24. Sedikit Terungkap

2.1K 257 12
                                    

Happy Reading.

Draco menatap datar selembar kertas yang berisi lima nama juru masak beserta identitasnya, ia menatap satu-persatu dengan teliti. Frederick juga menatap kertas yang berada di tangan Draco.

"Kira-kira siapa diantara kelima nama itu pelakunya?" gumam Draco tanpa mengalihkan tatapannya dari kertas itu.

Frederick menggeleng pelan. "Tapi, kalau aku mendengar suaranya lagi kemungkinan aku mengenalnya langsung," jawabnya. Frederick seketika terdiam, haruskah ia memberitahu kalau seseorang yang penting juga ikut serta dalam pembunuhan Raja Darren.

"Aku akan memanggil mereka besok satu-persatu dan saat itu kau harus mendengar baik-baik suara mereka." Draco menatap lekat sepupunya yang berada disisinya itu.

Frederick menangguk dan mengambil sebuah anggur lalu memakannya. "Bagaimana dengan kakakmu, apa kau tidak memberitahunya?"

Draco menggeleng lalu berdiri dan berjalan mendekati jendela kamarnya, melihat pemandangan dari sana. "Tidak. Cukup dia dipusingkan dengan tugas kerajaan, bagian ini biar aku yang mengambilnya."

Frederick mengangguk mengerti dengan ucapan Draco. Setidaknya ia harus tahu, ucapnya dalam hati. "Aku akan membantumu dan akan membalas dendam kepada orang yang telah membunuh Paman."

Draco diam sambil matanya memperhatikan kedua adiknya yang berada di taman, dengan kucing yang berlarian mengelilingi mereka. Draco tersenyum kecil saat melihat Martius dicakar karena ia ingin menggendong kucing gemuk berwarna hitam itu, Miranda tertawa dan mendekati Martius melihat tangannya yang sedikit berdarah.

"Mereka mulai bermain dan sedikit melupakan kesedihan yang mereka rasakan seminggu yang lalu." Frederick tiba-tiba berbicara dan juga telah berada disamping Draco.

"Hm," Draco berdehem. "Tapi mata mereka tidak bohong, pancaran matanya masih merasakan kehilangan," lanjutnya pelan.

"Begitu juga dirimu dan Raja Dimitri," lirih Frederick pelan. Ia juga merasakan apa yang Draco rasakan.

Frederick kembali duduk dan mengambil sebuah apel lalu memakannya. "Aku merasa kalau kerajaan ini ada penghianat," serunya.

Draco membalik badannya, menatap Frederick dengan serius. "Benar, penghianatnya adalah salah satu Mentri, tetapi aku belum tahu siapa mereka."

Frederick terkekeh. "Haruskah aku memberitahumu siapa yang telah membunuh Perdana Mentri Jeremi?" pungkasnya dengan nada main-main.

Draco tersentak dan segera mendekati Frederick, ia mengambil duduk dihadapan sepupunya itu. "Apa kau mengetahuinya?"

Frederick mengangguk dan tersenyum lebar, ia memang mengetahui ini sejak lama. Karena ia merasa kalau itu tidak perlu dikatakan, apalagi setelah dirinya beserta keluarganya diusir dan dicabut gelar bangsawan dari kerajaan Bloomsytch akibat Ayahnya yang menggelapkan uang kerajaan, saat itu ia berusia empat belas tahun, dan sekarang ia telah berusia dua puluh tujuh tahun.

"Aku telah mengetahuinya sejak lama, mungkin sekitar satu tahun setelah meninggalnya Perdana Mentri Jeremi." Frederick melihat ke atas seolah mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu. "Aku saat itu sedang beristirahat disebuah penginapan dan mendengar dari sebuah tempat makan di penginapan itu, aku rasa mereka berdua tidak mengetahui kalau aku dulunya anggota kerajaan juga." Ia terkekeh kecil.

"Maaf, karena Ayahku mencabut gelar bangsawan keluargamu," ucap Draco dengan tulus. "Dan aku juga tahu kalau masalah yang menimpa Ayahmu hanya kesalah pahaman, tetapi Ayahku sudah terlanjur emosi dan bertindak gegabah. Jika situasi sudah aman, aku akan meminta Raja Dimitri untuk mengembalikan gelar bangsawanmu."

Princess Jemima Of Bloomsytch [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat