CHAPTER 21 : APPLE OF MY EYE

2.1K 144 138
                                    

A/N :

Apa ada diantara readers muslim yang mulai puasa hari ini? Kalau iya .... ng.... anu .... bacanya nanti malem aja ya, heheheehehee...



*



Seulgi sedang duduk manis di bednya ketika troli makan malam datang. Dia menunggu nunggu dan bertepuk tangan ketika troli sampai di depan bednya. Tapi langsung lesu setelah melihat menunya. Bubur yang disaring, sup ikan berwarna putih, dan sayuran rebus. Seulgi mendongak dan menatap pada petugas yang mengantarkan makanannya, "apa aku boleh makan yang lain? Ini tidak ada rasanya."

Petugas itu tersenyum, "anda akan segera pulih jika sudah bisa memprotes ingin makanan lain." Dengan cekatan, petugas itu meletakkan tray di pangkuan Seulgi, "tapi jika anda ingin segera pulang, sebaiknya makan ini saja."

Seulgi merengut, menerima sumpit yang diberikan petugas itu.

"Selamat menikmati." Ucap petugas itu, menunduk pada Jimin yang duduk di dekat bed.

"Terimakasih." Ucap Jimin.

Seulgi juga menggumamkan terimakasih. Tapi lalu ia menggerutu sambil membuka plastik wrap pada nampannya, "aku ingin makan ramyeon. Jajangmyeon. Aaaahhhh." Desahnya. Mulai menyuil ikan dan memasukkannya ke mulut dan meringis, "hambar." Keluhnya.

Meski begitu, Seulgi tetap memakannya. Dia makan sambil menatap Jimin, "kau kenapa? terlihat banyak pikiran dari tadi." Komentarnya, "ada masalah di kantor?"

"Hm? Apa? Tidak."

Seulgi menggigit sumpitnya, menatap Jimin lebih intens, "pasti ada sesuatu."

Jimin mengusap wajahnya, "tidak. Habiskan makananmu."

Seulgi menurut, mengambil sendok dan menyuap supnya. Tidak usah dinikmati, tinggal telan telan saja. Keluar dari sini dia akan memakan apa saja yang dia inginkan.

"Kau tidur di rumah malam ini?" Tanya Seulgi.

"Entahlah."

Seulgi mengangguk, ia menunduk, mempermainkan potongan ikan di supnya, "pulanglah. Tidur di rumah. Kau pasti lelah."

Jimin menelengkan kepalanya dan tertawa, "sudah ku bilang kau ini tidak bisa menyembunyikan perasaanmu. Tertulis besar besar di jidatmu, 'Aku tidak ingin Jimin pulang.'"

Seulgi merengut. Mendorong nampannya, "tidak, kok!"

"Tentu saja iya." Jimin mendorong kembali nampan pada Seulgi, menggenggamkan sendok di tangan Seulgi, "aku tidak yakin kalau Chanyeol akan bangun jika tengah malam nanti kau menangis kesakitan lagi."

Seulgi merasakan wajahnya memanas. Iya dia memang terus terusan terbangun semalam. Nyerinya datang dan pergi. Dan setiap kali perutnya nyeri, Seulgi akan bergelung miring dan yang mengusap punggungnya adalah Jimin.

"Kau juga." Seulgi menyendok kembali supnya, "ketika sakit kau mengerang ngerang memanggil manggilku. Jadi hitung saja impas."

"Tentu saja tidak impas!" Sambar Jimin, "jangan sampai aku membahas kejadian di toilet ya."

Wajah Seulgi sudah memerah sampai ke telinga, "aku kan sedang demam! Orang demam itu kadang mengigau!"

Jimin tertawa. Dia tidak akan pernah bosan untuk berdebat, untuk menggoda Kang Seulgi. Dan ketika mereka bertatapan, Jimin menghela nafas merasakan kenyataan memukulnya.


Dia jatuh cinta.


Seulgi melanjutkan makan dengan merengut, "aku rindu masakan ibuku."

DOUBLE TROUBLEWhere stories live. Discover now