7. Somethin' about Dream

114 25 13
                                    

Thita menatap sebuah foto yang terlihat sedikit lusuh. Lima belas tahun berlalu sejak ibundanya pergi untuk selama-lamanya. Tak begitu banyak yang bisa Thita ingat kenangannya bersama sang bunda. Kadang Thita berpikir, bagaimana keadaan nenek dan kakeknya sekarang? Apakah mereka sehat? Tapi lagi-lagi Thita tak berani bahkan untuk sekedar bertanya pada ayahnya. Yang Thita tahu, bunda tak punya saudara. Bagaimana jika nenek dan kakeknya kesepian? Siapa yang menemani mereka? Thita kangen Bunda. Bisikya lirih.

Jauh dari sang ayah membuat Thita rasanya jadi sebatang kara. Bersyukur ada Akira yang selalu berusaha ada untuknya. Bolehkah Thita egois jika meminta pada Tuhan agar Akira bisa menemaninya sampai kapanpun?

Ting

Ta, udh makan? Makan yok.

Panjang umur. Thita segera mengetik balasan mengatakan ia sudah makan.

Gue blm makan Ta

Kesini, nanti gue masakin

Masakin apa?

Nasgor

Beneran Ta?

Iyaaaaaa. Kesini buruan

Otw

Thita segera keluar kamar kosnya, mengambil nasi yang ada di rice cooker, kemudian menuju dapur. Disana terlihat Dini, teman kosnya tengah membuat mie instan.

"Hai Din." sapa Thita.

Dini menoleh.
"Halo Thita. Mau masak ya?"

"Hm, mau bikin nasgor." Thita lalu menyiapkan bumbu untuk membuat nasi goreng.

"Bukannya tadi udah makan?"

"Iya, ini buat Akira."

"O.... Buat Mas Pacar."

Thita tertawa. Selalu saja penghuni kos yang lain menganggap bahwa Akira adalah kekasihnya. Berkali-kali Thita menjelaskan, tapi mereka tak mau mendengarkan.

"Akira tuh sweet banget ya. Tipe cowok yang dari luar kelihatan cuek, aslinya bucin. Ya ngga Ta?" celetuk Dini.

"Hahaha, gimana kelihatannya?"

"Kelihatannya bucin banget sih. Lo harus bersyukur Ta. Cowok kayak gitu langka." ungkap Dini memuji Akira.

"Adanya Akira di hidup gue salah satu hal yang paling gue syukuri, Din."

Bumbu sudah siap, Thita lalu menyiapkan wajan. Sementara Dini duduk di kursi panjang yang ada di dapur dengan semangkuk mie instan yang masih mengepulkan asap.

"Akira bisa di fotokopi perbesar ngga Ta?" Sambil menunggu mie-nya agak dingin Dini melemparkan canda.

Thita tertawa mendengarnya, kemudian menoleh pada Dini.

"Sori, ngga bisa. Akira the one and only." balasnya sambil mengedipkan sebelah mata.

"Hahaha posesif banget ya wak?" Lalu keduanya tertawa.

Dini lalu menyantap mie instannya dengan khusyuk. Sementara Thita juga fokus pada nasi goreng yang ia masak.

Beberapa menit berlalu, nasi goreng buatan Thita matang.

"Ta, ada tamu tuh di luar." Nina datang memberitahu Thita. Gadis itu membawa sebungkus mie instan.

"Akira tuh pasti." ujar Dini.

F.R.I.E.N.D.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang