2

107 13 34
                                    

Teo dan Levan sedang bermain game bersama di teras rumah Teo. Selain mereka ada Jin dan juga Suga yang sedang mengerjakan skripsinya. Jin dan Suga memang beda jurusan tetapi mereka selalu mengerjakan tugas bersama. Sebenernya sih Jin yang suka mengerjakan tugas bersama karena ada alasan untuk main. Ditambah lagi, di rumah Suga ada banyak makanan yang membuat Jin betah tinggal di rumah ini. Jika boleh, Jin ingin jadi saudara suga saja. Walau ayah Jin jago memasak sampai punya warung nasi dengan banyak cabang tapi tetap aja dia tidak pernah memasak camilan untuk anak-anaknya.

"Bang Jin, skripsi susah gak sih?" tanya Teo kepada Jin.

"serem euy, baru semester dua udah ngomongin skripsi," ledek Levan kepada Teo.

"Lumayan sih, bikin pengen nangis seriusan. Makanya kalo gue ngerjain selalu disini," jawab Jin menggunakan ekspresi sedih.

"Bukannya lo ngerjain skripsi disini biar sekalian ngemil yah?" kata Suga membuat Jin diam.

"Lu kalo ngomong jangan jujur dong, malu kan gue di depan bocil," ujar Jin. Moodnya menjadi jelek gara-gara Suga, namun Jin tidak bisa marah karena jika marah maka Jin tidak bisa ngemil di rumah suga selama beberapa hari dan juga tidak ada manusia yang mau di ganggu olehnya selain Suga.

"Gak biasa bohong sih gue."

Jika kondisi rumah Suga ramai karena Jin yang heboh, berbeda dengan kondisi rumah Namire yang selalu adem dan tenang walaupun penghuninya ada di dalam rumah. Bukan karena mereka jarang bicara tetapi karena mereka bicara selalu pelan-pelan. Di keluarga ini Pendidikan itu sangat di pentingkan, maka tidak heran jika anak-anak dari keluarga ini termasuk jajaran murid pinter.

"Nam, lu udah pesen makanan belom sih?" kata Renal kepada Namire yang tengah asik membaca buku.

"Udah," jawab Namire singkat.

"kok lama yah? Lu pesen dimana emang?"

"Warung nasi Hensem," jawab Namire tanpa melihat ke Renal.

"Ya Allah, pantesan aja lama. Nam asal lu tau, itu warung rame banget. Yang pesen online harus nunggu lama karena yang pesen disana juga udah banyak. Bener nih efek pelihara Jin jadi barang dagangannya laris manis," kata Renal sedikit menjulid.

"Emang iya mereka pakai Jin? Kok bisa?"

"Ya bisalah kan anaknya," jawab Renal lalu tertawa puas.

Namire itu pinter, bijaksana, gak pemalu dan terlebih lagi ilmu komunikasinya itu bagus. Dia gak malu untuk berpendapat walau pendapatnya sendiri itu salah atau tidak tepat. Semua orang yang kenal dengan Namire akan menyebut jika Namire itu adalah orang yang sempurna. Namun dibalik itu semua, Namire memiliki sifat ceroboh, pelupa dan polos. Namire pernah meninggalkan macbook barunya di taksi, pernah menghanyutkan ipadnya di sungai dan juga pernah membanting hpnya hingga layarnya retak. Itu semua adalah tindakan tidak sengaja yang sering terjadi kepada Namire.

Sifat itu jarang diketahui oleh orang lain, karena keluarganya tidak pernah menceritakannya kepada orang lain. Selain keluarga ada teman yang tahu sifat Namire yaitu Renal. Karena mulut Renal inilah, sifat Namire diketahui oleh tetangganya yang lain.

"Sejak kapan Pak Sakti punya anak Jin?" tanya Namire lagi, ntah dia pura-pura atau emang karena polos.

"Udah lama semenjak dia punya anak pertama Bernama Vernando JIN Sakti," jawab Renal kesal. Serius yah, niat dia itu bercanda tapi kalo bercanda sama orang modelan kaya Namire jadinya bukan asik tapi kesel.

"Oh Bang Jin, bilang dong kan jadinya gak muter."

"Gue udah bilang dari tadi btw," ucap renal sambil tersenyum kesal di ikuti oleh Namire yang ikut senyum.

TETANGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang