24. Sedikit Terungkap (2)

2.1K 260 3
                                    

Happy Reading.

Jemima duduk di tepi kolam dengan ditemani Draco, kedua tungkai kakinya masuk kedalam kolam dan sesekali menganyunkan kakinya. Draco merangkul pundak Jemima dan memperhatikan ikan berenang bersama yang lain.

"Apa kau sudah menentukan kapan untuk pergi ke kediaman Amber?" tanya Draco yang melirik Jemima.

Jemima menatap Draco dengan kening berkerut, ia merasa kesal. "Apa kau mencoba untuk mengusirku?" sungut Jemima.

Draco tersenyum kecil dan menyelipkan anak rambut Jemima yang berterbangan ulah angin yang nakal. "Bukan begitu." Ia mengecup ujung hidung Jemima. "Aku hanya menjaga dirimu jika sesuatu yang akan terjadi nanti dengan kerajaan ini," lanjutnya dengan menatap lembut Jemima.

Jemima terdiam saat merasakan tatapan teduh milik Draco, bahkan ia juga merasa jika akhir-akhir ini situasi kerajaan sedikit tidak aman. Mungkin tidak ada salahnya juga jika dirinya mengikuti ucapan Draco.

"Baiklah, dua hari lagi aku akan pergi," jawabnya dengan tersenyum lembut.

Draco tersenyum kecil dan mendesah lega karena Jemima tidak banyak tanya, lalu berakhir dengan mereka berdebat. Jemima menyenderkan kepalanya ke pundak Draco, ia juga memeluk pinggang Draco dari samping.

*****

Frederick meninju dinding ruangan tempat penyimpanan barang yang telah tidak terpakai, melihat dua orang yang terbujur kaku dengan mulut yang mengeluarkan busa, mata yang melotot dan wajah yang pucat pasi.

Dirinya tidak menyangka setelah mengetahui orang yang meracuni Raja melalui salah satu juru masak yang diintrograsi secara acak dan sedikit dibumbui dengan ancaman, juru masak itu memberitahui kedua rekannya yang terlibat dalam pembunuhan itu dan awalnya dirinyalah diajak oleh salah satu orang itu tetapi ia menolak dengan tegas dan berjanji untuk tidak memberitahu siapa-siapa. Setelah mengetahui mereka malah meminum racun untuk membunuh dirinya sendiri. Andai saja ia langsung mendobrak pintu ini tanpa harus mendengar ucapan kedua pelaku yang merencakan untuk melarikan diri, mungkin ia sudah menebas kepala kedua orang itu.

Pintu ruangan itu terbuka kasar, Draco masuk dengan tergesa disusul oleh Samuel dan satu orang pengawal pribadi Frederick. Draco menatap tajam kedua mayat itu, mengepalkan kedua tangannya.

Frederick mendengus kasar. "Sialan sekali!" sahutnya sinis, ia menarik kasar rambutnya. "Kita kehilangan bukti," lanjutnya menatap langit-langit ruangan itu dengan tajam. Frederick harus mendengar siapa dalang sebenarnya yang membunuh Raja Darren, sebenarnya ia juga sudah mendengar siapa yang menyuruh saat ia menguping pembicaraan sewaktu di dapur, namun ia merasa mendengar langsung dari kedua pelaku ini adalah jawaban yang ia inginkan beserta Draco yang mendengar langsung.

Draco mendekati kedua orang itu, ia berjongkok dan menarik kerah baju salah satu juru masak itu. Samuel tersentak saat melihat jejak tangan yang kemungkinan kedua orang ini telah dicekik sebelum meminum racun itu.

"Yang Mulia, itu ...." Draco mengangguk.

Frederick terkekeh sinis. "Wah, licik sekali. Sepertinya kedua orang ini dipaksa untuk meminum racun." Matanya memperhatikan jejak lebam di leher kedua itu.

Draco berdiri dan memandang Frederick dengan datar. "Kita harus waspada mulai saat ini, kemungkinan—"

Ucapan Draco terhenti saat sebuah anak panah melayang menuju kearah dirinya, jika saja Frederick tidak lengah dan mengelakan anak panah itu dengan pedangnya, bisa saja anak panah itu langsung tepat mengenai jantung Draco.

Samuel bergegas keluar saat matanya melihat bayangan berwarna hitam beserta pengawal Frederick, Draco memperhatikan anak panah yang menempel disebuah kotak kayu, ia mendekati anak panah itu karena melihat sebuah kertas diujungnya.

Princess Jemima Of Bloomsytch [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora