8

65 15 106
                                    

"VALERIE ANASTASIIYA!" teriak Erik dari depan pintu. Dia menghampiri Valerie dan Rex yang tengah berbincang. Beberapa orang dari dalam dengan kepo buru-buru keluar termasuk ketiga sahabatnya Valerie. Mereka kaget karena tiba-tiba saja Erik meneriakan nama Valerie.

Valerie melihat kepada ayahnya dengan tatapan kecewa. Dia baru saja pulang dari bahaya, tapi ayahnya menatapnya dengan tatapan marah. Apa ayahnya sudah tidak memiliki hati untuk menanyakannya lebih dulu dengan baik-baik atau mungkin memeluknya terlebih  dulu.

Rex sadar jika Valerie bergetar takut dan juga menahan tangisannya. Ia turun dari motornya dan berdiri di samping Valerie. Mungkin dirinya bisa membantu Valerie untuk menjelaskan keadaan sebelumnya.

Jevan, Taka dan Jimin menatap Rex dengan pandangan tidak suka. Mereka pikir jika Valerie dibawa pergi sampai  selarut ini oleh Rex. Perasaan aneh juga menyelimuti mereka bertiga, perasaan yang sama ketika Valerie mengatakan punya pacar dulu saat mereka duduk dibangku SMP.

"Apa yang kamu lakukan sampai larut malam seperti ini? Apalagi dengan seorang pria. Papah gak habis pikir jika kamu berani seperti ini!" kata Erik setelah berada di hadapan Valerie dan Rex. "Contoh Victoria, dia tidak pernah keluyuran sampai tengah malam seperti ini. Dia juga tidak pernah berpergian dengan laki-laki yang tidak papah kenali. Berbeda dengan kamu!"

"Iya aku emang beda dengan Victoria! Victoria penurut aku enggak, Victoria pintar dan aku bodoh, Victoria selalu jadi kebanggaan keluarga sedangkan aku gak pernah menjadi kebanggaan keluarga. Victoria itu sempurna sedangkan Valerie gak sempurna. Valerie tau itu Pah." Rasanya sakit mengatakan itu, namun ada rasa lega dihatinya. Mungkin setelah ini ayahnya tau jika kedua anaknya itu berbeda dan tidak pernah menuntutnya untuk menjadi sama lagi.

"Kamu memang tidak sempurna Valerie, kamu sering membuat papah malu dengan tingkah kamu yang seperti anak kecil. Kamu memang anak yang gagal!" Erik sengaja menekan perkataannya. Ia hanya ingin Valerie berubah dan menjadi lebih baik lagi.

"Anak yang gagal yah? Disini yang gagal itu papah bukan aku! Papah hanya sayang kepada Victoria. Ketika Victoria sakit, Papah akan izin kerja dan menemani Victoria seharian. Papah bakal buatin dia bubur, anter dia ke dokter dan masih banyak lagi. Setiap kita makan bersama, yang akan selalu Papah tanyakan itu adalah Victoria gimana kuliah kamu? Apa ada masalah? Apa yang sulit? Lalu ketika Victoria pulang malam, Papah pasti akan nunggu dia kalo Victoria gak bawa kendaraan Papah akan jemput Victoria walau kondisinya hujan. Sedangkan untuk aku? Apa pernah Papah lakuin itu? Aku beberapa kali kirim pesan ke Papah tapi gak ada balasan sama sekali. Jangankan balasan, dibaca pun enggak!"

Victoria menjadi lebih murung dan memilih masuk ke dalam kamarnya. Rasanya sulit jika harus mendengar pertengkaran antara Valerie dengan ayahnya. Pasti selalu saja dirinya terpanggil dan menjadi objek perbandingan. Victoria Risih, lebih tepatnya merasa tidak enak kepada Valerie. Ia tahu ini menjadi salah satu hal yang membuat ada batasan diantara dirinya dengan Valerie. Victoria iri kepada semua orang yang bisa bercanda dengan adiknya tanpa rasa canggung. Victoria ingin seperti itu, walau sekali seumur hidupnya.

Kembali ke luar rumah keadaan semakin memanas, karena baru saja Erik menampar Valerie hingga hampir terjatuh. Beruntung saja Rex ada disana dan menahan tubuh Valerie agar tidak terjatuh. Ini memang bukan pemandangan yang sangat aneh bagi Rex, bahkan di keluarganya Rex sering di perlakukan seperti ini. Namun ini berlebihan menurut Rex, Valerie baru saja mendapat masalah yang hampir membuatnya di perkosa dan sekarang ayahnya malah menuduh yang tidak-tidak.

"Erik sudah, tahan emosi kamu!" Kata Devira menengahi. Ia tidak tega melihat Valerie yang terus dimarahi, disisi lain juga ia malu karena tetangganya menyaksikan masalah keluarganya.

"Bagaimana bisa aku tahan emosi aku? Kelakuan anak ini selalu diluar nalar! Kamu mau jadi aib keluarga kita hah!" teriak Erik saat melihat Valerie yang masih memegangi pipinya karena di tampar olehnya. Tatapan yang diberikan oleh Erik membuat hati Valerie sakit.

TETANGGA Where stories live. Discover now