•31• Volcano

232 35 0
                                    

Ketika hidup mengecewakan, pelarian terbaik adalah kenangan saat diri merasa dicintai.

👑

Volcano: suatu bentuk lahan atau gunung tempat lava, pecahan batuan, uap panas, dan gas meletus dari kerak bumi.

👑

Gizca berjalan-jalan kecil di sekitar taman sekolahnya. Perkataan bunda serta ayah tirinya beberapa hari yang lalu sukses membuatnya kepikiran.

Usianya sudah menginjak angka ketujuh belas. Apa dia siap untuk memiliki adik?

Mungkin di luaran sana ada orang yang usianya lebih tua daripada Gizca dan baru akan memiliki adik, tapi rasanya entah kenapa Gizca sangat merasa kecewa. Bagaimana mungkin?

Setelah mereka menikah dan membuat harapannya pupus, sekarang juga ia harus memiliki adik dari pernikahan mereka yang tak pernah sepenuhnya Gizca restui.

Jujur dari lubuk hati Gizca yang paling dalam, dia bahagia mempunyai ayah tiri sebaik Feri. Feri menganggapnya seperti putri kandungnya sendiri. Gizca sangat-sangat bersyukur karena bagaimanapun ini pertama kalinya Gizca merasakan figur seorang ayah.

Sedari Gizca lahir, dia tidak pernah sekalipun digendong oleh pria yang dia sebut dengan sebutan ayah. Tidak pernah. Entah ke mana perginya sang ayah sampai tega meninggalkan putri kecilnya.

"Hei!"

Gizca memicingkan matanya, dari kejauhan sana Alifan menyapanya. Tak membutuhkan waktu lama akhirnya dia sudah berada tepat di hadapan Gizca.

"Lo kenapa? Gue liatin dari tadi lo bengong terus. Lo lagi ada masalah?" tanya Alifan sedikit kepo.

"Yuanfen¹ dan la douleur exquise². Berat banget ya, Al?"

Alifan menghela napasnya berat. Lagi dan lagi soal itu. Itu bukan hanya berat untuk Gizca, tapi untuk dirinya juga.

Dengan pelan Alifan mengangguk. Jujur lebih baik, bukan? Ya karena memang Alifan sendiri secara tidak sadar ikut merasakan apa yang Gizca rasakan.

Karena sampai saat ini, perasaannya untuk Gizca masih sama. Sangat besar dan spesial.

"I want to have a sister too."

"Lo sama Nevan?" Alifan bertanya lebih jelas.

Gizca mengangguk kecil. Raut wajahnya kembali murung.

Dulu saat masih kecil, Gizca selalu menginginkan seorang adik. Tapi itu tidak mungkin karena hampir enam belas tahun dia hanya hidup berdua dengan bundanya.

Saat itu juga Lili hanya ingin fokus membesarkan Gizca dan membuatnya putrinya itu bahagia.

"Gue bingung harus sedih atau senang. Harus kecewa atau bahagia? Dulu gue pengin, tapi sekarang udah enggak. Rasanya udah beda banget, Al. Apalagi kalau adiknya itu dari pernikahan bunda sama Om Feri. Om Feri loh, Al ...." Gizca sedikit menekan bagian saat dia menyebut nama ayahnya.

Sebelah tangan Alifan bergerak mengusap punggung Gizca dengan lembut.

"Gue ngerti."

"Sejak mereka nikah, gue gak pernah berharap kalau mereka bakalan punya anak lagi. Udah cukup gue sama Nevan aja yang jadi anak mereka berdua. Karena gue tau, kalau mereka sampai punya anak lagi, hubungan mereka semakin erat. Mereka semakin sulit buat dipisahin," lanjut Gizca.

'𝐒𝐆𝐆' 𝐀𝐦𝐛𝐢𝐭𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥𝐬 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now