CHAPTER 6 : OUT OF THE BLUE

819 151 38
                                    



A/N :

Sebentar, aku mau ngoceh dulu.

Emang ya, kalo lagi semangat tuh, adaaaaa ... aja cobaannya. Gak tau WP lagi error atau emang gue lagi apes aja, daritadi nyoba masukin foto gak bisa bisa. Itu lewat PC. Nah ganti lewat HP, bisa, tapi aku gak sreg kalo publish lewat ponsel. Jadi ku save dan balik lagi ke PC dan foto foto yg udah di post ngilang. File not supported katanya. Kudu yg jpg. Lah emang formatnya jpg maliihh, mau yg pegimane lagi??

Balik lagi ke Ponsel, yes foto itu masih ada. Dan karena gue udah males dengan semua keremfongan ini, akhirnya dengan dongkol dongkol, ku publish lewat ponsel meski gak sreg. Kenapa gak sreg? Karena spasi di ponsel suka gak beres dan berubah rubah pas di baca. Suka bikin .... Hiiiihhh .... gitu. Dan akhirnya kudu ku edit lagi kaya chapter berapa itu. Bikin gatel liatnya.

Jadi, kalo ada foto yg ilang, atau (jangan sampe) paragraf yg ilang, let me know yaaa..

Oke, happy reading ...





*





Api menyala ketika Jimin menjentikkan pemantik. Dengan api itu, Jimin menyalakan lilin sehingga kegelapan bisa memudar. Diluar hujan masih deras dengan sekali kali petir menyambar di langit.

Membawa lilin di tangan kanannya, Jimin memeriksa pintu dan jendela di lantai satu. Memastikan semuanya terkunci dengan baik terutama pintu dan jendela yang menuju beranda samping. Jangan sampai ada celah dan air hujan masuk membasahi lantai. Seseorang akan murka dan mengoceh seharian pada Jimin padahal itu bukan kesalahannya sama sekali. Jimin kan bukan Avatar Aang yang bisa mengontrol elemen air dan angin.

Setelah semuanya rapat, Jimin juga memastikan beberapa peralatan elektronik dalam kondisi mati sehingga ketika listrik menyala lagi, benda benda itu tidak hidup sendiri dan membuat seseorang ketakutan dan menyangka ada hantu yang menggunakan TV atau AC dan histeris karenanya.


Omong omong tentang 'orang itu' ...


Jimin berhenti di kaki tangga, menoleh ke belakang, "jangan ditarik dong! Nanti bajuku melar!"

Seulgi, yang sedari tadi mengikuti Jimin rapat di belakangnya, bergerak jika Jimin bergerak dan berhenti jika Jimin berhenti, mengeratkan pegangannya pada bagian belakang baju Jimin, "ja..jangan banyak omong!" Serunya, ia menoleh ke belakang dan mendapati kegelapan yang menyeramkan disana. Seulgi menelan ludah lalu merapat pada Jimin. Dadanya menyentuh punggung Jimin.


Jimin melotot merasakan punggungnya hangat dan buru buru memberi jarak tetapi Seulgi menyentakkan pegangannya pada baju Jimin sehingga lelaki itu tersentak. Hampir saja terjatuh ke belakang dan meniban Seulgi jika ia tidak menyambar pegangan tangga. Lilin terguling miring di cawan yang Jimin pegang dan padam membuat Jimin mengumpat dan Seulgi merintih ketika kegelapan menelan mereka lagi.

Jimin kembali menyalakan lilin dengan pemantik yang ia kantungi. Lalu berbalik, membuat Seulgi melepaskan pegangannya tapi langsung menyambar kaus bagian depan Jimin, "mau mengintiliku sampai kapan hah??"

"Sampai listrik menyala." Cicit Seulgi, meremas remas baju Jimin.

Cahaya lilin menerangi wajah mereka, memantulkan bayangan yang bergerak gerak di dinding.

"Anak SD saja tidak sepengecut ini tau!"

Seulgi mengeratkan rahangnya. Akan menerima saja hinaan Jimin kali ini karena ia benar benar takut sendirian dalam kegelapan.

Melihat genggaman Seulgi pada bajunya justru makin erat, Jimin memutar bola matanya. Tau tidak akan ada gunanya mendebat cewek gila ini. Jadi ia membalikkan badan -Seulgi langsung melepaskan pegangannya dan menyambar kembali bagian belakang baju Jimin- dan menaiki tangga satu persatu dengan hati hati.

DOUBLE TROUBLEWhere stories live. Discover now