20

26 1 0
                                    

Valerie melihat ayah, ibu tiri dan saudaranya tengah berbincang di ruang TV. Masing-masing dari mereka saling bertukar pikiran. Walau hanya melihat dari balik tembok rasanya sangat hangat. Valerie ingin merasakannya juga, tapi apakah bisa? Hubungan ibu dan ayah kandungnya tidak sebaik hubungan ayah kandung dan ibu tirinya. Walau akhir-akhir hubungannya dengan ayahnya telah membaik tapi Valerie tidak bisa sedekat Victoria.

Melihat mereka yang tertawa bersama sambil menonton membuat mata Valerie memanas, Valerie ingin merasakannya juga. Ia mengusap air matanya yang mulai membasahi pipi putihnya lalu pergi dari persembunyiannya.

Valerie berjalan keluar rumah, dia berniat untuk membeli beberapa cemilan untuk menemaninya belajar. Valerie akan presentasi besok dan tentunya ia harus hafal semua materi yang akan dia presentasikan.

Valerie keluar  dari halaman rumahnya dan mulai berjalan menyusuri komplek perumahannya. Awalnya Valerie akan mengajak Taka tapi Taka tidak bisa dihubungi, dia ada di panggilan lain jadi ia pergi sendiri saja.

Sepanjang perjalanan, Valerie berjalan kaki sendiri. Jarak komplek dengan supermarket memang jauh, maka dari itu Valerie ingin mengajak Taka siapa tau kan dia bawa motor. Tapi nyatanya Taka sedang sibuk atau mungkin sedang tidur dikamarnya. Taka pernah cerita kalo sekarang dia sedang memperbaiki jam tidurnya, jadi terkadang jam delapan malam Taka telah tertidur.

-

"Kamu gila!" Kata Taka dengan penuh bercandaan.

"Aku gak gila Tak, aku emang lebih rindu kamu dibandingin pacar aku. Kamu lebih paham tentang kondisi aku dari pada dia. Bayangin aja yah, dia marah ke aku gara-gara aku gak sengaja bilang kalo sahabatnya itu sasimo."

Taka tertawa lepas, ia tau siapa yang dibicarakan oleh gadis di telepon ini. Namun Taka tidak menyangkal atau membela orang itu. Taka lebih suka mendengarkan dan menanggapi dengan ceria seolah tidak tau tentang siapa yang kini tengah mereka bicarakan. Meski begitu, dalam hati Taka terus meminta maaf kepada kedua orang itu.

"Sasimo apa emangnya?" tanya Taka di sela ketawanya.

"Sana sini mau, aku denger sahabatnya itu punya dua sahabat cowok lagi dan kata pacar aku ni cewek deket juga sama kedua cowok ini. Malahan suka nempel-nempel, murahan banget yah." Terdengar suara tertawa lepas dari sebrang sana.

Taka ikut tertawa tapi kaku, kini ia tidak bisa nerima jika kekasihnya disebut murahan. Hatinya terluka ketika mendengarnya tapi tidak ada cara lain selain ini untuk mendekati Nara yang statusnya telah menjadi kekasih Jevan.

"Kok bisa dia nempel seperti itu? Apa temen cowoknya gak risih?"

"Ntahlah, aku gak tau. Oh iya Taka, besok kita ketemuan yuk, aku ada rekomendasi resto yang enak banget. Besok malam, aku freenya malem soalnya," ajak gadis di sebrang sana.

"Boleh, aku bakal usahain dateng untuk kamu yah cantik."

Percakapan telepon berakhir, Taka menyimpan hpnya di sisinya. Ia menatap langit-langit kamar, tidak terasa air matanya terjatuh. Akhir-akhir ini Taka mudah menangis jika sendiri, dia takut akan rencananya yang telah dia buat. Ia takut jika rencana ini akan mempengaruhi persahabatannya.

"Gue harap persahabatan kita gak akan rusak, Valerie sebesar apapun kesalahan gue nanti jangan pernah meninggalkan persahabatan kita."

-

"Kak Valerie," teriak Bastian. Ia menenteng keresek berwarna hitam. Valerie menebak jika isinya adalah dua kotak nasi goreng. Bastian dan Galang memang sering membeli nasi goreng malam-malam jadi gampang untuk menebak tentangan Bastian.

"Loh abis jajan?" tanya Valerie saat Bastian telah dihadapannya.

"Iya nih beli nasi goreng, gue sama Bang Galang mau begadang," jawab Bastian sambil tertawa renyah. "Lo sendiri mau kemana?"

"Gue mau beli makanan ringan ke minimarket di depan. Sama kaya lo, gue juga mau begadang buat pahamin materi."

Bastian mengangguk paham. "Gue anterin yah kak, gak baik cewek keluar malem-malem. Gue kemaren denger cerita temen gue yang cewek ada yang hampir di perkosa preman. Jadi gue anter aja ya kak," kata Bastian sambil memohon. Ia merasa khawatir jika ada perpyan yang keluar malam-malam sendirian jadi lebih baik Bastian mengantarnya dari pada harus membiarkan perempuan sendirian di malam hari.

"Ayok," setuju Valerie yang langsung jalan di depan Bastian. Malam ini, Valerie merasa beruntung karena ada Bastian yang muncul dan mau mengantarnya. Valerie masih sedikit trauma dengan kejadian beberapa minggu lalu, dimana dirinya dikejar oleh preman.

Bastian dan Valerie berbincang bersama sampai tidak terasa sudah sampai di depan Minimarket. Valerie masuk kedalam sedangkan Bastian menunggu di luar karena dia malas masuk, alasannya karena matanya selalu laper alias selalu ingin membeli makanan yang ia lihat.

Valerie memilih banyak makanan ringan, selain itu ada coklat, Roti dan minuman yang ia beli untuk stok cemilan di kamarnya. Valerie tidak bisa membiarkan kamarnya kosong tanpa cemilan. Biasanya hal seperti ini dilakukan oleh ibunya tapi semenjak ibunya pergi dan memilih tinggal di apartemen, Valerie harus membelinya secara mandiri.

Setelah selesai memilih makanan yang ia ingin dirinya beli, Valerie pergi ke kasir untuk membayar makanan yang dirinya beli. Valerie melamunkan sebentar soal panggilan sibuk milik Taka. Kenapa bisa panggilan Taka sibuk? Apa dia sedang mengerjakan tugas lewat telepon atau apa? Setau Valerie, teman Taka akan mengerjakan tugas melalui Zoom meet atau Gmeet walau itu hanya berdua atau bertiga tapi lebih sering mengerjakan bersama di cafe atau rumah salah seorang teman sekelompok nya. Jika pun menggunakan media daring, Taka akan lebih suka menggunakan laptop atau Ipad. Pikiran negatif menjadi muncul dan menghiasi pikiran Valerie sampai ia tidak fokus jika kasir di depannya telah selesai menghitung.

"Mbak?" Ujar kasir itu berusaha membuyarkan lamunan Valerie.

Valerie tersentak kaget. "Eh udah yah?"

Kasir itu mengangguk sambil tersenyum hangat. "Sudah Mbak, totalnya tiga ratus empat puluh dua ribu."

Valerie mengeluarkan dompetnya lalu mengambil uang sesuai dengan total belanjaannya. "Terimakasih yah Mbak."

Bastian melirik Valerie yang baru saja keluar dari dalam minimarket. Ia dengan segera membawa salah satu kantung belanjaan Valerie.

"Yuk Kak balik," ajak Bastian yang diangguki semangat oleh Valerie.

-

"Pah, Victoria boleh gak beli mobil lagi? Harganya cukup mahal, tapi gak mahal dari mobil Valerie hanya tujuh milyar aja." Victoria mengatakan dengan hati-hati.

"Jangan sekarang yah sayang, Papah baru aja beli mobil untuk Valerie. Selain itu, Biaya pengobatan kamu cukup besar jadi Papah belum ada uang lebih selain untuk pengobatan kamu."

"Kalo uang itu untuk pengobatan aku, kenapa Papah beliin Valerie mobil?" tanya Victoria sedikit sedih. Semenjak hubungan ayahnya dengan Valerie membaik, permintaan Victoria selalu di tolak. Kemarin saat Victoria minta dibelikan Ipad papahnya menolak sedangkan saat Valerie meminta dibelikan tablet terbarunya samsung langsung dibelikan. Victoria merasa cemburu karena akhir-akhir ini Valerie lebih diutamakan dibandingkan dirinya. Jika Victoria harus memutar kembali waktu, ia memilih untuk tidak mendukung ayah dan adiknya berbaikan.

"Papah gak pernah kasih sesuatu yang Valerie inginkan, jadi Papah belikan dia mobil."

"Tapi Papah beliin dia tablet, bahkan harganya lebih mahal dari yang aku minta."

Erik terdiam, ia tidak bisa mengelak perkataan Victoria. Semua yang dikatakan oleh Victoria itu benar. Dirinya sekarang sangat loyal terhadap Valerie tapi baru kali ini Valerie meminta suatu hal kepada dirinya. Sejauh ini, Erik hanya membiayai makanan, uang jajan dan juga biaya sekolah Valerie. Selain itu ditanggung oleh Nesya, ibu kandung Valerie. Walau hanya seorang ibu rumah tangga, Nesya memiliki banyak bisnis di Bali yang di urus oleh bawahan sekaligus keluarganya jadi tidak heran jika Nesya juga memiliki uang untuk memanjakan Valerie.

"Maafin Papah, bulan depan Papah akan belikan yang kamu inginkan."

Bersambung....

Victoria jangan ngeselin yahh!

Jangan lupa vote sama komentarnya bestie 💜

TETANGGA Where stories live. Discover now