Chapter 24

205 33 3
                                    

Jongdae tiba-tiba merasakan sakit pada dadanya namun beruntung itu tidak berlangsung lama. Jongdae ingin menanyakan hal itu kepada pemilik tubuh namun nyatanya tidak bisa. Jongdae sama sekali tidak bisa terhubung

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Jongdae menoleh menatap Kyungsoo yang sedang berdiri menatap dirinya. Kyungsoo menyadari ada sesuatu yang aneh hingga akhirnya mengetahui jika Jongdae sedang menahan sakit. Jongdae merintih seraya memegang dadanya

"Aku juga tidak mengetahuinya. Dadaku tiba-tiba terasa sangat sakit seperti ada sesuatu yang menghimpitnya. Aku juga merasa seperti kehilangan kendali atas tubuh ini"

"Mungkin terjadi pada tubuhmu disana hingga menimbulkan reaksi seperti itu"

"Aku berharap ini bukan sesuatu yang buruk"

"Kau tenang saja. Semuanya akan baik-baik saja"

Jongdae terlihat menghela nafas berat seperti sedang memikirkan sesuatu. Kyungsoo hanya menatap Jongdae tanpa berniat ingin mengatakan sesuatu. Kyungsoo memperhatikan Jongdae dengan seksama seraya memikirkan sesuatu. Sesuatu hal yang terkadang mengganggu pikirannya

"Kau baik-baik saja?"

"Aku? Aku baik-baik saja. Khawatirkan dirimu saja"

Jongdae berdecak mendengar perkataan Kyungsoo. Namun ekspresinya itu tak berlangsung lama dan seketika berubah. Jongdae tersenyum dan merangkul Kyungsoo. Walau perkataannya ketus dan cuek namun Jongdae sangat tahu jika terselip sebuah perhatian untuknya

"Berhenti tersenyum. Kau membuatku merinding" Kyungsoo bergidik dan memilih pergi. Jongdae tertawa melihat hal itu dan menyusul Kyungsoo. Walau Kyungsoo melakukan penolakan terhadapnya namun Jongdae malah semakin menjadi. Benar-benar sesuatu melihat ekspresi kesal Kyungsoo. Terlebih jika matanya sudah membola seakan ingin keluar

Minseok memainkan mengetuk-ngetuk meja dengan jari-jari tangannya seraya menatap orang yang duduk di hadapannya. Minseok tidak tahu alasan kedatangan orang itu secara tiba-tiba terlebih mereka tidak cukup dekat

"Aku tidak tahu anda punya waktu seluang ini untuk menemuiku"

"Aku hanya ingin menyapamu. Salahkah jika diriku datang hanya untuk sekedar menyapa puteranya?"

"Tiri. Aku bukanlah putera kandung anda. Aku ingatkan kembali. Aku hanya akan memanggil ibu bagi yang pantas untuk panggilan itu"

"Minseok"

"Hubungan kita tidak sedekat itu untuk hanya sekedar saling menyebut nama"

"Bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaiki semuanya? Aku tahu dulu aku egois hanya memikirkan tentang diriku. Aku seharusnya mencoba untuk mendekat kepada kalian"

"Yang Mulia baru menyadarinya sekarang? Kemana Yang Mulia beberapa tahun yang lalu? Yann Mulia hanya sibuk beradaptasi dengan diri Yang Mulia sendiri. Mementingkan keberadaan Yang Mulia di mata publik. Aku berjuang demi saudara-saudaraku. Mengesampingkan segalanya demi mereka. Saat itu seharusnya kami merasakan sosok ibu. Seharusnya saat itu kami memanggilnya ibu. Namun seakan dia tutup mata dengan para pangeran kecil itu. Aku bukannya pendendam. Aku hanya merasa kecewa dengan dunia ini. Dunia di mana perasaan anak kecil dihiraukan begitu saja"

Minseok menghela nafas panjang dan menunduk. Menahan air mata yang sudah di ujung mata. Walau kuat namun Minseok tetaplah seorang manusia yang memiliki perasaan. Minseok hanya tidak ingin menunjukkan dirinya lemah dan dianggap sepeleh. Sebagai yang tertua di antara para pangeran, dirinya yang paling banyak menanggung beban untuk saudara-saudaranya. Demi mereka, Minseok rela memendam segalanya. Begitu sudah lebih baik, Minseok kembali mendongak dan bersitatap dengan netra milik perempuan di depannya

Secret World [EXO Fanfiction] ✔️Where stories live. Discover now