6

56 12 114
                                    

Jarak antara rumah Alex dan rumah Fany cuku jauh. Jika naik motor bisa memakan waktu sampai setengah jam, itu pun jika jalanan yang dilalui tidak macet. Di tambah kondisi Alex sekarang yang tidak bisa naik motor, pasti akan memakan waktu yang lebih lama lagi untuk sampai.

Namun, Alex tidak kehabisan akal, meski ia tidak bisa baik motor kesayangannya Alex coba untuk naik kendaraan umum untuk bisa lebih cepat sampai.

Hari kian siang, mentari pun perlahan meninggi. Hanya sedikit awan yang bermain di angkasa, yang membuat hawa seluruh kota sangat panas terasa. Aspal jalanan depan rumah Alex pun ikut panas dibuatnya. Itu yang membuat Alex berjalan menuju halte dengan mengendap-endap di rumput pinggir trotoar. Ia melangkah dengan hati-hati.

Untung saja halte begitu tidak ramai. Hanya beberapa orang yang sedang menunggu di sana. Sesampainya di sana Alex mengamati orang-orang itu, di antaranya ada wanita muda dan seorang ibu dengan menggendong tas belanjaan.

Alex muncul dari belakang lewat bawah kursi halte itu, ia kemudian duduk di sebalah wanita dengan rambut lurus. Dari perawakannya sepertinya ia seorang mahasiswi. Dengan percaya diri Alex duduk di samping wanita itu.

Benar apa yang sudah diduganya, tiba-tiba saja wanita yang ada di sebelah Alex bejongkok. "Pus ...," kata wanita itu.

"Kamu tersesat, ya?" Tangan wanita itu perlahan bergerak ingin menjamah tubuh Alex.

Jangan sentuh-sentuh. Aku ini manusia bukan kucing! ujar Alex. Namun, yang terdengar hanya meongan kucing biasa.

"Kamu gemes banget, sih." Tangan wanita itu pelahan mendarat di kepala Alex dan perahan bergerak horizontal mengikuti bentuk bulu milik Alex.

Stop! Jangan sentuh-sentuh. Stop!

Awalnya Alex berontak, tapi hal itu terasa seperti pijatan lembut yang membuatnya nyaman. Beberapa saat kemudian Alex dibuat merem-melek oleh wanita itu.

Sebelah kiri, nah! Itu dia! Anjir, enak banget!

Saat Alex masih menikmati belaian dari wanita di sebelahnya, tak berapa lama kemudian angkot dengan huruf G datang, di dalamnya tidak terlalu penuh orang. "Sudah dulu, ya, Pus. Aku mau pergi dulu."

Alex masih melamun akibat dielus olah wanita itu. Sampai sedetik kemudian ia sadar harus naik juga ke angkot yang sama agar lebih cepat sampai pada tujuannya.

Dengan tubuh kucingnya ia melompat masuk ke dalam angkot. Orang yang berada di dalam kaget dibuatnya, hampir tidak pernah mereka temui ada kucing yang dengan beraninya naik ke dalam angkot.

Dengan mata kucingnya ia mengamati satu per satu penumpang di dalam dan ketika wanita tadi didapati, ia menghampiri wanita itu. Setidaknya ada yang suka aku di sini, bagitu maksud Alex.

"Loh, kamu ngapain kejar aku sampai ke sini, Pus?" ujar wanita dengan rambut lurus itu. Ia berbicara kepada Alex seperti betemu balita yang tesasar saja.

Aku tidak kejar kamu. Aku punya tujuan sendiri. Satu lagi, aku ini manusia bukan kucing!

Seperti penumpang pada yang lain, Alex duduk di bawah tempat wanita itu. Namun, Alex malah diusir agar ia duduk di bawah dengan penumpang disebelahnya. Seprang pria dengan tatapan dan muka menyeramkan Alex yang awalnya mau melawan kini harus memikirkan keselamatanya, sebab tidak mungkin ia bisa melawan dengan keadaan seperti ini.

Saat sudah berada di bawah, tiba-tiba tubuh Alex digeser oleh seorang penumpang yang lain menggunakan kakinya. "Mbak kuncinya agak jauh, saya alergi bulunya," ujar laki-laki yang berada di depannya. Laki-laki itu menutup hidung dengan tangannya.

Alay banget sih, alergi sama kucing, ujar Alex dengan menoleh sentimen pada penumpang yang lain.

Dangan lembut wanita itu memindahkan tubuh Alex sedikit lebih jauh dari pria itu dan Alex hanya diam saja. "Kamu diam di sini aja, ya. Di sini banyak orang, jangan ke mana-mana, ok."

Semua orang di dalam angkot membuatnya jengkel setengah mati. Ia tidak bisa menikmati perjalanannya sebab ada saja yang usil kepadanya. Beberapa kali tubuhnya disentil oleh seorang anak yang duduk bersama ibunya. Bahkan telinganya pun sempat dijewer. Namun, untung lah ada wanita yang bersamanya di halte tadi, anak itu diberi pengertian agar tidak menyakiti sesama makhluk.

Alex ingin turun di jalan Besuki, tapi ia tidak bisa menyampaikan apa yang dimaksud kepada sopir. Sampai kemudian ada seorang penumpang yang berkata akan turundi jalan tersebut. Alex tidak perlu bersusah payah atau bahkan melompat saat angkot berjalan.

Saat oenumpang yang tadi ingin turun dengan sigap Alex juga ikut turun. "Loh, Pus. Mau ke mana?" ujar wanita itu, tapi Alex tidak memperdulikannya.

🐈

Rumah Fany terletak di perumahan. Alex kembali mengingat-ingat nomor rumah dan ciri-ciri yang tadi dikirim oleh Fany. Alex berjalan perlahan hingga ia temukan rumah bercat putih dengan gaya bangunan modern. Rumah itu terlihat cukup megah dibanding dengan rumah sekitarnya. Memiliki kebun kecil di depannya yang membuat suasana rumah itu terlihat sejuk meski siang sangat terik.

Sesampainya di depan rumah, Alex berhenti sejenak dan memandangi rumah itu dengan saksama. Ini rumah yang diidam-idamkan oleh Alex, ia ingin sekali suatu saat bisa menghuni rumah itu dengan keluarga kecilnya yang bahagia.

Tanpa permisi Alex lalu masuk ke dalam halaman rumah itu melewati pagar dan mengendap-endap berjalan menuju kebun yang ada di samping rumah. Perlahan ia melangkah, waspada terhadap satpam atau pembantu yang bekerja di sana. Ia tidak ingin diusir hingga tujuannya tercapai.

Di kebun itu terdapat ayunan yang diikat pada pohon mangga, Alex berhenti dan sejenak mengamati rumah itu. Ia berharap Fany melelihatnya dan kemudian datang menghampirinya, syukur-syukur ia di bawa ke dalam kamarnya dan Alex bisa meminta bantuan kepada Fany agar tidak terjebak sebagai kucing.

Saat Alex mengamati rumah itu, ia dapati ada seorang perempuan yang terlihat berada di kamar atas. Wanita itu seperti mondar-mandir seraya membawa baju. Alex tidak bisa mengenali dengan pasti siapa itu, sebab pandangannya sekarang telah berubah, ia tidak dapat melihat dengan jelas warna yang ada di depannya. Namun, Alex memiliki keyakinan bahwa wanita itu adalah Fany.

Yakin dengan instingnya, kini Alex berencana untuk naik dan menemui wanita itu. Yang pertama harus dilakukan adalah masuk ke dalam rumah--masih dengan menyelinap tentu saja--lalu menemukan Fany dan memberinya penjelasan tentang apa yang sudah menimpanya, dan dengan sedikit bantuan Dewi Fortuna Fany mencium lalu dengan ajaib 'cling!' Alex menjadi manusia yang lebih tampan dari sebelumnya.

Rencana yang sangat sempurna, tapi tidak logis. Namun, ini lebih baik dari pada tidak ada rencana sama sekali.

Alex mulai menjalankan misinya dengan diam-diam masuk perlahan melalui jendela. Ia keliling mencari jendela mana yang terbuka dan dapat ia masuki. Setalah hampir ia mengelilingi rumah, akhirnya ia temukan jendela yang terbuka.

Jendela itu cukup tinggi untuk sekali lompatan seekor kucing magang seperti Alex. Namun, ia cukup yakin sebab ia pernah memanjat pohon yang lebih tinggi dari itu.

Tanpa berpikir panjang, Alex melakukan ancang-ancang untuk melompat. Dengan sedikit perhitungan dan banyak keyakinan, ia kumpulkan kekuatan pada kaki belakangnya.

Lompatan itu berhasil, meski kepala Alex terbentur daun jendela, dan karena benturan itu membuat suara yang cukup keras, Alex dengan buru-buru masuk ke dalam rumah itu.

Lalu ia bersembunyi di antara lemari dan nakas.

🐈


Do You Wanna Be A Cat?Where stories live. Discover now