2

73 16 145
                                    

Pukul setengah delapan Alex mulai menggarap materi yang akan dipresentasikan besok. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan materi tersebut, sebab, sebelumnya Alex sudah memiliki format yang hampir mirip dengan rencana miliknya. Di temani dengan air yang di temukannya tadi, ia dengan serius mengerjakan materi itu.

Botol kaca berisi air itu ditaruh ke dalam ember penuh es batu. Serupa menikmati Vodka mahal, Alex menuangkan air itu ke dalam gelas kaca kecil sedikit demi sedikit. Meski ini tidak membuatnya mabuk, tapi hangatnya sangat terasa di tenggorokan.

Waktu tengah malam, seluruh pekerjaan Alex telah selesai. Kemudian ia lanjutkan untuk latihan presentasi di depan cermin. Ia berbicara dan membayangkan ada para investor penting sebagai audiesnya, Alex menjelaskan tentang semua rencana yang ia buat dengan gestur yang sudah ia pelajari di internet. Pada awalnya ucapan Alex terbata-bata dan banyak mengulang karena merasa gugup untuk menatap dirinya sendir di dalam cermin. Namun, ia tidak menyerah dan terus berlatih agar hasilnya sesuai dengan harapan.

Saat ia tengah menatap dirinya di depan cermin telinganya mendengar suara kucing entah dari mana. Suaranya sangat lirih, tapi masih dapat di dengar oleh telinga. Alex menghiraukan suara itu dan tetap fokus berlatih.

Setelah semua dirasa cukup bagus, Alex kemudian membereskan semua sampah wadah makanan, ia juga mengelap bekas ember yang berisi air es itu. Alex memastikan kembali air di botol itu sudah habis atau belum dan ternyata air di sana tidak bersisa sama sekali.

"Orang itu beli minuman ini di mana, ya?" ujarnya. Alex merasa cukup suka dengan minuman itu.

Setelah semua sudah beres, pukul dua dini hari, Alex putuskan untuk tidur dan bangun jam tujuh pagi.

🐈🐈

Angin semilir berembus membelai daun pepohonan, membuat lampu taman yang menyala bergoyang-goyang. Entah kenapa Alex malam hari ada di taman sendirian, duduk di bangku putih bawah pohon besar. Di sebelahnya terdapat botol kaca kecil, persis botol yang ia temukan sore tadi. Ia celingukan melihat sekeliling, banyak orang di sana, tapi tak satu pun yang Alex kenali. Orang-orang itu terlihat berjalan santai. Namun, ada yang aneh, hampir semua dari mereka tidak memiliki ekspresi sama sekali.

Ia ingat sekarang, ini adalah tempat yang sama saat ia menemukan botol dengan air yang rasanya enak tapi aneh. Ia pegang botol air yang ada di sebelahnya itu. Perasaan isi dari botol ini sudah aku habiskan tadi, deh, ujarnya dalam batin. Ia masih terlihat heran dengan itu.

Masih dalam kebingungan yang sama, terlihat ada seseorang wanita dari kejauhan datang menuju ke arahnya. Menurut Alex pakaian wanita itu sangat norak. Bagaimana tidak, ia berpakaian jubah warna putih di tempat seperti ini. Di tengah orang datang untuk bersantai atau kencan, orang ini malah berpakaian seperti kuntil anak. Makin hari pakaian orang makin aneh-aneh saja.

Tak memperhatikan, Alex membuka dan meminum air yang ada di botol itu. Kini rasanya berbeda, air itu memiliki aroma yang pekat dan rasa yang asam. Alex hanya menelan sedikit setelah itu menyemburkannya ke tanah.

"Air apa, nih! Ransanya kayak tai kucing!" maki Alex, lalu botol itu di taruh sebelahnya.

Semakin dekat orang itu melangkah, wajahnya semakin kentara. Itu adalah wanita yang paling berjasa dalam hidup Alex.

"Bu, ngapain di sini?" tanya Alex tanpa basa-basi.

"Apa kabar kamu, Nak?" tanya wanita itu, kemudian duduk di sebelah Alex.

"Kabar baik, Bu," jawabnya, "kan Minggu kemarin Alex pulang ke rumah, Bu. Masa Ibu sudah kangen lagi sama Alex. Ibu ngapain di sini? Mana pake mukena lagi. Ibu mau ke mana? Sini Alex antar."

Do You Wanna Be A Cat?Where stories live. Discover now