Inikah rasanya dipatahkan?

2.5K 844 74
                                    

—    Inikah rasanya dipatahkan?

"Fuck, i messed up!"

Berkali-kali umpatan yang ditujukan untuk dirinya sendiri itu terputar di kepala Malik saat dalam perjalanan pulang sehabis mengantar Siwi.

Jalanan Jakarta sama ribut dan semerawutnya dengan pikiran pemuda di atas scoppy merah milik Harun itu, ia mengacaukan segalanya saat nama kontak Mirna muncul di pop up notifikasi, tidak masalah kalau Malik sendiri yang membaca pesannya... tapi yang membaca rentetan pesan Mirna itu Siwi, kakak gulanya!

Rasanya tadi Malik ingin menghilang atau pura-pura mati saja, andai kata ini permainan catur, Malik sudah skakmat.

Salah jika berpikir Siwi akan mengamuk di tempat, menjadikannya samsak tinju atau berubah jadi reporter metro tv dadakan. Dengan segala tenang gadis itu malah menyerahkan ponsel Malik sembari berujar, "Ada pesan masuk, Mirna mu nyariin nih."

Lalu setelah itu diam, Malik menerima silent treatment sejak Siwi menempati bangku penumpang di belakangnya sampai akhirnya gadis itu masuk ke dalam rumahnya tanpa ucapan terima kasih, selamat tinggal atau hati-hati di jalan seperti ia selalu lakukan untuk Malik.

Sempat Malik tertergun di hadapan kediaman Siwi menanti kalimat-kalimat itu karena sudah terlewat biasa mendengarnya, namun tidak ada pergerakan lagi dari balik pagar rumah artinya Malik memang diabaikan sekarang.

But life must go on, kini mahasiswa teknik elektro pengejar SKS agar bisa proposal secepatnya itu sudah di kampus saja menyimak mata kuliah Electric Power Distribution meski ia tidak bisa berkonsentrasi dengan pejelasan dosen di hadapannya.

Isi kepala Malik kini hanya Siwi, Siwi dan Siwi. Perempuan itu marah, kesal, sebal dan entah mengapa Malik tidak enak hati. Ada penjelasan panjang yang harus ia bagi namun sampai sekarang pesannya untuk SIwi tidak kunjung dibaca apalagi dibalas.

"Widia, aku gak konsen kuliahnya kalau begini. Fuck!"

***

Sementara itu Siwi kini meringkuk dipenuhi sesal, ia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak melakukan background chek pada Malik terlebih dahulu sebelum melanjutkan urusan transaksi sewa menyewa.

Lalu sekarang apa? Siwi baru saja mendapati fakta kalau pria yang lebih muda empat tahun darinya itu telah dimiliki seorang perempuan lain bernama Mirna. Bukan hanya Mirna yang memiliki Malik, Malikpun sebaliknya. Buktinya nama kontaknya Mirna ku.

'Ku' di belakang nama sang puan menandakan kepemilikan, mine istilahnya kalau dalam bahasa Inggris.

"Gila gue dikibulin bocah, ku kira pemain ternyata pelatih, si anjing."

Lagu Afgan dengan judul Katakan Tidak bukannya menaikkan mood Siwi, melainkan malah mengacak-acak perasaannya, lirik dibagian reff lagu yang bernada ceria itu justru menampar Siwi telak berkali-kali.

Katakan tidak pada selingkuh,

Katakan tidak pada mendua,

Katakan tidak pada semua yang sudah miliki kekasih.

Begitu kata Afgan.

Siwi terdiam lama sebelum bangkit meraih kunci mobil dan kunci lainnya untuk dikembalikan pada si pemilik, ia menarik nafas panjang sembari merapikan rambutnya yang berantakan, bayangannya pada cermin memperlihatkan manik yang mengandung sejuta sesal untuk sikap implusifnya pada Malik beberapa minggu belakangan.

"Gue takut menyakiti hati perempuan yang lain kalau memang Malik ada yang punya dan dalam sebuah hubungan."

Dan dengan langkah yakinnya, Siwi menyelesaikan semua yang bisa ia selesaikan hari itu juga.

SUGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang