16

7 1 15
                                    

"Kita mulai dari mana?" tanya Veni.

Alex memejamkan mata, ia mengingat hari di mana ia menemukan botol berisi air kutukan itu.

Saat ia telah mengingat kemudian ia mengetikan di layar ponselnya.

"Aku menemukan itu di Alun-alun," ketik Alex, ia makin mahir menggunakan papan ketik itu meski cukup lama.

"Kalau begitu ayo kita ke sana," ujar Veni.

🐈🐈

Motor Vespa matik kuning milik Veni itu melaju perlahan dengan kucing putih oranye yang duduk di keranjangan depan.

Pemandangan itu terlihat menggemaskan di mata orang sekitar. Wanita cantik bersurai panjang mengendarai motor dengan hewan peliharaan yang manja.

Sesampainya di Alun-alun Veni memarkirkan motornya, melepas helm, lalu beranjak mengikuti Alex yang sudah ada di depan. Sebelum itu Veni memasangkan tali pada tubuh Alex. Alex harus ada selalu di dekat Veni sesuai perjanjian awal.

"Tenang saja ini tidak akan sakit kok, Manci. Kamu akan tatap merasa nyaman," ujar Veni, ia berjongkok memasangkan alat itu pada Alex.

Di sana banyak orang lalu lalang berolah raga, sebagian ada yang hanya berjalan atau sekadar duduk-duduk di kursi taman.

Usai sejenak mengamati, Alex jalan terlebih dahulu menuju tempat duduk di pinggir lapangan, di sana adalah tempat ia menemukan munuman misterius itu. Dari jarak yang tidak jauh, Alex dapat melihat bahwa tempat itu sedang diduduki oleh dua orang. Terlihat mereka berdua sedang bercakap-cakap.

"Manci, kamu menemukan minuman itu di sini?" tanya Veni menunjuk ke arah dua orang yang duduk di sana.

Alex mengangguk.

"Aku membawa ponselmu. Coba ketik di sini, Manci. Singkat saja agar aku sedikit mengerti kronologinya."

Layaknya seorang detektif yang sering ia tonton di drama Korea, Veni berusaha menginvestigasi kejadian tersebut.

"Mlik orng ketinggalan," ujarnya dalam ketikan itu.

"Oh ... jadi itu milik orang. Lalu kamu minum karena rakus," ujar Veni menuduh. Meskipun yang terjadi Alex hanya merasa haus.

Alex menggeleng sebal pada gadis itu. Ia tidak bisa membela diri sebab masih terjebak dalam tubuh kucing.

"Oke. Sekarang kita harus mengetahui siapa yang mempunyai botol itu sebelumnya."

Veni merasa petunjuk yang di dapatkannya sangat kurang untuk mengetahui asal-usul botol ini. Ia sejenak berpikir, tetapi semua sia-sia.

Saat Veni tengah melamun, tiba-tiba ada dua gadis yang menghampiri Veni.

"Kucingnya lucu, Mbak," ujar salah satu gadis itu.

Meong!

"Ah ... dia namanya, Manci," ujar Veni seraya mengelus kepala, Alex.

"Dari kejauhan saya lihat, kucing Mbak menyentuh-nyentuh layar ponsel ini. Itu sangat menggemaskan, jadi saya kesini untuk melihat langsung."

Dua wanita itu lalu jongkok. Mengelus kucing itu yang terlihat kegirangan.

"Dia memang suka dengan ponsel. Dan itu hadiah ulang tahunya kemarin," kata Veni. Ia tidak mungkin berkata bahwa Manci adalah manusia dan itu adalah ponselnya, jadi ia harus mengarang cerita sendiri.

"Dia imut sekali."

"Mbaknya ternak atau beli?" tanya wanita satunya.

"Kebetulan ini korban tabrak lari. Kemudian saya bawa pulang dan merawatnya."

Do You Wanna Be A Cat?Where stories live. Discover now