Potongan masa lalu

2.5K 803 129
                                    

Potongan masa lalu

Sebanyak-banyak pria yang dekat dan menjalin kasih dengan mu, pasti akan ada satu orang yang kamu sematkan sebagai rumah.

Mirna juga begitu, jiwa mudanya yang dipenuhi banyak penasaran, gebu yang tidak tertahankan di dada menjadikannya pecinta bukan pencinta. Namun dari banyak hati pria yang ia singgahi, Malik selalu menjadi tempat pulang.

Dulu... sebelum Malik sadar ia ditahap terlalu bodoh.

"Gak bisa! Gak bisa Lik, gak mau. Aku gak rela kamu pacar!"

Mirna mengacau, ia mengetuk pintu kos Malik tengah malam dengan dalih meminta penjelasan mengapa pria itu mengabaikannya, bahkan memblokir kontaknya... Maliknya tidak pernah bertindak sejauh itu.

"Kenapa? Kenapa kalau lo bisa, gue enggak? Hah?" Malik balas membentak, ia sungguh tidak bisa menaikkan nada pada Mirna, namun ia sudah tidak tahan lagi dengan semua drama yang disutradarai perempuan itu.

"Mir, gue gak bego. Tiap lo bosen sama gue, lo ninggalin gue, pacaran sama cowok lain dan kalau lo bosen sama cowok itu, elo bakal drama datang lagi ke gue dengan dalih elo dilukai. Elo yang ngelukain diri lo sendiri Mir! Mikir!"

Mata Mirna berkaca, namun sepertinya senjata tangis sudah tidak mempan pada Malik yang keras hati.

"Elo selalu ada Lik, elo selalu menyambut gue... gue mau kemana kalau enggak ke elo?"

Mirna dengan jemarinya mencoba mengenggam tangan Malik.

Pemuda itu terdiam sebelum menarik nafas dan menunduk.

"Empat tahun loh Mir, gue capek jadi tempat sampah lo. Gue pernah sesuka itu sama lo, sesayang itu tapi apa balesan lo? Berapa kali lo mutusin gue? Berapa kali gue ninggalin semua hal penting buat lo? Gue pernah gak ikut UAS karena nemenin elo pas sakit, gue rela absen karena lo bilang lo pengen banget ke suatu tempat. Sekarang elo mau balik lagi? Elo selalu bilang elo masih sayang, tapi kelakuan lo gak mencerminkan itu Mir."

Tangan Mirna dilepas perlahan, gadis itu mencari sungguh di manik Malik dan benar laki-laki itu jujur tentang marahnya, tentang sakit hati yang dipendamnya lama, tentang ia yang sudah lelah.

"Maafin aku, Lik. Tapi aku beneran... masih sayang. Aku gak rela kamu sama perempuan lain! Lagi pula," Mirna mencoba menghapus tetesan air mata yang merembes ke pipinya.

"Aku gak yakin kamu bisa cinta perempuan lain, selain aku."

Iya Mirna, Malik juga pikir begitu pada awalnya hingga ia selalu pasrah jadi orang yang kau sebut rumah.

Tapi dewasanya Malik menyadari kalau menyakati itu bukan cinta, kalau selalu menyambut itu bukan cinta, selalu mengalah dan memaafkan bukan cinta. Cinta itu berlari ke arah yang sama, ke tengah-tengah bersama, bukan yang satu sibuk berjuang yang satu sibuk bertualang.

"Lo salah Mir, elo gak seindah itu buat diperjuangkan,"

Dan Mirna salah, karena nyatanya Malik bisa jatuh cinta selain padanya.

Malik bangkit, mengambil satu bantal dari kasurnya.

"Tidur di sini, besok aja elo pulangnya, udah malam banget. Gue tidur di kamar Harun."

"Lik!" Mirna masih mencoba mencegatnya.

"Udah, Mir! Pindah! Gue bukan rumah lo lagi dan gue udah gak cinta sama lo lagi!" Tegasnya.

Mirna bergeming dengan tangan yang disingkirkan kasar oleh Malik.

"Sebaik apa cewek lo sekarang sampai lo bilang gini sama gue? Sama cewek yang bahkan gak pernah lo lupain empat tahun dan selalu elo terima gimanapun salahnya? Secantik apa? Sebagus apa Malik!?"

SUGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang