Revenge

316 34 13
                                    

(20 Februari 2022)
















****

Tubuh dengan penuh darah merangkak pelan di atas tanah, mengabaikan tubuh yang sudah di lumuri tanah dan berusaha menahan kesakitan luar biasa di sekujur tubuhnya. Luka tusukan tepat di perutnya semakin mengeluarkan darah, dia hampir di ambang batas kesadarannya.

Sepasang sepatu hitam berhenti tepat di depan pria yang sedang sekarang, berjongkok dan menatap datar tanpa ekspresi. Sedangkan pria yang tengah sekarat menengadah dan begitu melihat sosok yang dia kenali sebuah lengkungan indah di iringi ringisan kesakitan terpatri di bibirnya.

"K-kau... Su-sudah berhasil bukan?" Ucapnya dengan penuh kesakitan.

Sang pria tidak bergeming, mata berlari ke arah luka tusukan yang menganga mengeluarkan banyak darah. Pria yang sekarat itu menyadari arah tatapan itu dan kembali tersenyum. "Emm... Sebentar lagi, hanya sebentar lagi dan kau hanya perlu menunggu sebentar lagi agar aku mati"

Sang pria yang sekarat menarik nafasnya, penglihatannya mulai mengabur, tubuhnya mulai terasa kebas dan dingin tapi sedikitpun senyum di bibirnya tidak luntur. "J-jika... Dengan kematian ku dendammu terbalaskan maka syukurlah. A-a-aku... Aku se-selalu merasa bersalah se-selama ini. I-itu sangat menyakiti ku"

Mata coklat yang hampir terpejam itu mengeluarkan liquid menyakitkan dan tanpa di duga pria yang tengah berjongkok menjulurkan tangannya dan menyeka pelan lelehan air mata di sudut pipi seseorang yang pernah menjadi prianya.

Senyum pedih itu kembali dia tampilkan. "Haah, aku akan segera mati bukan? Ku mohon, setelah ini... Setelah ini ingat aku sebagai seseorang yang pernah dengan sangat mencintaimu"

Tangisannya pecah di iringi dengan rintihan kesakitan lalu kemudian tebatuk dengan darah yang menyembur keluar dari mulutnya. Lalu tubuh itu terlentang dengan sisa tenaga yang di miliki, senyuman kembali dia berikan lalu berbisik pelan.

"Sam.... Aku mencintaimu"

Detik selanjutnya tetesan hujan mulai bergerumuh turun membasahi tanah, menetes di atas tubuh penuh luka yang telah terbujur kaku.

Sang pria lain tanpa sadar mengeluarkan tangisan pelan, meratapi kepergian prianya.

"Maafkan aku... Maafkan aku"

Setiap ucapan maaf yang terucap kembali menggali memori indah di antara keduanya, lalu tangisan yang tadinya pelan berubah menjadi sedu sedan yang menyayat hati. Tubuhnya terjatuh, mengabaikan tanah di sekelilingnya yang telah menjadi lumpur, mengotori celana hitam miliknya. Tangannya dengan gemetar terangkat menyentuh lembut pipi yang selalu memerah saat mendengar ucapan cinta darinya. Pipi itu sudah dingin, pucat dan tanpa cahaya.

"Maafkan aku, ku mohon maafkan aku"

Derap langkah di belakangnya tidak dia pedulikan hingga sebuah tarikan membuatnya tersadar.

"Dia sudah mati, biarkan dia. Kita harus pergi dari sini"

Pikirannya kosong, matanya masih setia menatap tubuh yang telah terbujur kaku di tanah, tubuh yang pernah dia peluk dengan erat berbagi kehangatan kini telah pergi oleh karena sesuatu yang dia sebut balas dendam.

Matanya masih tidak lepas bahkan saat tubuhnya di seret paksa dari tempat itu.

"Jangan lupa jika aku mencintaimu"

Ya, dan aku juga mencintaimu....




















****

Oneshoot/Twoshoot [[SamYU]]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt