{09} SIAPA HAYO

4.7K 1.2K 37
                                    

Hani tersenyum lebar setelah mengajari Cecil habis-habisan. Beruntung Rasya memiliki ide cermerlang ini untuk Cecil. Setelah dia berkunjung ke makam yang ada disini mereka mulai berteman dengan beberapa demit disana. Dan anehnya ada sebuah perkumpulan demit yang bisa disebut sebagai pendisiplin para demit yang ada disana. Kebetulan sekali bukan mereka ingin menyingkirkan Cecil agar tidak menambah beban mereka di cerita kali ini.

"Wahh siapa nih orang jalanan baru ya..."

Rasya berhenti dan menatap kedepan dimana ada Yoga, sang istri dan Reo yang berjalan sembari menyeret koper.

Hani tersenyum senang melihat wajah ketiganya yang sangat memprihatinkan. Setelah kalah dan ditendang keluar dari rumah itu tentunya mereka harus mencari rumah baru.

"Ko bisa si Ash dapetin surat wasiatnya" ucap ibu Reo.

"Kamu udah simpen bener-bener kan mas di tempat yang aman? Kenapa malah bisa diambil sama dia si!"

Yoga berhenti dia lalu menatap istrinya yang memakai masker dengan pakaian tertutup. Tentu untuk menutupi wajahnya, bagaimana jika teman-teman sosialitanya mengetahui hal ini?

"Kamu ga percaya sama aku? Kan kemarin kamu yang liat sendiri aku taruh di brangkas yang kekunci" ucap Yoga pada sang istri.

"Kalo kaya gini kita harus gimana dong! Mana kita harus kembaliin uang 43 milyar. Kamu kerja sampe mati pun ga bakal kebayar uang sebanyak itu!"

"Kamu ini emangnya cuma aku aja yang bakal kerja?"

"Eh maksud kamu aku juga ikut kerja gitu! Gamau! Enak aja tangan mulus aku nanti jadi kasar gimana!"

"Kamu ini udah lama aku manjain sama kehidupan mewah sekarang kita jatuh kaya gini juga gara-gara siapa! Siapa yang beli barang mewah! Walaupun cuma tiruan tapi harganya juga mahal!"

"Kok sekarang kamu malah nyalahin aku si! Kamu kan yang janji bakal beliin aku semuanya aku juga udah terima loh dibeliin barang palsu kaya gini harusnya kamu beliin barang mahal buat aku!"

"Kamu mas yang ngeganjiin aku segalanya tapi apa buktinya sekarang!"

Yoga menutup matanya sejenak mendengar semua ucapan istrinya. Memang benar dia yang menjanjikan kemewahan pada wanita di depannya ini. Dia pikir dia akan naik pangkat namun sialnya dia malah tetap menjadi karyawan dengan gaji pas-pasan selama bertahun-tahun.

"Itu namanya azab! Tinggal nunggu aja ada gas LPG terbang" ucap Hani.

Rasya tersenyum senang melihat pertengkaran di depan, dia juga melihat Reo yang sudah memerah menahan amarahnya sendiri mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.

"Kalian jangan berantem dong! Sekarang kita harus tidur dimana? Masa iya tidur di jalanan" ucap Reo mencoba menghentikan pertengkaran kedua orang tuanya.

"Kamu juga Reo ayah udah naruh harapan besar buat kamu tapi nilai kamu malah jelek banget, kamu ini kebanyakan keluyuran malem main ga jelas ngabisin duit!"

Reo menatap sang ayah dengan wajah tak percaya, dia malah terkena imbasnya juga?

"Orang bodoh kalo gagal selalu aja nyalahin orang lain ga pernah intropeksi diri sendiri"

Hani mengangguk menyetujui ucapan Rasya barusan, dia lalu berjalan melewati mereka yang kembali beradu mulut.

"Kalo gue lama-lama disini bisa-bisa gue harus ke dukun buat benerin fungsi telinga, cus lah balik Ras pengin tidur cantik juga"

.
.
.

Ash menatap bulan diatas langit, dia sudah mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya. Besok ayahnya juga akan membuat Yoga kehilangan pekerjaannya. Tapi kenapa dia merasa tidak puas? Seakan-akan ada yang harus ia lepaskan setelah mendapatkan semua ini.

