Bagaimana bisa??
Dia seharusnya sudah mati
Tapi Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk tau mengapa ia mati, dan apa alasan ia bisa mati.
Lalu kenapa ia kembali?
Lagi- lagi, ia terkejut dengan fakta bahwa Tuhan memberinya berkah dengan kesempatan k...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
_____________
Pertemuannya dengan sahabat-sahabatnya kemarin cukup melegakan hatinya. Ia lebih dari fresh, untuk kembali berkutat dengan berkas-berkas di ruangannya.
Tok
Tok
"Permisi!"
Meda menoleh kearah pintu dan mempersilahkan orang diluar untuk masuk.
Seperti biasa, Meda akan tetap sibuk dengan berkasnya jika orang yang bersangkutan tidak segera mengutarakan tujuannya datang kemari.
Tok, tok!!
"Masuk!!"
"Maaf, nona. Saya ingin melaporkan jika gudang persediaan di wilayah Surabaya kebakaran 5 menit yang lalu. Hingga saat ini belum diketahui pasti apa dan mengapa gudang tersebut bisa terbakar, kami dan pihak kepolisian masih menyelidikinya."
Meda mengangguk.
"Apa jadwal saya hari ini kosong?"
Louise mengangguk. "Hanya pertemuan dengan Direktur perusahaan Guierro tadi pagi nona."
"Kalau begitu, siapkan segera penerbangan menuju Surabaya sekarang juga."
Sial!!
Siapa yang mengganggu hari tenangnya.
Seharusnya hari ini ia bisa merebahkan diri di apartemennya dan menikmati segarnya mandi dengan aromateraphic.
Belum sempat Luise keluar ruangan, telpon diruangan Meda berbunyi nyaring.
"Sampaikan!" Meda tidak suka berbasa-basi. Ia berfirasat jika ini kabar buruk lagi.
"Ada ledakan di gudang penyimpanan di Medan nona. Tidak tau kejadian yang pasti, tapi dugaan sementara kami ada korsleting listrik di gardu besar yang memicu ledakan."
Meda memejamkan matanya menahan kesal.
"Selesaikan, saya kesana setelah kembali dari Surabaya."
"Baik, nona."
Gadis itu melemparkan gagang telepon pada tempatnya. Ia yakin ini bukan kebetulan. Louise yang masih diruangan pun menatap prihatin atasannya itu.
"Louise kamu handle gudang di Medan. Saya pergi sekarang."
"Baik, nona."
Baru akan membereskan mejanya, telepon kembali berdering.
"Ya?"
"Maaf nona. Truk ekspedisi yang berisi stok kita untuk gudang di Solo dan sekitarnya mengalami kecelakaan karena remnya blong."
Meda semakin tidak paham dengan serangan bertubi-tubi yang menerpa perusahaannya ini.
