SUNSET

43 44 18
                                    

sebuah ekspetasi akan menjatuhkanmu disaat realita sebenarnya sudah didepan mata.
-Dizka

Hari ini, Dizka mengajak Baskara untuk pergi ke pantai. Tidak tau, mood Dizka hari ini sangat ingin pergi ke pantai bersama Baskara. Sejujurnya, Dizka merasa lemas sejak bangun tidur tadi, entahlah dia tidak tau kenapa hal ini terjadi.

"Diz, kok kamu kaya pucet ?" Tanya Baskara khawatir.

"Nggak, gak papa ayo ah." Ajak Dizka.

Baskara menuruti permintaan nya, mereka pergi menggunakan mobil Baskara menuju ke pantai. Sekalian melihat sunset bersama, terlihat menyerukan.

Saat mendengar suara deburan ombak yang menabrak bebatuan, dan aroma khas pantai, suara burung-burung berkicauan, membuat Dizka tenang, seakan merasakan dunianya. Seketika pikirannya mengatakan 'apakah bisa setelah ini aku merasakan hal yang sama seperti ini? '

Mata Dizka berbinar, ia langsung menggeret Baskara menuju tepi pantai. Mereka duduk berdua disana dengan melipat kakinya. Baskara mengamati wajah cantik Dizka dengan amat lekat. Dizka masih menghayati angin yang menerpa wajahnya.

"Kara." Panggil Dizka.

"Kenapa Diz? " Tanya Baskara.

"Kalau Dizka udah nggak ada, kamu janji ya jangan sedih."

Baskara menatap aneh kepada Dizka, mengapa perkataannya sepeti itu "Jangan gitu kamu, emang kamu mau kemana? "

"Janji dulu ishh."

"Iya janji."

Baskara menautkan jari kelingkingnya dengan milik Dizka.

Tuhan, apakah ini akhir dari semuanya?

"Kara, aku mau bilang i love you, dan sampai kapanpun begitu." Ucap Dizka.

Baskara tersenyum "I love you more Dizka sayang."

"Kar, aku capek, tiduran bentar di paha kamu boleh? " Tanya Dizka.

"Pulang aja yuk, itu kamu capek kan katanya? "

Dizka menggeleng "Nggak, disini aja Kar."

Baskara mengangguk, dan membiarkan Dizka berbaring di pahanya. Baskara memainkan rambut mungil milik Dizka. Dizka memejamkan matanya.

Tuhan, jika ini akhir dari segalanya, kumohon berikan kebahagiaan untuk Baskara tersayang.

Dizka meneteskan air matanya, dia lelah sungguh. Rasa sakit yang dia rasakan sangat amat sakit. Dia sudah tidak kuat lagi bertahan. Membiarkan malaikat membawanya pada sang kuasa, pemilik dunia dan seisinya. Sampai lupa, bahwa banyak yang dia tinggalkan di dunia.

Baskara melirik jam tangan yang melingkar pada tangannya, sudah lima belas menit berlalu, dan Dizka belum bangun, padahal sunset sudah akan terjadi.

"Diz, Dizka." Baskara mengusap lembut kening Dizka membangunkannya.

Tidak ada respon dari Dizka, membuatnya panik bukan main, dia memegang badan Dizka, terasa dingin. Bodoh, seharusnya sedari tadi dia paham akan keadaan Dizka, sudah jelas dia pucat sejak berangkat tadi. Dengan panik, Baskara mengangkat tubuh Dizka kedalam mobil dan membawanya kerumah sakit.

"Bertahan Diz, bertahan." Ucap Baskara.

🎸🎸🎸

Elmira datang bersama dengan Bian dan Mahendra. Mereka mendekati Baskara dengan panik. Terlihat Elmira yang sudah meneteskan air matanya.

"Dizka kenapa? "

"Gak tau tan, tadi Dizka bilang pengen tidur sebentar minjem paha Kara. Kara kasih akhirnya tapi dia gak bangun bangun tan." Jelas Baskara.

Tangis Elmira seketika pecah, Mahendra terus menenanginya dan lagi-lagi berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Kamu tau Kar, Dizka mengidap penyakit apa? " Tanya Mahendra.

Baskara menggeleng.

"Apa Dizka tidak memberi tahu? " Tanya Mahendra yang dibalas gelengan oleh Baskara.

"Dia terkena emboli paru."

satu kalimat, empat kata. Kalimat sederhana yang mampu membuat dunianya seakan berhenti berputar. Dizka mengidap penyakit berbahaya itu?  air matanya lolos begitu saja. Berharap keajaiban datang dan menyelamatkan gadis yang dicintainya.

🎸🎸🎸

BELUM USAI | NA JAEMIN [ENDING] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora