19

29 1 0
                                    

Mendengar teriakan anak sulungnya, Kamila yang sedang memeriksa jawaban siswanya langsung berlari ke arah sumber suara. Kamila sangat panik karena khawatir dengan Namire. Ia tau jika Namire berteriak seperti ini tandanya anaknya dalam bahaya. Apalagi ada terdengar suara pecahan piring, sudah sangat jelas jika anaknya sudah memecahkan piring lagi dan Kamila tidak mau jika Namire membereskan pecahan piring karena pasti tangannya akan terluka.

Tak hanya Kamila, Danu suami Kamila juga langsung pergi ke sumber suara. Ia juga sangat khawatir jika anaknya akan kenapa-napa mengingat Namire sangat ceroboh.

Mereka tiba di dapur bersamaan, mereka terkejut melihat Namire yang terkapar lemah dengan ibu jari kaki yang berdarah dan juga kepalanya ikut berdarah. Di sekitarnya berserakan pecahan piring.

"Ya Tuhan Namire," teriak Kamila langsung memeluk kepala anaknya. Ia menangis melihat anaknya dalam kondisi seperti ini. Pendarahan yang dialami Namire cukup banyak jadi baik Kamila maupun Danu sangat khawatir.

Jake yang mendengar keributan langsung turun untuk melihat kondisi apa yang terjadi. Ia kaget saat melihat kakaknya terkapar lemah lantai dengan darah dari kaki dan kepalanya. Jake berlari menghampiri kedua orang tuanya dan membantu ayahnya yang bersiap untuk menggendong sang kakak, mereka akan membawa Namire ke rumah sakit.

-

Danu, Jake dan Kamila menunggu dokter keluar dari ruang rawat Namire. Kamila tidak berhenti menangis, ia tidak pernah berpikir jika sifat ceroboh Namire bisa mencelakai dirinya sendiri. Walau sering merasa marah karena anaknya ini kerap menghilangkan dan merusak barang tapi jika seperti ini Kamila lebih memilih Namire menghilangkan atau mungkin merusak barang walaupun harganya mahal, Kamila ikhlas dari pada harus melihat Namire seperti ini. 

Dokter keluar dari ruang rawat Namire, ia tersenyum hangat dan itu berhasil membuat ketiga orang ini merasa tidak terlalu khawatir.

"Kondisi anak Ibu dan Bapak tidak terlalu mengkhawatirkan. Dia pingsan karena shock dan untuk kakinya, besok pagi kami akan mencabutnya jika tidak dikhawatirkan adanya pembusukan. Pasien boleh di jenguk, silahkan."

"Terimakasih dokter," ujar Kamila menangis bahagia.

"Dokter, kakak saya tidak hilang ingatan kan?" tanya Jake polos.

Dokter tersenyum hangat, "tidak, kakak kamu sangat sehat. Tidak ada yang hilang dari memorinya hanya saja mungkin dia perlu berhati-hati agar tidak kecelakaan seperti ini lagi."

Setelah berbincang sebentar dengan dokter, Danu, Kamila dan Jake masuk kedalam ruang rawat Namire. Mereka melihat Namire sedang tertidur dengan kepala dan jempol kaki yang di perban.

Sebagai seorang ibu, Kamila tidak kuasa melihat anak yang paling dia sayangi ini terbaring lemah di kasur rumah sakit. Kamila kembali menangis sesenggukan sampai-sampai Danu dan Jake bingung harus menghiburnya bagaimana lagi. Satu-satunya jalan agar Kamila berhenti menangis adalah bangunnya Namire dari tidurnya.

Walau terlihat sangat kuat, Danu selaku ayah merasa sedih melihat anaknya seperti ini. Ini rasanya lebih sakit dari pada saat Namire tidak sengaja menyenggol guci yang ia beli dengan harga yang cukup tinggi hingga pecah. Ini lebih sakit!

Besok salah satu kuku ibu jari kaki anak tertuanya akan dicabut. Danu tidak bisa membayangkan betapa sulitnya kehidupan Namire selama kakinya sakit. Danu akan mengambil cuti demi Namire.

Jake jadi berandai-andai, jika saja ia lebih memilih menemani kakaknya mungkin saat ini kakaknya akan baik-baik saja. Tidak akan kehilangan kuku ibu jarinya dan mungkin masih tertawa. Ya walaupun ini bukan sakit berat tapi tetap saja ini sangat menyakitkan. Jake tidak menyukai kakaknya sakit, karena jelas kakaknya akan berubah menjadi anak SD yang akan menghadapi kegiatan kesehatan yaitu di suntik disekolah.

TETANGGA Where stories live. Discover now