26. Permainan Inti Dimulai

2K 235 10
                                    

Happy Reading.

Dimitri mengepalkan tangannya karena emosi, mendapat kabar dari Cedric kalau Louis dan Bryant tidak ada di istana. Padahal hari ini Dimitri ingin menjatuhkan hukuman kepada dua orang itu, setelah Draco dan yang lainnya mengumpulkan bukti. Apalagi kesaksian Frederick yang mengetahui kalau Louis terlibat dalam pembunuhan Raja Darren.

Mata-mata yang diperintahkan Draco untuk mengawasi Louis juga tidak bisa menemukan Louis. "Sialan!" desis Dimitri pelan.

Dimitri kembali melihat Cedric. "Apa Draco sudah tahu?"

Cedric mengangguk. "Sudah, Yang Mulia," jawabnya.

Atensi kedua pria itu teralih saat melihat pintu ruangan itu terbuka, Draco masuk dengan Frederick dan disusul oleh pengawal keduanya. Draco menatap datar Dimitri. "Kemana mertuamu?" sinis Draco. Karena sangat merasa kesal ia melupakan posisi Dimitri yang sudah menjadi Raja.

"Mertua? Yang benar saja!" ledek Frederick dengan nada geli.

Dimitri menatap datar Adik dan sepupunya itu. Sialan sekali mereka menyindir dirinya karena statusnya sebagai menantu Louis. Cedric menahan tawa saat melihat tatapan Dimitri yang seperti menahan kesal.

"Kedua pria itu kabur," ungkap Dimitri sembari duduk di kursinya.

Draco berdecak kesal. "Sudahku duga."

Draco mendekati kursi di sebelah Dimitri, ia duduk memijit pelan keningnya. Draco merasa pusing dengan kekacauan saat ini. "Paman Steve sudah berada di perbatasan kerajaan kita dengan kerajaan Maradever," pungkas Draco dengan mata terpejam.

"Dia sudah berangkat dua hari yang lalu," lanjut Frederick yang mengambil tempat duduk di depan Dimitri. "Dia ingin mencegah jika Maradever mendadak menyerang di perbatasan itu."

Dimitri mendesah kasar. "Diantara kedua pangeran itu, siapa pelaku yang sebenarnya?"

Draco mengerjap dan menatap Dimitri dengan datar. Inilah masalah utamanya bagi Draco karena sampai saat ini dia belum mengetahui siapa pelaku yang sebenarnya. Apakah Huxley? Jika ini benar, tidak diragukan lagi kalau Putra Mahkota Maradever ini terkenal akan kepintarannya, walaupun dirinya tidak sering terlibat dalam pertemuan atau berbaur dengan kerjaan lain. Peter? Draco merasa ragu karena Peter kepribadian yang terkenal baik dan ramah kepada siapapun, terlebih lagi mereka telah berteman selama lima tahun.

"Aku tidak tahu," jawab Draco singkat.

Disaat mereka membahas masalah itu lagi tanpa menyadari kalau sekelompok orang sudah menyerang rakyat Bloomsytch yang berusaha menghadang pemberontak, disusul oleh sekelompok orang yang menggunakan penutup wajah yang berukir burung phoenix.

Rakyat yang melihat logo itu terkejut karena orang yang menggunakan penutup wajah itu adalah pembunuh bayaran yang paling ditakuti oleh rakyat biasa maupun bangsawan, mereka dikenal tidak mempunyai hati jika telah mendapat misi untuk menghancurkan atau membunuh sesuatu.

Seorang pengawal yang berada di menara tertinggi di gerbang utama terbelalak kaget, saat matanya melihat anak panah yang melayang di udara melalui teropong miliknya. Samar-samar juga ia melihat kuda berlari kencang dengan pengawal dari kerajaan Maradever yang menungganginya.

Dia meniup terompet yang berguna sebagai pertanda ada bahaya yang mendekati istana Bloomsytch.

Draco beserta yang lain tersentak dan sontak langsung berdiri, mereka bergegas menuju keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Terompet itu masih berbunyi dan saling bersahutan, karena pertanda supaya rakyat pergi menyelamatkan diri saat ini.

"Yang Mulia, kerajaan Maradever menyerang kerajaan kita! Mereka telah masuk dan sudah berada di tengah Ibu Kota!"

Dimitri menepuk pundak pengawal itu. "Cari Ratu Marlyn, Martius dan Miranda. Lindungi mereka!" perintah Dimitri.

"Draco, bagaimana dengan Jemima?"

Draco yang hendak berlari menyusul Frederick berhenti melangkah dan menatap Dimitri. "Dia sudah diperjalanan menuju ke kediaman Amber."

Dimitri terdiam memandang Draco yang sudah pergi meninggalkan dirinya, pedang Draco tampak berkilat tajam dari kejauhan. Ia juga bergegas mengambil pedang di ruang pribadinya.

Draco mengambil alih teropong milik pengawal itu, pandangan pertama yang ia lihat adalah bendera kerajaan Maradever. Ia menggeram marah saat melihat sekelompok pembunuh bayaran itu, ia tidak menyangka kalau kerajaan Maradever menjalin kerja sama dengan kelompok itu.

Pengawal itu melindungi Draco dari anak panah yang melaju kencang ke arah Draco, Draco terkejut saat anak panah itu menancap di punggung pengawalnya. Draco menatap tajam ternyata sebagian pengawal kerajaan Maradever sudah berada di dekat gerbang utama istana.

"Sialan, mereka ternyata sudah mendekat!" Draco berlari menuruni anak tangga dengan cepat.

Bunyi pedang yang bersahutan dan umpatan kasar yang terdengar dari mulut Frederick. "Ternyata kalian licik juga." Ia terkekeh kecil.

Lawan Frederick itu tersenyum sinis. "Kalian terlalu bodoh!" umpatnya. "Sebagian dari kami sudah berada di sini semenjak tadi malam!"

Frederick langsung menebas leher pria itu, emosi yang memuncak karena mereka begitu lihai, pasti mereka dibantu oleh Louis dan Bryant saat memasuki Ibu Kota.

Mereka menyerang saat matahari mulai tenggelam, pantas saja tadi mereka tidak menemui keberadaan Louis. Draco melawan beberapa pemberontak yang hendak masuk ke dalam Istana, Dimitri juga ikut serta melawan musuhnya. Cedric berada di belakang istana supaya mereka tidak masuk melalui gerbang itu, dan Samuel berada di depan istana Sunny menjaga anggota kerajaan yang telah berada di dalam istana itu.

Disisi lain empat orang yang berada di atas kuda berjalan santai menuju istana Bloomsytch, pria yang di depan tersenyum sinis melihat di sekitarnya tampak kacau ulah pengawal dan orang suruhannya. "Bukankah ini terlihat indah?" tanya pria itu tertawa kecil.

Pengawal pribadinya mengiyakan ucapan Pangeran itu, mereka berempat menggunakan penutup dibagian hidung dan mulut yang berukir emas. "Apa kita berjalan dengan santai seperti ini, Yang Mulia?" tanya Bryant dari belakang.

Dia melirik Bryant sekilas dan kembali menatap ke depan. "Tentu, kenapa kita harus terburu-buru?" Senyumnya lebar dari balik penutup mulutnya.

Saat yang bersamaan, seorang pengawal mendekati Draco karena ia melihat empat orang pria mendekati istana ini. Draco mengangguk kemungkinan mereka salah satu mereka berempat pasti ada pelaku utama, dan dua diantaranya pasti ada Louis dan Bryant.

Draco berlari menuju kandang kuda pemberian Pangeran Elios waktu itu, dia juga memanggil Frederick untuk menggunakan kuda itu. Dimitri juga ikut serta, tetapi dilarang oleh Draco, posisi Dimitri yang sebagai Raja membuat Draco cemas jika Dimitri terluka nanti, kalau hal terburuk mengenai Dimitri dan membuat posisi Raja terancam, dia takut sewaktu-waktu dirinya nantilah yang akan menggantikan Dimitri dan dia tidak ingin itu terjadi.

Draco dan Frederick melaju kudanya dengan kecepatan sedang karena mereka juga melawan musuh yang menyerang mereka. "Draco, berarti mereka tidak melewati perbatasan yang di jaga Paman Steve!"

"Sepertinya iya," jawab Draco yang tangannya melayangkan pedang ke arah leher orang yang berasal dari pembunuh bayaran itu.

Cuaca mulai menggelap menampilkan bintang yang berkilau indah, berbanding terbalik dengan keadaan kerajaan Bloomsytch saat ini, sebagian rumah hancur dan mayat beserta darah menghiasi tanah itu.

Keempat orang itu berdiri tidak jauh dari istana Bloomsytch, Pangeran itu juga tersenyum sinis saat matanya melihat Draco dan Frederick seperti menanti kedatangan mereka. Mereka saling berhadapan dengan pacaran mata tersirat kemarahan dan meremehkan, disisi kiri mereka taman festival tempat mereka melihat kembang api yang lalu juga terlihat hancur.

Bola mata hitam Pangeran itu beralih melihat pedang di tangan kanan Draco yang sudah berlumuran darah, darah yang juga menitik dari ujung pedangnya mengenai tanah di dekat kaki kuda berwarna hitam tersebut.

Pangeran itu menatap tajam Draco dan berucap lantang. "Kita bertemu kembali, Draco. Bagaimana dengan permainan yang terjadi saat ini? Apa kau menyukainya?"

To Be Continue.

Selasa, 5 Juli 2022.

Princess Jemima Of Bloomsytch [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang