Epilog

2.1K 223 144
                                    

Malang, 1 November 2020

Malam kelam, langit di Kota Malang tampak kelabu dan awan-awan menutupi bintang yang tersamarkan polusi udara. Sri mengintip sang awang-awang melalui sela selambu kamarnya yang sedikit terbuka. Ia senang setelah dua hari menghabiskan waktu di sebelah kidul (selatan) Malang Raya, mengunjungi beberapa pantai dan menikmati angin yang menerpa wajah dan menerbangkan rambutnya. Suara ombak membuat pikirannya tenang, begitu juga hamparan air laut yang membuatnya sejenak melupakan kegelisahan hati. Sejak mengetahui hubungannya dengan Ken di kehidupan yang lalu, gadis itu kerap menyalahkan dirinya sendiri karena menemukan beberapa spekulasi. Dirinya pernah menyakiti Ken, itulah sebabnya mereka berpisah meskipun pernah menjadi sepasang kekasih.

Jangan salahkan Tuhan, kau sendiri yang membuat semua ini terjadi, kau yang menciptakan karma itu. Begitulah isi pemikiran Sri. Cerita tentang Anaksatra dan Ratri sesungguhnya terinspirasi dari kisah yang disebutkan Putra ketika sang yuwaraja membeberkan past life dirinya dan Ken. Intuisinya mengatakan untuk membuat karakter Ratri menyakiti Anaksatra, itulah mengapa ia sangat yakin jika hal serupa juga terjadi di masa lalu. Ia semakin yakin, terutama setelah membicarakannya dengan Ayu kemarin malam. Di malam itu, Sri memutuskan untuk berhenti menulis fiksi sejarah karena hal tersebut hanya akan menyakiti batinnya, juga beberapa pihak lainnya.

Kejujuran Putri membuat gadis itu tertegun. Meski sudah bisa menebak bahwa Putri menyembunyikan sesuatu darinya, Sri sama sekali tidak menyangka jika adiknya itu sampai meminta Putra untuk pergi agar kehidupan normal semua orang bisa kembali. Namun, mana mungkin hidup mereka yang jungkir balik bisa kembali dalam sekejap? Bagaimana semua bisa kembali normal jika mereka sudah terlanjur mengetahui kebenaran dari sejarah yang masih diperdebatkan kevalidannya oleh para sejarawan dan budayawan? Bagaimana dengan Putri yang selama sembilan bulan selalu bertatap muka dengan sosok yuwaraja dan jelas mengetahui lebih banyak rahasia alam daripada dirinya? Dari sudut pandang Sri saja, gadis itu tak bisa melihat dunia yang sama dengan sebelum ia mempelajari keberadaan Putra dan Dewa.

Dari kejadian yang Putri alami pula, Sri perlahan mengerti mengapa Dewa tak kunjung menampakkan wujudnya secara langsung dan hanya menyambanginya lewat mimpi meski sang adipati nyaris setiap saat berada di sisinya. Dewa yang jauh lebih dewasa daripada Putra mungkin sudah memikirkan risikonya, tidak berpikiran naif dengan mengharapkan Sri menerima keberadaan lelaki itu seutuhnya. Saat Dewa belum menampakkan wujudnya saja, Sri sudah berkali-kali merutuki dan menyesali kehadiran Dewa yang membuat hidupnya berantakan, meski bisa mendapat jawaban dari keterikatannya dengan Ken. Bagaimana bisa Sri juga tak tahu malu dan tak tahu diri untuk merutuki takdir yang membuatnya mengenal Dewa yang sangat menyayanginya dan menginginkannya bahagia, sebesar kedua orangtua dan sahabatnya—Dipuy dan Dara?

Sama seperti Sri yang menginginkan orang-orang untuk menghargainya, ia juga ingin menghargai Dewa. Berbisik, gadis itu berharap Dewa berada di tempat ini dan mendengarnya. "Aku tidak akan memaksamu untuk muncul di depanku lagi, Dewa. Aku mengerti, kau pasti tidak ingin aku memaksamu menjawab semua pertanyaanku yang aneh-aneh dan melanggar peraturan duniamu. Aku juga tahu ... jika mungkin kamu tidak mau aku memintamu untuk pergi dari hidupku setelah kamu menampakkan wujudmu, seperti yang dilakukan Putri kepada Putra. Sekarang, semuanya terserahmu."

Ia membayangkan sesakit apa hati Putra dan Putri saat ini. Jika saja ia berada di Jakarta atau Putri tinggal di Malang, Sri pasti akan mengunjungi gadis itu karena kata-kata saja tak cukup untuk membuat hatinya terasa lebih baik. Ia juga berharap Dewa mau mengunjungi Putra agar lelaki itu tidak larut dalam kubangan kekecewaan dan membujuk sang yuwaraja untuk kembali menemui Putri agar bisa menyelesaikan permasalahan mereka dengan kepala dingin. Ia hanya berharap bahwa semua akan baik-baik saja ke depannya.

Air matanya seakan mengering, sudah tak memiliki kemampuan untuk menangis. Ia benar-benar terharu mengingat ketulusan hati Dewa saat mendukungnya. "Terima kasih, Dewa. Jika kelak aku diberi kesempatan untuk terlahir kembali di tanah ini dan jika kau tak keberatan, maukah kau bertemu dan mendampingiku kembali hingga maut menjemputku untuk yang kesekian kalinya?"



***



TAMAT



***



Akhirnya, satu cerita lagi tamat. Tahun 2019 sampai dengan 2022 sangat luar biasa bagiku karena bisa berbagi cerita-cerita yang terbit di akun ini bersama dengan kalian semua!

Aku tahu kalau bab epilog ini mungkin kurang memuaskan bagi kalian dan aku sangat berterima kasih pada para pembaca yang mau bertahan sejauh ini untuk membaca cerita-cerita di Cakrawala Mandala universe. Jadi, aku ingin tahu beberapa hal sebelum kita lanjut ke cerita yang berikutnya. Tolong luangkan waktu sedikit untuk menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini, ya!

1. Ada yang bisa menebak kira-kira buku berikutnya menceritakan tentang apa dan siapa?

2. Bagaimana pendapat kalian tentang tokoh-tokoh di bawah ini (boleh pertanyaan atau apa pun itu)

a. Putri

b. Sri

c. Putra

d. Dewa

e. Dipuy

f. Ayu

g. Tri

h. Dara

i. Eka

j. Ken

3. Hal-hal apa saja yang kalian dapat setelah membaca Pratiwimba?

4. Ataukah ada hal lain yang ingin kalian sampaikan kepada Roserian Blue dan Shanertaja?

Mungkin itu saja pertanyaan yang aku ajukan untuk kalian.

Dan bagi yang bertanya-tanya, Pratiwimba masih memiliki dua extra chapter.  Jadi, stay tune, ya!



***



11 Maret 2022 oleh Roserian Blue dan Shanertaja
Tiga hari lalu pada dua tahun yang lalu (8 Maret 2020), FMFLY tamat. Tadinya aku ingin menyamakan tanggal tamatnya dua cerita ini, tapi kelupaan hehe.

PratiwimbaWhere stories live. Discover now