{08} XAVIER

5.4K 1.3K 54
                                    

Velin menatap pria yang menjulang tinggi di depannya. Pria itu tersenyum manis kearahnya lalu mendekat dan memeluk Velin.

"Akhirnya kita ketemu lagi" ucap pria itu sembari memeluk Velin.

Velin hanya diam, dia mencoba mengingat siapa pria ini. Namun karena ingatannya tentang pria tampan terlalu banyak ia tidak bisa menemukan memori tentang pria yang sekarang memeluknya.

Pria itu melepaskan pelukannya, dia lalu membelai wajah Velin. Gadis kecil yang selalu ia rindukan kini ada di depan matanya.

"Kesini sama siapa?" Tanyanya pada Velin.

"Hm? Sama Hani sama Rasya" jawab Velin setelah tersadar.

"Kemana mereka? Kenapa sendirian? Kalo ada orang jahat gimana?"

"Ga ada ko" jawab Velin lalu menunduk dan mundur kebelakang.

Pria di depan Velin yang melihat Velin menjauh darinya merubah ekspresinya menjadi sendu sebelum dia kembali tersenyum dan menggenggam sebelah tangan Velin.

"Mau naik kora-kora?" Tawarnya.

"Mau naik kora-kora?"

Velin memejamkan matanya ketika kepalanya berdenyut nyeri, dia meringis menahan sakit membuat pria itu terlihat cemas.

"Velin, Vel..."

Velin mencengkram erat lengan baju pria itu dan membuka matanya secara perlahan.

"Xavi..." Panggil Velin setelah sebuah ingatan masuk kedalam kepalanya.

Kedua mata Velin memanas dan pria itu yang ternyata adalah Xavier menarik Velin kembali kedalam pelukannya.

Velin mencengkram erat pakaian Xavier sembari menangis. Dia tidak tau kenapa dia merasa sesedih ini setelah sebuah ingatan masuk kedalam kepalanya. Air matanya tidak mau berhenti mengalir dan dadanya terasa sesak.

"Maaf" bisik Xavier sembari mengeratkan pelukannya.

"LO APAIN BOCIL GUE SAMPE NANGIS INGUSAN KAYA GITU HAH!"

Teriakan Hani terdengar dan pelukan Velin terlepas. Hani menatap tajam pria aneh dan asing di depannya dengan mata menyipit.

"Lo siapa! Lo dipain sama dia Cil? Bilang, perlu gue semekdon gaya apa bilang"

Hani menatap khawatir kearah Velin yang masih menangis. Rayzen sendiri menatap Xavier dengan tatapan tajam, dia ini pria macam apa sampai membuat Velin menangis.

Xavier terdiam sejenak melihat sosok Rayzen, namun dia segera tersenyum. Tidak perlu berusaha mencari lagi dia sudah menemukan sang pangeran.

"Gapapa ko...gapapa"

"Beneran? Lo ga diapa-apain kan sama dia? Makanya kalo gue kasih trik dengerin baik-baik ga ada jaman sekarang cewe diapa-apain adanya cewe yang ngapa-ngapain" ucap Hani sembari mengusap air mata Velin.

"Iya mirip Hani tadi kan di dalem"

"Liat juga Lo ya"

Velin segera tertawa dia lalu menatap Rayzen dan menaik turunkan alisnya.

"Gimana saran dari Velin? Manjur kan Ray?" Tanya Velin dengan hidung yang sudah memanjang karena kesombongannya.

"PD banget yang ada gue jadi tutor dadakan ogeb"

"Ishhh"

Velin menjauh setelah bahunya menjadi sasaran cubitan ganas tangan Hani. Sebelah tangan Velin lalu di genggam oleh Xavier.

"Gue pinjem Velin bentar ya, gamau ganggu kalian juga" ucap Xavier sembari tersenyum dan menarik Velin menjauh dari sana.

"Anjir hoki juga si bocil dapet cogan mulus kinclong dua biji" gumam Hani yang menatap kepergian Velin.

Hani kemudian melirik kearah Rayzen, tapi dia juga mendapatkan item rare. Pria ini memancarkan aura yang berbeda dari kebanyakan pria yang sudah Hani temui.

"Cahaya ilahi, fiks pemeran utama" gumam Hani sembari menggosok matanya sendiri. Sedangkan Rayzen hanya diam menatap Hani dengan wajah polosnya.

