SAKIT

31 32 2
                                    

Tak perlu mengulang, kita hanya perlu mengenang
-Dizka

Baskara mematikan ponselnya, Liva terus saja mengganggunya dengan mengirim banyak pesan, membuatnya jengah saja. Baskara akhirnya memutuskan untuk mematikan ponselnya, dia hanya ingin pikirannya tenang.

Tidak, pikirannya tidak tenang, Dizka, di sedang berputar-putar pada pikiran Baskara. Baskara mempunyai niat yang sudah sangat bulat dan tidak bisa ada yang mengganggu gugat. Kini saatnya dia menemui papahnya, walau dia sangat malas menemuinya.

"Pah, Kara mau ngomong." Ucap Baskara dengan wajah yang datar.

Bian yang sedang membaca koran, melirik ke arah Baskara sebentar dan beralih menatap koran yang ada sedang di pegangnya lagi.

"Ngomong aja." Ucapnya tak kalah datar.

Benar apa yang pepatah mengatakan, buah tak jauh dari pohonnya.

"Kara mau pindah agama."

Satu kalimat, empat kata yang membuat Bian naik darah. Bian melemparkan korannya ke sembarang arah dan menatap tajam Baskara.

"Apa apaan kamu Kara?! sekali aja bisa nggak tidak usah berulah?! disuruh belajar gak mau malah main musik gak jelas, sekarang kamu malah mau pindah agama? ngapain? " Omel Bian, matanya memerah menahan amarah yang menggebu-gebu.

"Keputusan Kara udah bulat, Kara ngomong ke papah cuman karena Kara masih menghargai papah sebagai orangtua. Papah setuju atau nggak, Kara nggak peduli. Yang penting Kara udah bilang." Baskara melenggang pergi setelah mengucapkan kata itu.

Bian terus memanggil nama Baskara dengan nada yang sedikit tinggi, sangat emosi dirinya, mengapa Baskara sangat sulit sekali dibilangin, terus saja membuat Bian emosi. Baskara tidak menggubris panggilan Bian, dia terus berjalan hingga bayangan tubuhnya tidak terlihat lagi.

🎸🎸🎸

Baskara mengaktifkan ponselnya, dia ingin menghubungi Agam sekarang. Banyak sekali panggilan tak terjawab dari perempuan aneh, iya aneh siapa lagi kalau bukan Liva. Si ular berbisa, kelakuannya sebelas dua belas dengan Bian.

"Kenapa Kar, tumben? "

"Gua mau pindah agama."

terdengar batukan dari seberang sana, mungkin Agam terkejut "Lo yang bener Kar, ini menyangkut agama, jangan main-main lo."

"Gua kedengeran bercanda Gam? "

"Ya nggak, terus lo mau gua ngapain? "

"Bantuin gua mualaf."

Baskara langsung mematikan sambungannya, dia masih bingung ingin mencari Dizka kemana? rumah Dizka dia tak tahu, dia sudah pindah. Benar benar seperti hilang ditelan bumi dirinya.

🎸🎸🎸

"Gimana tante kondisi Dizka? " Tanya Raka yang baru datang dengan nafas yang tidak teratur. Dia mendapat kabar dari Elmira bahwasanya Dizka operasi pembuluh darah tadi siang.

"Operasinya berjalan lancar Raka, Dizka juga sudah sadar sejak satu jam yang lalu, kamu masuk gih menemui Dizka." Ucap Elmira sambil mengusap punggung Raka.

Kabar baik, Raka akhirnya menghela nafas tenang.

Raka memasuki ruangan Dizka menggunakan baju khusus, Dizka sedang terbaring lemah disana. Membuat Raka turut merasakan sakit yang dirasakan Dizka.

Dia baru tau, bahwa Dizka mengalami emboli paru. Dizka tidak pernah cerita apapun kepadanya, walau Raka kadang suka takut melihat Dizka yang tiba-tiba sesak dan batuk.

"Dizka." Panggil Raka pelan namun masih bisa terdengar. Dizka membuka matanya dan menatap ke arah Raka dengan lesu.

"Raka."

"Gimana, enakan? " Tanya Raka.

Dizka tersenyum "Sakit Rak."

"Lo kenapa gak bilang dari awal Dizka? "

"Aku gak mau ngeliat orang khawatir sama aku, udah cukup aku aja yang tau."

"Tapi lo liat sekarang kondisi lo, jadi kayak gini Diz."

"No problem Raka,,, ini hal biasa buat aku. Rasa sakit ini gak seberapa."

Raka tersenyum "Janji sama gue Diz, bertahan, kasian bunda sama ayah lo."

Air mata Dizka jatuh "Aku gak janji Rak, aku rasa hidup aku tinggal sebentar lagi."

"Jangan ngomong gitu Diz, percaya semua bakalan baik-baik aja."

"Tapi sakit Rak, sakiit, aku gak kuat. Jangan bilang bunda, aku gak mau bunda kepikiran dan akhirnya sakit."

"Lo harus kuat Diz." Ucap Raka dengan semangat.

"Aku gak janji."

"Terus gimana lo sama Baskara? "

"Aku pengen memperbaiki semuanya sebelum aku dijemput Rak."

Raka mengangguk "Apapun keputusannya, gue yakin lo bisa Diz, lo tau apa yang terbaik buat diri lo sendiri."

🎸🎸🎸

BELUM USAI | NA JAEMIN [ENDING] ✓Where stories live. Discover now