15. Chillin' Space

102 14 1
                                    


Setelah menghabiskan semangkuk seblak dengan kuah yang merona merah, Thita mengajak Akira membeli kembang tahu, yang tak jauh dari warung penjual seblak. Sembari menikmati kembang tahu, Thita bercerita tentang kekesalannya pada sang dosen, Salman. Seperti biasa, Akira akan mendengarkan dengan seksama, lalu sesekali menimpali dengan kekehan atau tawa. Begitu saja, sudah membuat Thita lega. Setidaknya, ada seseorang yang mendengarkan, dan tempatnya berbagi cerita.

"Terus kalau gitu yang salah siapa?" Akira bertanya ketika Thita menyelesaikan sesi ceritanya.

"Ya Pak Salman lah."

"Hm, emang ya laki-laki tuh selalu salah." ucap Akira lirih.

"Ya ngga juga. Kalau misal perempuan salah juga harus ngaku salah. Tapi di cerita ini, Pak Salman yang salah. Titik. Tanpa koma apalagi jeda."

Tawa Akira menjadi respon. Laki-laki itu geleng-geleng kepala. Pada akhirnya siapa yang salah? Pak Salman kan? Kendati begitu, ia hanya diam mengangguk, tak berniat menyanggah takut-takut membuat sahabatnya itu marah. "Terus ada cerita apa lagi?" tanyanya kemudian.

Thita tampak berpikir sebentar, lalu teringat sesuatu."Oh iya, Ki. Tadi tuh, Gandi minta tolong buat nanyain ke lo. Masih buka lowongan ngga?"

"Masih. Posisi barista masih satu yang kosong."

"Okay, nanti gue kasih tau dia."

"Iya. Suruh aja kirim lewat email, atau mau datang langsung juga boleh. Jumat depan gue udah di kedai dari siang."

"Siap, Pak Bos." Thita tersenyum manis sambil memberikan jempol tangannya.

Terkekeh, Akira mengusak pelan rambut Thita. "Iya, Bu Bos."

"Apaan Bu Bos?"

"Loh, kan pasangannya Pak Bos, Bu Bos. Kayak kata pepatah, dimana ada laki-laki sukses, ada perempuan hebat yang berdiri di sampingnya." Akira tersenyum menggoda.

"Emang kita pasangan?" tantang Thita. Ia memilih menanggapi godaan Akira.

"Loh iya tho, kan kita sepasang sahabat." balas  Akira. "Atau mau lebih dari sepasang sahabat?" tanya Akira menaikturunkan kedua alisnya, kembali menggoda.

Tanpa diduga, semburat kemerahan muncul di kedua pipi Thita. Membuat Akira puas tertawa. Haduh, jadi pengen gigit.

**

Pintu kedai kopi Akira terbuka, menampilkan Thita yang tersenyum lebar. Gadis itu memang mengabarkan akan menyusul setelah selesai kuliah. Tenang, mereka tidak hanya berdua disini, tentu saja masih ada beberapa pekerja yang masih sibuk menyelesaikan proses pembangunan.

Thita berjalan menghampiri Akira yang duduk di sudut ruangan."Udah makan belum?" tanyanya ketika ia sudah duduk di samping sahabatnya itu.

"Udah tadi sebelum kesini makan dulu. Lo belum makan? Pesan online aja."

"Ngga. Tadi udah makan sama Jana sama Kak Rendi juga." ucap Thita.

Atensi Akira lalu teralih sepenuhnya. "Kak Rendi ikut?"

"Iya. Kan Kak Rendi yang jemput Jana. Motor Jana masih di bengkel. Janu, Haris, Marvel masih ada kelas sampe jam tiga nanti." jelas Thita panjang lebar.

F.R.I.E.N.D.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang