27

8 0 0
                                    

Tubuh Alex terasa aneh saat dirinya ada di dekapan Tasya. Namun, dirinya tidak memperdulikan hal itu sekarang, sebab selain dirinya mabuk berat, pikirannya kini penuh dengan birahi manusia.

Di bawah kerlip lampu diskotek, Tasya menuntun Alex menuju kamar toilet yang ada di sudut ruangan itu. Alex yang sempoyongan hanya bisa pasrah dengan seseorang yang menuntunnya.

Semakin lama ia melangkah, semakin terasa badannya kian aneh. Alex sudah pasrah akan nasibnya jika ia menjadi kucing di tempat ramai seperti ini. Jika ia akan meninggal pun Alex sudah cukup siap. Pikirnya, ia akan mati setelah menikmati hal yang menyenangkan.

Setelah sampai toilet, Tasya memeluk Alex, ia juga meraba semua bagian tubuh Alex. Sedang Alex yang mabuk berat hanya bisa melawan dengan mengecup leher Tasya hingga merah.

Hal itu tidak berlangsung lama sebab beberapa menit kemudian Alex berubah menjadi kucing. Perubahannya kali ini sidikit lama sejak tubuhnya merasa aneh tadi. Mungkin karena efek dari alkohol yang membuatnya demikian.

Tubuhnya menyusut diiringi Tasya yang mundur beberapa langkah ke belakang, bola mata Tasya membulat tidak menyangka apa yang ia saksikan ini. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat seorang manusia perlahan mengecil dan berubah menjadi kucing.

"Aaaaa!" Tasya menjerit saat ia sadari pria di depannya menjadi kucing seutuhnya.

"Setaaan!"

Alex yang baru saja menjadi kucing hanya bisa melihat Tasya dengan tatapan bingung. Ia masih linglung beberapa saat akibat transformasi ini.

"SILUMAN KUCING!"

Mendengar kata itu Alex kini paham betul situasinya. Lalu ia mengengong keras sebelum dirinya keluar dari tempat itu.

🐈🐈

Kucing putih oranye itu berlari seperti maling kabur dari kejaran warga. Ia berlari menabrak kaki para pengunjung di sana. Beberapa yang tertabrak Alex merasa geli karena betis mereka bersentuhan langsung dengan bulu Alex.

"Tadi aku kepikiran buat mati, tapi aku tadi belum sempat anu. Mati sekarang bukan pilihan tepat. Sialan, aku harus keluar!"

Alex masih berlari tak tau arah. Para pengunjung yang pertama berjoget kini sebagian memperhatikan ada kucing yang berkeliaran di sana.

Saat semua pandangan teralihkan oleh seekor kucing, musik perlahan melirih. DJ yang memegang kendali musik turut tertarik pada hal aneh yang ada di lantai dansa.

"ADA KUCING!" Teriak seorang pengunjung yang sepertinya mabuk berat.

"Tolong petugas keamanan, ada pengunjung tak diundang datang," ujar DJ itu. Penampilannya sangat nyentrik dengan headphone yang dikalungkan di lehernya.

Terlihat para petugas keamanan yang berada di sisi ruangan terperanjat lalu dengan segera mencari kucing yang tengah berlari di tengah-tengah kerumunan. Ada empat petugas keamanan sedang menunduk mencari keberadaan Alex saat ini.

"Sambil mencari kucing yang nyasar. Mari kita lanjutkan party kita ini!" ujar DJ itu, "Are you ready?"

"Ready," jawab semua orang antusias.

"Let's go!"

Musik kembali diputar oleh DJ, tetapi kali ini lebih keras dari sebelumnya. Ditambah lampu kerlap-kerlip yang semakin meriah.

Para petugas kini dibuat semakin kebingungan mencari kucing itu. Mereka jelas memaki dalam hatinya karena di permainkan oleh pengunjung yang datang saat itu. Jika tidak segera ditemukan kucing itu bisa mati diinjak-injak oleh para pengunjung mabuk itu.

Musik yang semakin kencang membuat Alex semakin kalut. Pandangannya tertutup oleh kaki orang-orang yang asyik berjoget. Sedang posisi Alex yang masih ada di tengah kerumunan semakin bingung ingin lari ke mana. Beberapa kali ekornya terinjak oleh pengunjung yang sedang berjoget.

"Sialan! Aku akan mati memalukan sepertinya."

Beberapa kali Alex mencakar kaki manusia yang sembarangan menyakitinya.

🐈🐈

Veni dibuat kaget saat mengetahui di dalam adalah diskotek yang sangat ramai. Musik yang sangat kencang membuat Veni merasa pening seketika.

Ia rasa harus pergi dari tempat itu sebelum ia pingsan di tempat karena suasana ini. Namun, saat hendak beranjak Veni mendengar ada seseorang berteriak 'ada kucing' lalu dilanjut dengan pengumuman DJ agar petugas menangkap kucing itu.

"Manci?" ujar Veni seraya menolehkan kepala.

"Itu Manci!"

Tanpa berpikir panjang lagi Veni melangkah menuju kerumunan untuk mencari Manci. Ia tidak berpikiran hal lain lagi. Meski takut akan situasi itu, Veni memberanikan diri untuk mencari Manci.

Ia meneriakkan nama kucing putih oranye itu di tengah bisingnya musik di sana. Veni menerobos perlahan gerombolan orang-orang itu.

"Permisi, Mas, Mbak."

Sebagian pengunjung melihat Veni dengan tatapan yang aneh. Bahkan beberapa ada yang melihatnya dari atas hingga bawah dengan teliti.

"Manci!" teriak Veni lagi seraye menunduk.

Alex yang masih bingung terhadap situasi yang mengepungnya samar mendengar suara Veni yang memanggil namanya. Ia pikir ini adalah halusinasinya. Namun, suara itu terus terulang sampai akhirnya ia menemukan sosok yang bakal menjadi penyelamat nyawanya.

Alex mengeong cukup keras, ia harap Veni bisa mendengar dan cepat membantunya keluar dari tempat ini.

Hal yang dilalukan Alex membuahkan hasil. Wanita itu mendengar suara meongan Alex yang kian melemah.

"Manci. Kamu di mana?"

Alex kian dekat dengan Veni, tinggal beberapa meter Alex bisa menggapai kaki Veni. Namun, saat Alex ingin melompat menyentuh kaki Veni, ada kaki bersepatu yang tiba-tiba menendang tubuhnya.

"Aku menangkap kucingnya!" kata petugas keamanan dengan bangga.

Veni yang mendengar perkataan orang di depannya seketika menoleh, ia menatap tajam orang yang berteriak lalu menoleh pada kucing yang tengah tertatih itu.

"Manci! Kau tidak apa-apa?" Buru-buru Veni mengangkat tubuh Manci yang terlihat lemas.

"Kaki mu tidak pernah masuk bangku sekolahan, hah?" Mata Veni memerah memandang seorang petugas keamanan yang telah menendang Manci.

Petugas itu diam saja. Namun, beberapa saat kemudian dahinya berkerut.

"Saras? Tumben lo datang menggunakan pakaian kayak gini?" tanya petugas itu.

"Apa maksudmu?"

"Bahkan logat bicara lo kini berubah kayak wanita anggun. Bisa ya ternyata lo kayak gini."

Veni semakin tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh pria berbaju hitam itu.

"Jadi ini bener, lo. Lo saras kan?" Salah satu wanita yang tadi ikut berjoget menghampiri Veni yang tengah bingung dengan semua ini.

"Kalian ngomong apa, sih?" ujar Veni. Ia masih kebingungan dengan semua ini.

Alex yang berada digendongan Veni hanya menatap bingung atas situasi yang ada di depannya.

"Nggak usah sok lupa deh, lo, Ras. Ah gue tau, lo masih mabuk gara-gara party kemarin ya." Wanita itu tertawa.

Veni masih saja tidak mengerti tentang apa yang di bicarakan oleh kedua orang itu. Pikirannya menolak semua tuduhan yang di berikan padanya.

"Ras. Tadi gue pikir gue salah lihat. Eh ternyata beneran ini, lo. Baju, lo aneh banget, sih, tumben." Ada pria yang kini juga menghampirinya.

Muak dengan situasi yang sekarang. Veni kemudian pergi dari tempat yang bising itu. Ia menggendong Alex agar tidak lepas lagi dari dirinya.

🐈🐈

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 11, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Do You Wanna Be A Cat?Where stories live. Discover now