OPERASI

36 32 6
                                    

ajari hatimu agar bisa menerima kenyataan, karena ada banyak hal yang hanya bisa diterima tapi tidak bisa dirubah.
-Baskara


Baskara kembali melangkahkan kakinya menuju kelas, pikirannya sudah benar-benar kacau hari ini. Mengapa Dizka tidak ingin kembali dengannya seperti dulu? padahal ia rasa, Dizka masih memiliki rasa yang sama dengan Baskara.

Saat Baskara memasuki kelasnya, ia melihat sosok Dizka yang sedang menunduk sambil memegangi dadanya. Baskara menatapnya dengan tatapan tanda tanya. Baskara ingin menolongnya tetapi ia yakin kalau Dizka pada akhirnya hanya akan mengacuhkannya.

Baskara duduk disamping Dizka tanpa mau membuka suara. Baru saja Baskara mendudukan tubuhnya, Dizka langsung berdiri dan meninggalkan kelas. Baskara yang sangat penasaran, akhirnya mempunyai niat untuk mengikutinya.

Dizka berlari dengan sangat cepat, kini Baskara dengan nafas yang terengah-engah menatap ke seliling tetapi tidak menemukan Dizka.

***

Sejak bertemu dengan Baskara tadi, dadanya terasa sesak, ia rasa penyakitnya kumat. Seketika Dizka teringat dengan ucapan bundanya yang harus menelponnya jika terasa sakit di dadanya.

Dizka berlari dengan kencang keluar kelas, ia ingin menelpon bundanya sekarang. Saat sudah jauh dari kelas, Dizka melihat dari pantulan kaca Baskara mengejarnya. Dizka akhirnya bersembunyi dibalik tembok dan langsung menelpon bundanya.

"Bun..." Lirih Dizka.

"Kamu kenapa Diz? dada kamu sesak yaa? bunda jemput ya Diz, sebentar, kamu jangan kemana mana oke."

Elmira langsung mematikan panggilannya dan Dizka masih menahan ngilu yang begitu kuat di dadanya. Dizka memutuskan untuk kembali ke kelas. Disana sudah ada Baskara yang mengamatinya terus dengan pandangan penasaran.

Tak lama menunggu, Elmira datang dan langsung menghampiri Dizka. Tadi Elmira sudah izin kepada kepala sekolah untuk membawa Dizka pulang karena sakit.

Baskara yang melihat ini lagi-lagi benaknya dipenuhi dengan tanda tanya. Ada apa ini sebenarnya? kalau tidak sakit serius, kenapa sampai bunda Dizka datang dan membawanya pulang.

***

Elmira dengan panik terus mengusap kepala Dizka lembut, ia terus menyemangatinya dan berkata semua akan baik baik saja. Walau pada dasarnya dia juga merasa takut... takut kehilangan putrinya yang baru saja bertemu setelah bertahun-tahun dipisahkan.

"Dunia gak kejam, aku yakin dunia baik. Tolong selamatkan dan sembuhkan Dizka, hanya itu pintaku sekarang."

Elmira terus menahan air matanya, orangtua mana yang rela melihat anaknya kesakitan seperti ini?

Tak lama, mereka sampai di rumah sakit, Dizka langsung dibawa ke UGD untuk diperiksa.
Elmira hanya mondar-mandir panik di depan ruangan, dia takut... sangat takut akan kehilangan Dizka untuk kedua kalinya dan selama-lamanya.

jam berputar dengan cepat, air mata Elmira tak kunjung berhenti, hanya itu sekarang yang bisa dilakukan, berdoa dan menangis. Dokter keluar dari ruangan, Elmira langsung menghampirinya dengan nafas yang memburu.

"Gimana dok? " Tanyanya.

Dokter Reza memandang lekat ke arah Elmira "Dizka harus dioperasi, karena penyakitnya sudah terlanjur parah dan tidak bisa disembuhkan lagi menggunakan obat."

"Tapi kemungkinan bertahan hidup Dizka besar kan dok? "

Dokter Reza tersenyum "Saya tidak bisa memastikan, semuanya ada di tangan tuhan, tapi saya berjanji akan melakukan yang terbaik, untuk hasilnya saya tidak bisa berkata."

Elmira merasakan sensasi yang aneh pada dadanya, demi apapun dia tidak siap untuk kehilangan Dizka. "Lakukan saja operasinya jika memang diperlukan dok." Ucapnya dengan air mata yang sudah ingin turun.

Dokter Reza mengangguk dan meminta Elmira untuk mengurus biaya administrasi nya. Elmira mengangguk dan langsung pergi untuk membayar biaya operasi Dizka.

Elmira masuk kedalam ruangan Dizka, sebelum Dizka operasi, Elmira memilih untuk menemuinya dan memberinya semangat.

Air mata Elmira kembali luruh ketika melihat Dizka terbaring lemah diatas kasur. Dizka tersenyum ketika melihat Elmira menemuinya.

"Bun." Lirihnya.

"Maafin Dizka yaa jadi repotin bunda." ucapnya lagi.

Elmira meletakan telunjuk di bibirnya menyuruhnya untuk diam "jangan bilang gitu sayang, ini memang seharusnya."

"Bun, maafin ya kalau Dizka belum jadi yang terbaik." Ucap Dizka dengan air matanya yang merosot.

"Jangan ngomong gituu, Dizka, janji sama bunda yaa, Dizka bertahan. Mau kan Diz? kita bareng-bareng lagii." Pinta Elmira.

Dizka meneteskan air matanya, ia tidak bisa berjanji, tapi dia juga tidak ingin membuat bundanya khawatir. Dizka mengangguk "Iya bun, Dizka janji."

"Bun, maafin Dizka ya kalau Dizka ingkar janji...."

Elmira mengusap air matanya dan keluar ruangan setelah memberikan kecupan di kening Dizka.
Dizka akhirnya dibawa ke ruang operasi, kini Elmira harus berdoa yang terbaik untuk Dizka.

Perlu diketahui, operasi emboli paru terdapat banyak cara, semuanya tergantung pada penyakit yang diderita oleh pasien. Dizka melakukan operasi emboli paru jenis filter inferior vena cava atau bisa disingkat dengan IVC. Pada prosedur ini, dokter akan menanam alat khusus berbentuk jaring di pembuluh darah.

Tujuannya tersendiri untuk menyaring gumpalan darah dan mencegahnya menyebar ke organ lain. Akan sangat lebih berbahaya jika gumpalan darahnya semakin melebar. karena itu operasi ini sangat sangat diperlukan.

Tak lama Mahendra datang, dan menghampiri Elmira. Elmira seketika memecahkan tangisannya di dekapan Mahendra. Semuanya cukup berat dan tidak pernah dibayangkan. Elmira pikir, setelah bertemu dengan Dizka, hidupnya akan bahagia dan terus seperti itu.... ternyata dunia berkata lain.

Mahendra hanya bisa menenangkan Elmira dan menguatkannya, dan membantu berdoa agar putrinya bisa kembali pulih seperti dahulu. Mereka bisa kembali bersama dan berbahagia.

***

BELUM USAI | NA JAEMIN [ENDING] ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt