20. Momen dan Komitmen

2.7K 313 4
                                    

Happy Reading.

Jemima memperhatikan kuburan orangtuanya, menatap sendu dan berusaha menahan air mata yang ingin keluar dari pelupuk matanya yang indah. Sedikit melangkah ke depan dan duduk diantara kuburan itu tanpa takut dengan gaunnya yang akan kotor, ia memegang gundukan tanah dan menunduk. "Sudah tiga tahun aku tidak mengunjungi kalian." Jemima berucap pelan.

Ia mendongak melihat langit yang mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan. "Apa yang harus aku lakukan setelah ini?" tanyanya dengan sendu.

Ada pertemuan berarti ada perpisahan. Jemima merasa tidak tahu lagi dengan apa yang ia lakukan selanjutnya, Amber yang telah pergi bersama suami dan Kylie yang telah menjadi Ratu tiga minggu yang lalu juga tidak pernah melihat dirinya, mungkin sibuk karena menjalankan tugasnya sebagai Ratu. Begitu juga dengan Draco, entah apa yang ia lakukan setelah pernikahan Dimitri, ia benar-benar sibuk. Sedangkan mantan Raja dan Ratu mereka sering menghabiskan waktu bersama dengan berpergian entah kemana.

"Ayah, Ibu. Aku sangat ... sangat merindukan kalian."

Hujan mulai turun membasahi bumi, Jemima tidak peduli dengan tubuhnya yang mulai basah, tudung hitam miliknya sudah kuyup. Ia menikmati setiap tetesan hujan yang mengenai dirinya, tak peduli juga dengan ujung gaun yang sudah ternodai tanah liat. Lama-kelamaan hujan turun dengan deras, Jemima masih diam di tempat awalnya.

Jemima mengernyit saat tidak merasakan air hujan yang mengenai dirinya lagi, ia mendongak melihat sebuah tangan yang memegang payung bewarna putih. Menoleh ke belakang dan melihat Draco-lah yang memegangi payung itu, Draco tersenyum kecil dan membantu Jemima yang hendak berdiri.

"Sejak kapan kau berada di sini?" tanya Jemima dengan suara serak.

Draco tersenyum dan membuka tudung Jemima lalu mengusap air mata Jemima yang tersisa dengan sebelah tangan. "Kenapa tidak berteduh?" Draco berkata lembut tanpa menjawab pertanyaan Jemima.

Jemima menggeleng pelan dan melihat Samuel yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Draco menarik Jemima pelan dan membuat mereka berdiri bersebelahan dan sama-sama melihat gundukan tanah itu. Draco merangkul Jemima. "Untuk saat ini aku tidak tahu harus memanggil kalian apa. Tapi, aku akan memperkenalkan diriku ... aku Draco, kekasih Jemima. Senang bertemu dengan kalian," seru Draco dengan menatap kuburan orangtua Jemima bergantian.

Diam-diam Jemima tersenyum kecil, tetapi tidak dengan tatapan matanya yang masih memancarkan kesedihan. "Aku mencintai putri kalian." Draco menatap Jemima dengan lekat, lalu kembali menatap ke depan. "Aku berjanji akan selalu berada disisinya, melindunginya dan menyayanginya," sambung Draco dengan nada yakin.

Jemima tidak tahu harus berkata apa, meresa ragu untuk mendengar seorang laki-laki berjanji seperti ini. Takut, pria itu tidak bisa menepati janjinya seperti Dimitri.

"Aku akan memberikan dia sebuah keluarga."

Jemima menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia terisak pelan saat melihat Draco menatap lembut dirinya.

"Membuat dia tidak akan merasa kesepian lagi, sampai melupakan ada kata kesedihan di dalam hidupnya."

Jemima langsung memeluk erat Draco, menumpahkan segala perasaan yang bergabung menjadi satu. Draco mengelus pundak Jemima dan mengecup kening Jemima dengan mata terpejam, menikmati momen yang sedang terjadi saat ini.

Samuel menoleh kearah lain, merasa terharu melihat pemandangan di depan matanya ini. Dia salut dengan Jemima, bisa bertahan tanpa bimbingan orangtuanya.

Draco tersenyum dan masih menatap lembut Jemima. "Sekarang kita pulang," gumam Draco.

Jemima mengangguk, mengikuti langkah Draco menuju kereta kudanya yang berada di depan gerbang pemakaman. Menaiki kereta itu dengan hati-hati yang dibantu Draco, setelah itu disusul Draco, mengambil posisi duduk berhadapan dengan Jemima.

"Gunakan ini." Draco memberikan sebuah selimut yang memang disediakan oleh pelayan untuk berjaga-jaga diperjalanan.

Jemima menerima dalam diam dan memakai selimut itu. "Bagaimana bisa kau mengetahui kalau aku berada di sana?" tanya Jemima pelan, ia merapatkan selimut itu sehingga benar-benar menutupi tubuh mungilnya.

"Aku mencari dirimu di istana, tetapi kau tidak ada. Lalu aku menemui Bibi Emma, aku kira kau di sana, ternyata tidak ada juga ... lalu Bibi Emma bilang mungkin kau ke tempat makam orangtuamu."

Jemima sekali lagi merapatkan selimut di tubuhnya. "Sudah lama aku tidak berkunjung ke rumah Bibi Emma," cetusnya.

"Dia menanyakan dirimu, dia ingin bertemu denganmu. Pergilah, sepertinya Bibi Emma sangat merindukan dirimu." Draco menyelipkan anak rambut kebelakang telinga Jemima.

"Iya," balasnya. "Ke mana kau akhir-akhir ini?" tanyanya setelah mengingat kemana Draco pergi akhir-akhir ini.

Draco tersenyum dan mengusap pelan pipi Jemima. "Ada urusan, mencari kebenaran."

Jemima mengernyit, merasa tidak mengerti dengan ucapan Draco. Memandang Draco dengan curiga."Apa kau mencari ... gadis lain?!" pekiknya kaget.

Draco tersentak dan menyentil kening Jemima karena merasa gemas. "Untuk apa aku mencari gadis lain?" tanya balik Draco. Jemima merenggut kesal.

Jemima kembali diam memandang ke luar jendela, menampilkan pohon-pohon yang tumbuh disisi kiri dan kanan pohon. Menghela napas pelan tanpa menghiraukan Draco yang sedari tadi memperhatikannya.

*****

Dimitri membaca laporan dengan serius, bahkan ia tidak peduli dengan adanya Kylie yang duduk sebelahnya. Peran Dimitri yang sebagai Raja membuat dirinya bertanggung jawab untuk kesejahteraan kerajaan ini, dan untung saja Kylie tidak banyak tingkah, bersikap biasa dan memaklumi sikap dingin Dimitri.

Tapi, wanita mana yang selalu sabar menghadapi sifat dingin dan tidak peduli seorang suami, seolah ia tidak memiliki istri?

Kylie seperti boneka hidup saat bersama Dimitri, ia ada tetapi dianggap tidak ada. Berarti firasatnya yang mengatakan kalau ia akan menjadi Ratu pajangan ternyata benar-benar terjadi. Jujur saja, Kylie sedikit jengah melihat tingkah Dimitri.

"Yang Mulia, apa Anda menginginkan sesuatu?"

"Tidak!"

Kylie tersenyum kecut. Selalu, selalu seperti itu. Setiap ia menawarkan, Dimitri akan langsung menolaknya. "Baiklah, aku ingin ke perpustakaan, nanti jika Anda memerlukan sesuatu suruh saja pelayan mencariku di perpustakaan."

Dimitri hanya bergumam, bahkan ia tidak melihat Kylie sedetikpun. Setelah mendengar pintu tertutup kembali, Dimitri menatap pintu itu dengan sayu. "Maafkan aku," bisiknya pelan. Dimitri menyadari kalau Kylie pasti merasa tidak nyaman dengan sikapnya ini, tapi Dimitri juga tidak tahu harus bertingkah seperti apa kepada Kylie.

Cedric berdeham pelan membuat Dimitri menoleh ke arahnya. "Kenapa?"

"Anda terlalu ... dingin, Yang Mulia.

Dimitri mendengus dan berdiri mendekati jendela, ia melihat taman bunga beserta kolam ikan sekaligus. "Lalu aku harus bagaimana?" gumamnya.

Cedric menjadi bingung sendiri untuk memberikan jawaban seperti apa yang harus ia berikan kepada Dimitri. Apanya yang harus bagaimana? batin Cedric.

Dimitri memutar badan sehingga kembali melihat Cedric. "Kau tidak tahu bagaimana dengan perasaanku," ujarnya dengan nada datar.

Cedric menunduk merasa takut melihat Dimitri yang menatapnya tajam. Benar. Selama pernikahan, Dimitri sudah seperti orang lain. Dingin dan tidak tersentuh, bahkan ia juga menahan diri supaya tidak melampiaskan emosinya kepada Kylie. Louis saja yang sebagai mertuanya tidak pernah disapa oleh Dimitri, kecuali jika ada pertemuan penting, itupun Dimitri menyapa dengan formal.

Dimitri seperti membuat jarak dengan orang-orang kerajaan, ia hanya bersikap ramah kepada adik-adiknya saja. Dimitri sudah jarang mengunjungi kediaman Raja dan Ratu itu, entah kenapa ia merasa enggan untuk melihat keadaan orangtuanya. Dalam hal berkomitmen Dimitri tidak pernah main-main, tapi kali ini kenapa Dimitri merasa ingin bermain dalam komitmen ini? Terlintas dibenaknya untuk mencari wanita yang akan ia cintai seperti dirinya mencintai Jemima.

Dimitri tersenyum kecut, andai saja Jemima menjadi istrinya. Mungkin ... dia lelaki paling bahagia di kerajaan ini.

To Be Continue.

Minggu, 17 April 2022.

Princess Jemima Of Bloomsytch [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu