23. Kematian Raja Darren

2.1K 263 26
                                    

Happy Reading.

Draco menatap nanar lukisan Raja Darren yang berada di ruangan pribadi milik Ayahnya, ia menghadap ke atas berusaha menahan air matanya yang akan jatuh kembali.

Dua hari yang lalu tepat sepulang Draco dan Jemima dari air terjun, saat mereka berdua baru memasuki istana utama disuguhi dengan isak tangis keluarganya. Memgabaikan sebuah lukisan yang terpampang di depan peti, dan beramsumsi kalau lukisan itu hanya salah letak. Tubuhnya membeku dan mendekati sebuah peti yang tutupnya masih terbuka dengan perlahan, untuk memastikan sekali lagi jika orang yang meninggal kali ini bukanlah seseorang yang sangat berarti baginya.

Namun, melihat dari raut wajah keluarganya, dan satu-satunya anggota kerajaan yang tidak menahan tangis ataupun menangis adalah Raja Darren. Tubuh Draco melemas saat melihat wajah yang mirip dengannya terbujur kaku di dalam peti dengan mata terpejam erat. "Ayah," lirih Draco sangat pelan.

Dimitri sontak berdiri dan merangkul pundak Draco seolah menguatkan padahal dirinya sendiri sama hancurnya dengan sang Adik. "Duduklah terlebih dahulu," gumam Dimitri setelah merasakan tubuh Draco sedikit limbung.

Jemima menangis dan memeluk tubuh Ratu Marlyn yang masih terisak, Miranda menangis dipelukkan pelayannya dan Martius juga menangis sesekali memanggil Ayahnya.

"Yang Mulia, aku tahu ini berat, tapi berusahalah untuk mengikhlaskan Raja Darren." Jemima menggenggam tangan kanan Ratu Marlyn. "Mulai saat ini Raja Darren tidak akan merasakan sakit lagi." sambungnya lirih.

Ratu Marlyn menatap sendu peti itu, ia masih tidak menyangka kalau tubuh suaminya yang berada di dalam peti itu. Ratu Marlyn kembali mengingat detik-detik meninggalnya Raja Darren, setiap kali Raja Darren batuk maka darah kental menggiringi keluar dari mulutnya. Tubuh kurus dan wajahnya yang pucat juga menambah kesan prihatin dari sang Raja terdahulu.

Perkataan terakhir dari Raja Darren sebelum menghembuskan napas terakhirnya juga sedikit melukai perasaan Ratu Marlyn, teringat jelas dengan setiap ucapan dan mimik wajahnya yang sendu. 'Elliza, My Queen, My Love and My Wife, sebentar lagi kita akan bertemu kembali. Sampai saat ini aku masih mencintaimu.' Seulas senyuman yang terbit di bibir pucat Raja Darren setelah mengucapkan kalimat itu.

Air mata Draco menetes saat kembali mengingat hari kematian dan pemakaman Raja Darren yang bersebelahan dengan Ratu Elliza, itu permintaan langsung oleh Ratu Marlyn sendiri. Matanya kembali melirik lukisan itu untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan ruangan ini, ia menatap mata Raja Darren dilukisan itu dan berkata. "Aku akan mencari siapa pelaku yang memasukkan racun ke dalam makananmu, dan kedua tangan aku inilah yang akan membunuhnya langsung."

Kondisi Raja Darren setelah mundur dari jabatannya memang langsung memburuk, sakit-sakitan diiringi oleh batuk berdarah. Raja Darren menyuruh pelayan setianya untuk menyebarkan rumor kalau ia sering berpergian dengan Ratu Marlyn, nyatanya ia hanya berdiam di kamar dan ditemani oleh istrinya. Para dokter kerajaan juga tidak menemukan penyakit yang diderita Raja Darren, tetapi mereka menduga kalau ini disebabkan racun yang belum diketahui racun berjenis apa.

Setelah pemakaman, Frederick-salah satu sepupu Draco-yang datang dari kota 18 merasa ganjal dengan semua laporan tentang penyakit yang dialami Raja Darren. Ia merasa kalau penyakit itu bukanlah penyakit biasa, dia juga meminta laporan dari pihak yang mengurus makanan Raja Darren dan siapa saja yang ikut terlibat dalam pembuatan dan mengantarkan makanan itu.

Saat tengah malam Frederick masuk kedalam dapur tanpa sepengetahuan siapapun, ia mengeledah dapur dan memeriksa bahan makanan yang di dapat dari laporan pihak makanan untuk Raja Darren. Saat ia mendapatkan sebotol kecil yang tinggal sedikit isinya di bawah kolong meja, tiba-tiba terdengar langkah kaki tergesa memasuki ruangan dapur yang gelap karena tidak dihidupkan lampu oleh Frederick, ia langsung bersembunyi dibalik karung besar yang berisi tepung.

"Apa kau sudah membuang sisa racun yang berada di botol kecil itu?" bisik seseorang dengan lawan bicaranya.

"Belum, aku belum membuangnya dan botol itu sekarang hilang, awalnya aku membuangnya ke sembarangan tempat karena merasa kaget dengan kedatangan Pangeran Martius yang tiba-tiba. Setelah mengantarkan makanan itu aku langsung kembali memeriksa tempat ini dan aku tidak menemukan botol kecil itu," balas pria yang satunya dengan nada cemas

"Sialan, kenapa kau bisa ceroboh? Bagaimana kalau anggota kerajaan tahu kalau itu adalah racun yang kita masukkan ke dalam makanan Raja Darren." Helaan napas kasar keluar dari pihak yang bertanya tadi.

Pandangan Frederick seketika menajam dan hendak menyerang kedua orang itu, berarti dugaannya benar kalau selama ini Raja Darren diracuni setelah Raja Darren turun dari takhtanya. Kening Frederick berkerut, botol kecil? Racun? Apakah botol yang mereka maksud yang sedang berada di genggamannya ini? Sangat disayangkan Frederick kesulitan untuk melihat wajah keduanya, apalagi ditempat gelap ini, yang pastinya mereka adalah juru masak kerajaan ini.

Untuk informasi ini, lebih baik Frederick memberitahu Draco daripada Dimitri karena ini masih butuh waktu untuk mencari tahu pelaku, cukup Dimitri dipusingkan oleh tugas kerajaan untuk ini biarlah Draco dan dirinya yang mengurus.

*****

Dimitri menatap curiga ke arah Kylie yang terlihat gugup, biasanya jika mereka berada disatu ruangan yang tertutup dan hanya ada mereka berdua, Kylie akan bertingkah untuk menarik perhatian suaminya. Tapi kali ini, ia bersikap seperti tidak biasanya dan terlihat waspada.

"Kenapa?" tanya Dimitri yang berpura-pura fokus terhadap laporan di depannya.

Kylie terkesiap dan menatap Dimitri dengan raut wajah panik. "Ti-tidak ada, aku hanya merasa sedikit tidak enak badan," lirihnya pelan.

"Benarkah?" tanya Dimitri menatap lekat Kylie.

Kylie meremas gaunnya dengan erat, melirik ke arah lain untuk menghindari tatapan curiga dari Dimitri. Ia ingin memberitahu perihal kematian Raja Darren, samar-samar ia mendengar seseorang berbincang dengan yang lain di dapur saat kemarin malam, kedua orang itu membahas tentang racun dan makanan, entah kenapa keinginan ia untuk mengambil makanan menjadi mendengar sebuah rahasia besar. Jika saja ia memiliki keberanian untuk melihat orang itu lebih dekat, mungkin ia akan mengetahui siapa pelakunya.

Namun, ia memilih mendengar tanpa harus melihat siapa orangnya karena ia tidak memiliki keberanian. Terlebih lagi jika kedua orang itu membawa nama seseorang yang sangat dikenalinya, bahkan sedikitpun tidak pernah terlintas dipikirannya jika 'dia' akan terlibat dalam pembunuhan Raja Darren.

"Apa Raja Darren benar-benar meninggal karena penyakit a-atau karena hal yang ... yang disengaja?" tanya Kylie dengan nada gugup dan terbata.

Dimitri menghela napas pelan, melirik sejenak ke wajah Kylie lalu kembali melihat langit-langit di ruangan itu. "Entahlah," gumamnya singkat.

Kylie tersenyum sendu saat melihat pancaran mata Dimitri meredup. Ia berdiri dan menunduk hormat pada suaminya, ia memilih meninggalkan ruangan itu dan memberi ruang kepada Dimitri yang masih berduka.

Kylie berjalan pelan, mengigit bibir bawahnya karena di dadanya seperti dihimpit sesuatu, sesak dan menyakitkan. Ia bersandar disebuah pilar lalu mendudukkan tubuhnya yang terasa lemah, dirinya terisak kecil memikirkan perkataan orang itu tentang kematian Raja Darren.

Dia ingin memberitahu suaminya, tapi bagaimana cara menyampaikannya? Dan jika semua perkataan yang ia dengar adalah kenyataan, Kylie tidak tahu harus bersikap seperti apa kepada anggota kerajaan lain dan terutama adalah suaminya.

Kylie masih menangis dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, jika kematian Raja Darren terungkap mungkin setelah ini kerajaan Bloomsytch tidak akan baik-baik saja. Kylie akan mempersiapkan diri untuk kemungkinan-kemungkinan terburuk nantinya, ia akan diusir ataupun dihukum.

To Be Continue.

Jumat, 27 Mei 2022.

Princess Jemima Of Bloomsytch [END]Where stories live. Discover now