa menit lalu. Kaki serta wajahnya yang mulus berubah menjadi lecet dan penuh luka serius akibat dari ledakan bazooka yang mengenainya. Yang awalnya adalah putri seorang konglomerat tapi kini Historia tak jauh beda dengan pengemis ataupun gelandangan.

"Arrghh...." ia melenguh pelan. Rasa nyeri di kepalanya semakin membabi buta, ia butuh istirahat. Tetapi dimana?

Manik biru lautnya teralihkan ke sebuah rumah yang berada tak jauh darinya. Historia pun mendekatinya, semoga ada orang baik yang mau membantunya. Ia sangat berharap bisa mendapat pertolongan.

"Tolong.. Tolong aku!!" Historia menggedor-gedor pintu rumah berlapis besi itu.

Pintu itupun dibuka. Terlihat pengamanan yang amat ketat dirumah itu, sebab terdengar sampai sepuluh suara 'klik' pertanda gembok dibuka.

"Tolong aku...kumohon!! Aku terluka, please...!!" Historia tak henti-hentinya memohon. Sedangkan si pemilik rumah, yang mana adalah seorang wanita berusia sekitar 40 tahun-an menatap Historia dengan tatapan meneliti.

Wanita itu terlihat tidak yakin, pasalnya penampilan Historia sangatlah berantakan. Rambut acak-acakan, luka lecet penuh darah, dan berjalan tanpa alas kaki. Bagaimana jika gadis itu adalah penjahat yang menyamar? Di malam The Purge ini memang jangan terlalu mudah percaya dengan siapapun.

"The Forever Purge! The Forever Purge!" tiba-tiba segerombolan geng motor bertopeng binatang lewat di depan rumah wanita itu. Historia tersentak, dan si wanita segera mengunci kembali rumahnya secepat mungkin. Membiarkan gadis malang itu sendirian di luar.

"Tidak, tunggu.. Jangan ditutup! Tolong aku... Tolong... Kumohon...!!" Historia menggedor-gedor pintu itu lagi. Tidak sengaja manik matanya bertatapan langsung dengan salah satu anggota geng itu. Orang tinggi besar memakai topeng kambing bertanduk.

"Oh tidak..." Historia merasa nyawanya terancam. Dengan secepat kilat ia langsung berlari meninggalkan rumah tersebut. Tidak mempedulikan rasa sakit di telapak kakinya saat menyentuh aspal, sama sekali tidak. Prioritas utamanya saat ini adalah nyawanya.

Dan tentu saja geng motor itu tak tinggal diam, mereka mengejar Historia. Meski dirasa percuma karena mereka naik motor sedangkan Historia hanya mengandalkan kakinya untuk berlari, tapi ia yakin ia bisa selamat dari kejaran para bandit itu.

Dor

Dor

Dor!

Geng itu menembakaan senjatanya ke atas. Historia kaget, ia kira ia yang di tembak. Syukurlah jika bukan.

"Wuhuhuhu.. Kemarilah gadis kecil, come to papa "

Bulu kuduk Historia bergidik ngeri mendengar itu. Dasar orang-orang biadab! Masih pantaskah mereka disebut manusia?

Historia masuk ke dalam gang sempit dan gelap agar terhindar dari kejaran para bandit. Membuat mereka kebingungan. Setidaknya Historia bisa bernafas lega selama beberapa detik. Meskipun akhirnya ia tertangkap juga karena salah seorang dari mereka mencegatnya dari depan.

"Arrrghhhh.... Lepaskan.. Tolong!!!!" perbedaan ukuran tubuhnya memudahkan mereka untuk mengangkat tubuh kecil Historia.

"TOLONGGG... AAAA..... "

Bugh!

Historia berhasil memukul wajahnya dan orang itu pun melepaskan Historia sambil melenguh kesakitan.

𝗔𝗡𝗔𝗥𝗖𝗛𝗬 (Slow Up)Where stories live. Discover now