"Anjir jangan diem-diem bae di dekat jendela nanti ketempelan syaiton mampus"

Ash berbalik, dan seperti dugaannya ada Hani yang berdiri menatapnya sekarang. Ada juga Rasya yang berdiri di belakang Hani. Tapi dimana Velin?

"Lo lagi ngelamunin gue ya?"

Ash kembali menatap Hani yang tersenyum mengerikan padanya. Hani lalu duduk di sebelahnya dan menghela nafas panjang.

"Apakah daya gue boyy Lo manusia gue jin tomang kita bukan aja beda agama tapi beda wujud juga sorry kalo perasaan Lo ga kebales gue juga gamau kaya gini" kata Hani dengan wajah sedih.

"Siapa juga yang suka sama Hani"

"Pfft"

Hani melirik Rasya yang menahan tawanya kemudian dia menoleh menatap Ash.

"Lo ga suka sama gue yakin? Gini-gini gue pernah ikut Miss jin tomang 2021"

Ash tersenyum kemudian dia kembali menatap kedepan. Jika dia tidak bertemu dengan ketiganya pasti dia tidak akan mengetahui siapa ayah kandungnya dan alasan kenapa dia selalu seperti orang asing di rumahnya sendiri.

"Lo lagi ada masalah apa boy? Bisa lah gue selain bisa gandain duit juga bisa jadi pendengar yang baik. Dulu gue jadi remaja masjid sering dengerin ceramah lumayan dapet Snack" cerocos Hani pada Ash.

"Kalian tetep disini kan?" Tanya Ash pada Hani dan Rasya.

Ash menatap Hani yang sudah merubah raut wajahnya. Rasya juga hanya diam saja membuat Ash semakin gelisah.

"Sebenernya gue juga pengin tetep sama Lo aja tapi gimanapun juga keliatannya Lo ga bakal butuh bantuan kita lagi" gumam Hani.

"Siapa bilang?" Tanya Ash pad Hani.

"Sekarang Lo kan udah punya sugar Daddy kaya raya, ada Arsen juga yang jadi Abang Lo. Dan tinggal nyari doi aja yakan, gue juga percaya ga bakal susah karena Lo udah ganteng dan kece kaya gini apalagi anak kedokteran brooo"

Hani menoleh pada Ash dan tersenyum, aturan mainnya seperti itu. Walaupun ia sendiri tidak menginginkannya.

Ash menatap Hani dengan wajah yang sulit diartikan. Jadi mereka benar-benar akan pergi, apa tidak bisa jika mereka tetap bersamanya?

.
.
.

Velin berjalan di belakang Arsen, dia memegang ice cream yang sudah cair hingga menetes ke jalan. Mendengar perkataan pria ini jangan bilang dia seperti Candra.

"Mending jangan inget semuanya" gumam Velin.

Velin mendongak menatap Arsen, dia tidak ingin meninggalkan kenangan apapun lagi pada tokoh yang ia temui.

"Jadi jangan inget siapa Velin" ucap Velin lalu tersenyum.

"Karena Velin bakal pergi sebentar lagi" lanjut Velin.

Arsen menghentikan langkahnya, dia lalu berbalik dan menatap Velin yang berjalan agak jauh darinya. Dia pikir jin tomang Ash ini hilang, kalau iya dia pasti akan repot sendiri.

Velin semakin melebarkan senyumannya pada Arsen. Entah kenapa dia merasa kalau pria yang bersamanya sejak cerita pertama sampai sekarang adalah orang yang sama. Hanya saja penampilannya yang berbeda.

"Gausah jauh-jauh nanti ilang gue repot"

Arsen menarik sebelah tangan Velin dan membawanya kembali berjalan. Arsen kembali menoleh pada Velin yang masih tersenyum di sebelahnya.

"Lo kenapa?" Tanya Arsen pada Velin.

"Gapapa cuma seneng aja ada yang megang tangan Velin kaya gini" ucap Velin sembari mengangkat tangannya yang mengenggam tangan Arsen.

Dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang berdiri di sebelah pohon di ujung jalan menatap kearah mereka berdua.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³}Where stories live. Discover now