18

36 4 0
                                    

Sebelum ke cerita alangkah baiknya klik vote dan juga follow akun wattpad aku biar bisa dapetin informasi setiap Updatenya.

"Anjing ya lo Tak! lo sendiri yang bilang untuk gak pacaran sama sahabat sendiri tapi lo sendiri yang lakuin." Jevan sangat marah, ia telah memukuli Taka hingga wajah milik Taka banyak luka lebam. Berbeda dengan Taka yang memukul sebanyak dua kali, jadi Jevan tidak terlalu banyak memiliki luka lebam. 

"Gue tau gue salah, tapi gue juga gak bisa terus bohong sama perasaan gue. Gue sayang sama dia dan rasa sayang itu bukan sayang antara seorang sahabat." Taka terus berusaha untuk menenangkan Jevan. Selain Taka ada juga Suga dan Renal yanng baru saja kembali dari kampus. Suga dan Renal memegangi Jevan yang agar tidak menyerang Taka lagi. Di samping Taka ada Bagas dan Galang yang membantunya. 

Dalam hati, Bagas ingin memukul Jevan karena telah memukul kakaknya. Bagas tau jika kakaknya sedang  mengalah kepada sahabatnya. Bagas tau karakter Taka yang tidak pernah ingin mengalah kecuali pada keluarga dan sahabatnya.  

Berbeda dengan Galang yang merasa bersalah karena telah menyebar rumor ini terlebih dahulu. Namun, awalnya ia hanya ingin seru-seruan tanpa mengetahui dampak yang di timbulkannya.

"Taka, Jevan," teriak Jimin sambil berlari menghampiri kedua. Jimin melihat kondisi Taka yang sudah babak belur, ia menatap Jevan dengan tatapan marah. Mungkin jika Taka  melanggar aturan untuk tidak berpacaran maka Jevan melanggar aturan untuk saling tidak menyakiti. 

Bughhh...

Bughhh...

Bughhh...

Jimin memukuli Jevan hingga ia tersungkur, Suga yang awalnya memegangi Jevan kini malah memegang Jimin yang sangat tersulut emosi. Renal memegang Jevan yang hendak membalas Jimin, tapi beruntung Jin datang dan ikut menahan Jevan. 

"Apa yang kalian lakuin? kalian itu sahabatan dari kecil dan sekarang malah berantem main pukul-pukulan. Kalian itu bukan bocah!" marah Jin melihat tingkah ketiga orang ini.

"Ini salah Taka, gak seharusnya dia pacaran sama Valerie," ucap Jevan membela dirinya. Lalu Jevan menatap Jimin yang  menatapnya sinis, "dan dia datang-datang malah mukulin gue." 

"Gue gak akan mukulin lo, jika lo gak mukulin Taka sampai seperti itu," balas Jimin tak kalah sengit.

"Terus aja belain Taka, lo lupa sama janji kita?" tanya Jevan kesal. 

"Gue sekalipun gak akan lupa, bahkan Taka dan Valerie pun gak lupa sama perjanjian in," jawab Jimin menurunkan nadanya, sebisanya Jimin berusaha sabar agar tidak berkelahi lagi.

Jevan menatap Taka yang mengusap darah dari sudut bibirnya menggunakan tissue yang diberikan  oleh Galang. Jevan merasa bersalah karenanya Taka menjadi babak belur seperti ini, tapi Jevan tidak  terima jika Valerie harus berpacaran dengan Taka. 

"Kalo lo gak lupa kenapa lo harus pacaran sama Valerie?" Jevan berteriak marah. Matanya menatap Taka dengan penuh kekecewaan.

"Emang kenapa kalo gue pacaran sama Taka? Apa itu ngebuat lo rugi?"

Mereka dikejutkan dengan kedatangan Valerie yang secara tiba-tiba datang dengan wajah sedih bercampur marah. Valerie menghampiri Jevan lalu mencengkram kemeja yang dipakai Jevan.

"Kenapa diem aja? Jawab gue. Apa hubungan gue sama Taka ngerugiin lo? Jimin aja biasa aja nanggepin ini. Tapi lo? Kaya bocah tau gak."

"Gue gak suka lo pacaran sama dia! Inget sama janji kita waktu kecil. Diantara kita gak boleh ada kata suka!" Jevan sengaja menekankan kata-kata terakhirnya agar membuat Valerie sadar jika apa yang dia lakuin saat ini adalah salah. Melanggar janji bukan perbuatan yang baik dan Jevan tidak menyukai itu.

"Janji yah? Gue gak lupa tapi gue juga gak mau bohongin perasaan gue. Gue sayang Taka begitupun sebaliknya, gak seperti orang yang selalu jadiin gue ratu sampe ngasih gue harapan tapi nyatanya dia malah pacaran sama orang lain di saat ada satu hati yang mengharapkan hatinya terbalas."

Valerie menjauhi Jevan, rasa marahnya semakin menjadi dan kian membesar ketika melihat mata Jevan. Mata yang sangat Valerie sukai, mata yang membuat hatinya tenang dan mata yang selalu menatapnya dengan teduh.

"Le." Jevan memegang tangan Valerie, menariknya pelan, namun Valerie dengan cepat melepas tangan Jevan. Ia terfokus pada Taka yang babak belur karena ulah Jevan.

"Jevan, kalo lo buat Taka seperti ini lagi, jangan harap kita bisa temenan."

Valerie pergi bersama Taka yang dibantu oleh Bagas dan Jimin untuk berjalan. Galang yang merasa bersalah lebih memilih untuk mengikuti Taka terlebih dahulu, ia akan meminta maaf kepada Taka dan Valerie. Gara-garanya mereka berantem seperti ini.

Berbeda dengan Jevan yang menatap kepergian sahabatnya, hatinya sakit ketika melihat mata Valerie yang menatapnya marah. Jevan tidak perduli dengan Jimin dan Taka, Jevan bisa minta maaf dengan mudah karena baik Taka maupun Jimin mereka tidak akan marah lama-lama.  Tapi Valerie? Dia sedikit susah untuk memberikan maaf. Jevan tidak yakin jika hubungannya dengan Valerie akan kembali seperti dulu lagi.

"Jev, lo gak papa?" Tanya Renal kepada Jevan yang menatap kepergian ketiga sahabatnya dengan mata memerah dan sedikit berkaca.

"Gue gak papa, maaf udah bikin kalian khawatir. Gue belum bisa kendaliin emosi gue," kata Jevan tersenyum tipis.

"Gak papa, kalo emang masalah ini ngebuat lo marah ya marah aja tapi jangan sampe lo mukulin orang kaya tadi. Lo juga harus bisa menerima kenyataan kalo Valerie dan Taka mereka saling suka dan sayang." Jin memegang pundak Jevan. "Kalo Valerie ditakdirkan buat lo, tuhan pasti akan kembaliin dia ke lo. Jangan sedih yah," kata Jin sambil menatap Jevan kasihan.

Suga mengangguk. "Di komplek ini, semua orang peka kok kalo lo suka sama Valerie."

"Hah?" Jevan tidak mengerti maksud dari suga.

"Eum, lebih intinya banyak yang peka kalo lo itu suka sama Valerie. Dari mulai perlakuan dan tatapan lo ke dia udah ngebuktiin semuanya tapi kita baru tau kalo ada perjanjian yang kalian buat sehingga lo gak bisa milikin orang yang lo sayang." Jelas Jin kepada Jevan.

"Dan Valerie juga mungkin peka sama perasaan lo," ujar Jin melanjutkan perkataannya.

"Apa sejelas itu?"

"Jelas banget! Sekarang lo balik, obatin luka lo dan minta maaf sama Taka, Jimin sama Valerie. Jangan ngebuat pertemanan kalian hancur," kata Suga bersiap di motornya Jevan. Dirinya akan mengantarkan Jevan sampai ke rumahnya, iya rumah Suga bukan rumah Jevan. Suga tidak ingin mengantarkan sampai ke rumah Jevan karenam akhirnya dia sendiri akan pulang jalan kaki jika mengantarkan Jevan sampai ke rumahnya.

-

Waktu menunjukan pukul 8 malam, Jake baru saja pulang ke rumahnya. Walau masih SMA, Jake sering pulang malam dari sekolahnya. Ntah itu untuk mengurus organisasi atau hanya untuk belajar di perpustakaan sekolah. Alasan Jake sering memilih belajar disekolah agar ia tidak terlalu terganggu dengan hawa rumah. Biasanya jika belajar dirumah, Jake selalu ingin rebahan sambil bermain game.

Jujur saja, Jake iri dengan kehidupan orang-orang yang sangat santai. Jake ingin seperti mereka tapi tuntutan dari keluarga cukup berat apalagi saat kakaknya meminta Jake untuk bisa menembus kampus terbaik di indonesia. Setidaknya jika Jake tidak kuliah di luar negeri dia tetap bisa masuk kuliah di universitas terbaik. Ini berat tapi kakaknya meminta ini dengan alasan yang cukup kuat yaitu untuk membanggakan kedua orang tuanya dan agar mereka tidak di pandang rendah oleh keluarga besar.

Jake melihat Namire yang tengah makan sendirian, tiba-tiba saja ia menjadi sedih. Ia ingin menceritakan keluh kesahnya hari ini tapi Jake tidak bisa melakukan itu karena melihat mata kakaknya yang sepertinya kelelahan. Jake dengan cepat langsung berjalan ke kamarnya untuk menghilangkan beristirahat.

Namire berjalan menuju wastafel, ia memegang piring dengan satu tangan dan tangan yang satu laginya memegang ponsel. Namire sedang memainkan instagramnya, kebetulan ada beberapa postingan yang sangat menarik untuk dibaca. Namire terus melangkah tanpa melihat adanya sekat tembok rumah.

Dughhh...

Pranggg....

"MAMAH!!!"

Bersambung....

Wah terjadi apa tuh sama Namire??? 

Kira-kira Taka sama Jevan maaf-maafan gak yah?? 

TETANGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang