13

9 1 23
                                    

"Sabar aku bisa jelaskan semua ini!" ujar Alex sambil menghindar dari senjata Veni.

Veni tidak menggubris apa yang dikatakan Alex, yang ia tahu bahwa ada orang asing di rumahnya.

"NYERAH NGGAK! KALAU NGGAK NYERAH AKU TELEPON POLISI!" ancam Veni.

"Oke oke! Aku diam. Tapi aku jelasin ini semua ke kamu. Tolong jangan lapor polisi dan tolong percaya aku."

"Aku sebenarnya kena kutukan. Kadang aku jadi kucing dan jadi manusia. Aku tahu ini memang terdengar gila, tapi emang gini nyatanya. Aku juga nggak percaya sama semua ini, tapi bagaimana lagi," terang Alex. Namun, sama sekali Veni tidak percaya.

"Ternyata kamu bukan cuma maling, tapi orang gila! Pergi dari rumahku!"

"Kamu yang memberi nama aku Manci. Kamu yang bawa aku dan rawat aku saat aku tertabrak di trotoar depan restoran itu. Kamu pasti ingat, 'kan?" terang Alex, "Aku juga yang nolak waktu kamu kasih Wiskhas, tapi malah mau ikan cakalang. Aku tahu kalau kamu suka nonton drakor sampai ketiduran. Aku kucing yang sering kau sebut aneh" Alex masih  berusaha menjelaskan pada Veni

"DASAR KAMU PENGUNTIT!" Gagang sapu itu kembali mendarat di tubuh Alex. "SUDAH BERAPA LAMA KAMU NGIKUTIN AKU, HUH?"

"Nggak gitu, Ven. Aku jujur soal cerita tadi. Beneran. Demi apapun!"

"Oke kalau yang kau bicarakan itu benar. Sekarang buktikan kalau kamu itu adalah Manci." Veni sejenak berhenti menghujamkan gagang sapu itu kepada Alex.

Kini Alex yang harus berpikir, bagaimana cara ia menjadi kucing dengan sengaja. Selama ini yang terjadi Alex masih tidak mengerti kenapa ia berubah menjadi kucing dan sebaliknya.

"Oke akan aku buktikan sama kamu. Tapi, kalau aku bisa buktikan kamu harus menolongku agar aku bisa lepas dari kutukan ini. Bagaimana?"

"Oke! Kalau tidak bisa akan aku bawa kau ke kantor polisi dengan tuduhan perampokan dan percobaan pemerkosaan."

Mereka sepakat lalu Alex berkonsentrasi penuh agar dirinya dapat menjadi seekor kucing seperti kemarin. Ia berusaha keras untuk membayangkan dirinya berubah menjadi kucing putih oranye yang sangat menggemaskan. Namun, tidak ada hal apapun yang terjadi.

Sedang Veni melipat tangannya di depan dada, tangan satunya masih setia menggenggam sapu. Ia harus tetap waspada jika ada perlawanan mendadak dari Alex.

"Mana? Kamu tidak berubah menjadi apapun?" sindir Veni yang merasa ini semua cuma omong kosong.

"Tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan buktikan bahwa aku tidak berbohong."

"Coba buktikan."

Alex masih berkonsentrasi penuh agar ia dapat menjadi kucing. Sialan kenapa nggak bisa, sih? gerutu Alex dalam batinya.

Ini yang paling ia benci. Saat ia membutuhkan sesuatu hal itu malah sulit terjadi. Namun, saat tidak hal yang tidak diharapkan malah terjadi. Seakan-akan semesta sangat suka mempermainkan para manusia.

Sudah lima menit lebih Alex berusaha, tetapi tidak terjadi apa-apa.

"Ini sudah cukup lama dan kamu belum berubah menjadi apapun yang kau ceritakan tadi."

Alex menghela napasnya berat. "Aku tidak berbohong. Aku benar Manci kucing yang kau selamatkan dua hari lalu. Aku juga tidak mengerti cara kerja kutukan di dalam tubuhku." Suara Alex parau terdengar. Ia merasa tidak bisa membuktikan semua yang ia cerikatan benar.

"Oke, kalau begitu. Mumpung sekarang aku baik. Kamu tidak aku laporkan ke polisi."

"Terima kasih sudah percaya, Ven."

Do You Wanna Be A Cat?Where stories live. Discover now