BERDAMAI

33 34 4
                                    

aku sadar bahwa memilikimu adalah sebuah ilusi
-Baskara

"Bun, Dizka mau keluar yaa sama Raka. Dizka udah baikan kok bun." Izin Dizka.

"Kamu tiga hari yang lalu abis operasi loh Diz, jangan kecapean, istirahat dulu."

"Bun, lagian impus Dizka juga udah dilepas, sama Raka kok, cuman sebentar." Mohon Dizka dengan wajah memelas nya.

Elmira akhirnya mengalah, ia tak tega melihat Dizka seperti itu, biarkan saja Elmira memberikan waktu agar dia merasa lebih segar.

"Yaudah jagain Dizka ya Rak, jangan malem malem, langsung balik kesini."

"Siap tantee." Ucap Raka dengan gaya hormat.

🎸🎸🎸

Dizka mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada Baskara, dia ingin mengajak Baskara bertemu di taman. Kalau di cafe sudah pasti ramai dan membuat Dizka sesak jika ditempat ramai.

Kara

Kar, aku mau ketemu
bisa?

Ini beneran lo? selalu bisa Diz
gua selalu punya waktu luang
buat lo

di taman kaya biasa ya kar...

oke

Sampai di taman, Dizka mendudukan dirinya di kursi, posisinya di tengah tengah taman, dia masih menunggu Baskara. Raka tadi sudah Dizka suruh untuk menunggu nya di dekat taman saja, jangan mengikuti Dizka.

Dizka terkejut, ketika terdapat bunga di depan tubuhnya, ada yang memberikan bunga itu dari belakang tubuhnya. Dizka menghadap kebelakang dan menemukan Baskara yang tengah tersenyum lebar.

"Nih."

Dizka mengambil bunga yang diberikan Baskara dengan senyumannya "Makasih."

Baskara mendudukan dirinya disamping Dizka. Mereka berdua sama-sama merasakan rasa canggung.

"Kar." Panggil Dizka.

"Iyaa? "

"Aku mau minta maaf soal sikap aku yang kemarin." Ucap Dizka.

Baskara tersenyum "Gak papa, aku maklumin ko."

"Emm... tapi Kar, untuk soal kita balik kaya dulu... maaf aku gak bisaa." Ucap Dizka.

"No problem, berteman sama kamu aja udah buat aku bahagia Diz, perlu kamu tau Diz, ngeliat kamu aja bahagia aku datang. Masalah seakan ilang gitu aja." Ujar Baskara yang dilanjutkan kekehan oleh keduanya.

"Aduh... canggung nih hehe, eh gimana kabar om Bian?"

"Baik, tapi masih sama kaya dulu, aku belum bisa akur sama papah."

Dizka mengusap punggung Baskara "Gak papa Kar, kamu laki-laki kuat yang pernah aku temui setelah ayah."

Baskara tersenyum "Aku udah masuk islam Diz." Ucap Baskara.

Dizka merasakan hal yang senang dalam dirinya, ia yakin pipinya merah sekarang, aduh kenapaaa ini.

"Loh beneran? "

"Iyaa, kamu tenang aja, aku masuk islam beneran niat karena allah kok, sebenarnya udah lama, cuman baru siap sekarang. Minta doanya ya."

"Pasti."

"Eh, jadi kita sekarang udah maafan kan? " Tanya Dizka memastikan.

"Iyaa Dizka." Ucap Baskara sambil mengacak-acak rambut Dizka.

"Apaan gak usah gitu Kar."

"Eh kemaren pas bunda kamu jemput kamu disekolah, kamu sakit Diz? " Tanya Baskara khawatir.

"Iya, cuman pusing tapi bunda panik nya minta ampun, biasa."

"Ya kan namanya sayang Diz."

"Iya Kar, eh terus Liva gimana? " Tanya Dizka.

"Dia, ah gak tau males aku sama dia, nomornya aja aku blok karena ganggu banget, nge spam chat sukanya." Keluh Baskara .

"Kar, jangan gitu, Liva tuh sayang banget sama kamu, coba kamu liat ketulusan Liva."

"Tapi aku masih nunggu masa lalu aku Diz."

Dizka menatap ke arah Baskara. Dizka bukan anak kecil yang tidak mengerti apa maksud Baskara, tentu saja dia mengerti.

"Kara, kalau Dizka kasih kamu satu permintaan, kamu mau apa dari Dizka? " Tanya Dizka pada Baskara.

Baskara tersenyum "Bebas kan? " Dizka mengangguk.

"Aku mau kita balik kaya dulu, cuman itu permintaan aku sekarang."

🎸🎸🎸

BELUM USAI | NA JAEMIN [ENDING] ✓Where stories live. Discover now