ANDROMEDA : Part 40

10.9K 697 32
                                        

________

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.

________

Hampir dua jam Meda duduk ditengah-tengah pusara orangtuanya.

Affandi La Logos Debrowska, Daddy yang sama sekali tidak pernah ia sangka keberadaannya. Begitupun Cassandra De Santos Policarpova, yang sudah bermarga Debrowska. Jika dipikir-pikir mereka ada hanya untuk menghadirkannya di dunia. Benar, kan?

Karena setelah ia lahir, mereka justru pergi.

Kepala cantiknya memikirkan berbagai hal, mulai dari pembalasan dendam, hingga rencana masa depan.

Menurut cerita Papanya, ia adalah penerus Debrowska meskipun ia terlahir sebagai perempuan karena ia keturunan satu-satunya dari anak laki-laki pertama Debrowska. Maka dari itu, Arsita semakin gencar ingin menghancurkannya. Berhasil membunuh Daddy-nya, bukankah hal kecil bisa membunuhnya juga kan?

Di masa lalu, mereka memang berhasil. Keluarga Budhenya berhasil menghancurkan Debrowska.

Ia pastikan itu semua tidak akan terjadi.

Debrowska tidak akan pernah jatuh ke tangan Arsita, meskipun ia harus mengorbankan nyawa.

"Nona, waktunya makan siang."

Meda mendongak, menatap kepala pelayan yang menunggunya sembari memayunginya, padahal ia tak butuh itu.

Namanya Emma, tapi ia lebih sering dipanggil Memma. Madam Emma. Ia juga bangsawan yang mengabdi pada Debrowska dulunya, keturunan dari bangsawan bergelar Baroness yang sering mengabdi pada bangsawan yang lebih tinggi kedudukannya. Ia sedikit bisa berbahasa Indonesia, tapi tak sepenuhnya lancar.

Wanita paruh baya itu sepertinya tau banyak hal, tapi orangtuanya sangat jarang kesini apa mungkin wanita itu tau rahasia lain dari mereka?

"Memma, solo trae la comida a mi habitación." (Memma, bawakan saja makanannya ke kamarku). Ia tidak banyak tau tentang bahasa Spanyol, tapi ia membawa google translate untuk membantunya berbicara. Please, jangan diketawain.

Wanita itu mengangguk, lalu sedikit membungkuk dan memohon izin pergi.

Setelah menunggu sedikit lama, meskipun tidak selama menunggu di restoran yang sering dikunjunginya, akhirnya makanan tiba.

"Silahkan dinikmati, Nona." Lidah pelayan yang berbicara sepertinya masih kaku akan bahasa Indonesia. Tapi Meda cukup kagum, karena mereka totalitas sekali menyambutnya hingga harus belajar bahasanya. Loyalitas pekerja yang bekerja dibawah naungan keluarga bangsawan memang tak bisa diremehkan. Mereka bahkan memilih mati daripada melihat junjungannya terluka.

Ia memakan makanannya dengan tenang, cukup sedih sebenarnya, karena ia yang biasanya makan bersama keluarga kini hanya makan sendiri.

Di mansion sebesar ini, tidak ada majikan yang menjadi penghuni. Puluhan pelayan dan juga pekerja lainnya hanya bertugas sesuai dengan tugasnya, lalu dibayar oleh Effendi setiap bulannya. Meskipun tanpa penghuni, nyatanya mereka setia mengabdi untuk Debrowska yang begitu disanjung pada masanya.
_______

ANDROMEDA (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant