Should i confess?

2.5K 713 21
                                    

Should i confess?

Malik sembuh, tidak butuh waktu lama bagi pemuda itu untuk pulih seperti sedia kala selain karena mendapat fasilitas kesehatan yang baik, ia juga dihujani kasih oleh Siwi, dan satu lagi kabar baik karena kontraknya dan Siwi yang hampir diputus sepakat mereka lanjutkan kembali.

Senang? Tentu saja tapi memang dasarnya Malik adalah manusia yang tidak gampang dilanda puas karena mulai terbersit hasrat untuk memilik Siwi lebih dari sekedar kakak gulanya.

"Kak?"

"Hm?"

Sembari menopang dagu, Malik tersenyum tipis, matanya menyimpan banyak kagum pada perempuan yang sedang menyetir di sebelahnya itu.

"Kakak jemput aku nanti sore?"

"Iyalah. Kan aku anterin artinya kamu gak bawa kendaraan buat pulang,"

Siwi mencuri pandang, mendapati Malik menatapnya dengan sweet gaze

Lalu apa-apan jantungnya yang malah berdebar begitu keras hanya karena tatap dan senyum laki-laki yang lebih muda empat tahun darinya itu?

"Kalau gitu, pulang kuliah kita jalan yuk kak?" Ajakan Malik membuat satu alis Siwi terangkat karena tidak biasanya pemuda itu yang meminta kencan, selalu Siwi yang jadi inisiator.  

Kena angin apa Malik ini?

"Boleh. Mau kemana?"

"Tapi Malik punya syarat."

"Syarat apa?" Siwi dibuat penasaran.

"Kak Siwi gak boleh ngeluarin duit, mungkin ini kencan yang gak mewah, gak diruangan ber-AC, makanannya juga gak bakal semahal apa yang kak Siwi beliin buat Malik tapi... Malik pengen ngajak kak Siwi ngedate."

Siwi itu termasuk yang tahan banting persoalan kalimat-kalimat manis, namun manisnya Malik sukses membuat pipinya merona dan kepalanya mengangguk pelan sebagai tanda setuju.

"YES!"

"Belajar yang bener! Sampai ketemu nanti sore. Jangan kangen, rindu gak ditanggung BPJS soalnya."

Tawa Malik menguar, gara-gara insiden BPJS di rumah sakit, Siwi selalu meledeknya dengan kartu jaminan kesehatan pemerintah itu.

"Tapi ditanggung kak Siwi." 

Pemuda itu mendekat memberi kecup di pipi Siwi seperti biasanya. Namun kali ini, Malik tidak langsung menyingkir melainkan berbisik...

"Kak, bales dong."

Mau tidak mau, Siwi memiringkan sedikit kepalanya dan juga memberi kecup yang sama di pipi Malik.

Muah!

***

Karena kencan itu inisiasinya, Malik ingin Siwi hanya membawa raganya. 

Bahkan mobil Siwi terpaksa diparkirkan dulu di kosan Malik karena pemuda itu ingin menggunakan kendaraannya sendiri meski itu hanya motor keluaran 2020 yang sering disebut kendaraan firaun oleh orang-orang— tidak apa setidaknya itu miliknya sendiri.

"Mau kemana sih emang?"

Yang Malik sukai, tidak ada raut kecewa dari Siwi meski mereka berjibaku dengan macet dan belum jelas mau kemana, gadis itu hanya duduk manis di belakang sembari memegang ujung kemeja Malik kuat-kuat dengan senyum yang tidak pernah sekalipun lenyap.

Bisa-bisanya ada orang yang secantik itu meski hanya dilihat dari pantulan kaca spion kanannya?

"Kak Siwi, bisa main billiard ga?"

SUGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang