MAAF

63 38 30
                                    

Lelahmu baru permulaan, kuatmu tolong dikuatkan, banyak harap yang harus diperjuangkan.
-Baskara

Baskara berjalan santai memasuki rumahnya, walau rasanya sangat malas jika Baskara berlama-lama berada di dalam rumah. Membuat dirinya tersiksa. Entahlah baginya rumah bukan tempat teryaman untuknya.

Bian kini bediri dengan berkacak pinggang dihadapan Baskara. Tentu Baskara langsung menghela nafasnya, ini yang ia malas jika berada dirumah. Berurusan dengan Bian.

"Bolos lagi kamu hari ini Kara?" Tanya Bian dengan amarah dimatanya. Ia ingin Baskara menjadi murid teladan disekolahnya. Akan jadi apa namanya jika anaknya melakukan hal tidak baik seperti itu?

Baskara memutar bola matanya acuh.

"Kamu tuh, sekali aja tidak usah berulah. Malu papah mendapat laporan jelek dari sekolah kamu. Senang kamu papah dipermalukan Hah?" Tanya Bian dengan nada yang sedikit tinggi dari sebelumnya.

"Kenapa papah peduli banget? Giliran pembagian raport, papah gak hadir  dan malah ngurusin kantor. Terus sekarang marah-marah gak jelas. Kara capek, mau istirahat. Ngoceh aja terus, lihat diri papah kayak apa dulu, baru omelin Kara!" Tegas Baskara dan langsung berjalan melewati Bian menuju kamarnya.

Bian mengeraskan rahangnya, benar-benar anak itu tidak memiliki sopan santun. Selalu saja Baskara membuatnya emosi, susah sekali anak itu jika hanya disuruh belajar. Malah lebih senang dengan bermusik tidak jelas.

Baskara menghempaskan tubuhnya diatas kasur, dia membuka ponsel, notif dari seseorang yang dia tunggu masih belum terjawab. Dibaca saja tidak. Dimana Dizka? Baskara sudah menemukan semuanya, tetapi Dizka malah menghilang.

Baskara memilih mandi untuk menyegarkan tubuhnya, semoga saja besok Dizka masuk sekolah.

🎸🎸🎸

Dizka kini sedang terduduk diatas kasur rumah sakit. Dokter bilang, dirinya sudah boleh pulang dan melanjutkan istirahat dirumah, mengingat kondisi Dizka yang sudah membaik.

Elmira dan Mahendra menuntun Dizka berjalan menuju mobil, kali ini mereka akan kembali ke kosan Dizka, mengambil barang-barang Dizka yang masih tertinggal disana dan pindah ke rumah barunya. Tentu juga dengan kedua orangtua yang selalu Dizka mimpikan.

Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai di pekarangan kos an milik Dizka. Dizka lantas turun bersama Elmira dan mengambil semua barang-barangnya dan memasukannya kedalam mobil.

"Bun." Panggil Dizka dari jok belakang. Mahendra kini tengah menyetir.

"Apa Diz?"

"Dizka besok mau sekolah boleh yaa?" Pinta Dizka pada Elmira.

Elmira menatap Dizka "Hah? Jangan dulu, kamu tuh disuruh pulang kerumah sama dokter untuk istirahat Diz, bukan pergi ke sekolah. Nggak, bunda gak izinin."

Dizka mengerucutkan bibirnya, masa hanya pergi kesekolah tidak diperbolehkan.

"Ayolah bun, Dizka gak mau ketinggalan pelajaran. Dizka udah gak papa kok."

"Yakin gak papa Diz?" Tanya Mahendra meyakinkan.

Dizka mengangguk mantap "Yakin banget yah."

BELUM USAI | NA JAEMIN [ENDING] ✓Место, где живут истории. Откройте их для себя