"Hani" panggil Rayzen dan Hani segera menatap pria itu.

"Pengin makan yang meleleh di mulut yang kemaren Velin beli" ucap Rayzen.

"Ohh es krim? Ayo kan letsgo"

Rayzen tersenyum senang, dia lalu mengikuti Hani tanpa mereka sadari ada beberapa orang yang tengah mengawasi mereka.

.
.
.

Velin memakan lolipop ditangannya sembari duduk di sebuah box besar menunggu Xavier yang tengah membeli minuman di depan.

Dia hanya ingat kalau pria itu pernah menjadi teman Velin dulu. Karena lagi-lagi mereka bertiga masuk saat mereka sudah menjadi Maling antar dimensi.

Xavier kembali dengan dua es capuccino di tangannya. Dia lalu meletakan satu es disebelah Velin dan meminum es yang satunya.

Xavier mendongak menatap Velin, karena box yang Velin duduki setinggi perutnya. Velin sendiri terlihat masih menatap sekitar sembari mengemut lolipopnya.

"Vel"

"Hm?" Velin langsung menunduk menatap Xavier di depannya.

"Berhenti ngerusuh di dimensi lain, bisa?" Tanya Xavier pada Velin.

Velin terdiam sejenak, sejak kapan pria ini tau kalau dia sering keluar masuk dimensi lain dan mencuri barang dari sana.

"Kalo Velin berhenti, Velin nanti mau makan apa? Mirip kerjaan Xavi yang ga jelas itu Velin juga punya kerjaan sendiri biar Velin bisa hidup" ucap Velin sembari menunduk.

"Ikut gue" ucap Xavier sembari mengenggam sebelah tangan Velin.

"Dulu aja Velin ditinggal sekarang malah diajak ikut pergi sama-sama? Nanti kalo Velin di tinggal lagi gimana?" Tanya Velin.

Xavier menggeleng, masalahnya Velin bersama Hani yang membawa pria itu kesini. Jika pihak kerajaan tau maka mereka akan dianggap menculik putra mahkota dan hukumannya tidaklah ringan.

"Lo tau siapa cowo yang sama Hani tadi?" Tanya Xavier.

Velin menggeleng pelan, dia tidak tau dia hanya tau pria itu terbaring diatas kristal dan tiba-tiba saja ikut dengan mereka kembali kesini.

"Dia orang yang lagi di cari, bahkan orang tuanya nyari dia bukan pake polisi lagi Velin, tapi pake penyihir" ucap Xavier.

Penyihir? Velin menatap Xavier dengan wajah terkejut. Mungkin saja jika mereka tertangkap mereka akan di tuduh menculik Rayzen kan.

"T-tapi dia yang ikut kesini Velin, Hani sama Rasya ga bawa dia ko" ucap Velin.

"Tetep aja, lagian walaupun dia punya ikatan ataupun rasa sama Hani dia sendiri udah di jodohin sama orang tuanya"

Velin mengatupkan bibirnya rapat-rapat, apakah Hani akan menjadi the next suara hati yang tersakiti? Xavier mengulurkan tangannya dan menyelipkan anak rambut Velin kebelakang telinga.

"Terus harus gimana dong" gumam Velin.

"Gausah sedih, kita punya jalan keluarnya" ucap Xavier.

"Kita?" Tanya Velin dan Xavier mengangguk.

*Swossshhh*

Velin langsung memegang pundak Xavier setelah beberapa orang muncul di belakang pria itu.

"Gausah takut, kita bakal bantu kalian balikin dia" ucap Xavier yang melihat wajah ketakutan Velin.

Velin menunduk menatap Xavier, jika pria ini bersama mereka berarti Xavier itu...

"Kamu penyihir?" Tanya Velin dan Xavier tersenyum.

"T-tapi Velin mau ngomong dulu sama Hani sama Rasya, boleh ya? Velin ga bisa mutusin sendiri gitu aja" tambah Velin dengan cepat.

Xavier menganggukan kepalanya, dia tentunya akan memberikan mereka waktu untuk berpikir.

"Tapi jangan kelamaan, soalnya rencananya bakal ancur nanti" ucap Xavier.

Velin mengangguk, Xavier lalu menjulurkan tangannya dan mengangkat Velin dari atas box agar turun dan berkenalan dengan rekan-rekannya.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³}Where stories live. Discover now