Bagaimana bisa??
Dia seharusnya sudah mati
Tapi Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk tau mengapa ia mati, dan apa alasan ia bisa mati.
Lalu kenapa ia kembali?
Lagi- lagi, ia terkejut dengan fakta bahwa Tuhan memberinya berkah dengan kesempatan k...
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
________
"Kak!!"
Pria yang dipanggil itupun menoleh, menatap raut wajah yang memiliki pahatan sempurna bak bulan purnama. Ishhh, kenapa jadi anak indie sih. Lupakan!!
"Thanks buat semuanya."
"By the way, kamu gak perlu manggil saya kakak. Karna saya bukan kakak kamu."
Meda sedikit memiringkan kepalanya meminta penjelasan.
"Seperti yang kamu tau, saya adalah jiwa anak Lorrain, bukan Darmawan. Jadi kita seumuran, hanya usia dari raga ini saja yang lebih tua."
Ah ya, Meda ingat! Nyatanya Kenzo bukanlah orang lain. Ia adalah jiwa yang raganya pernah ia kenal dengan baik.
Dia adalah putra Lorrain yang sebenarnya.
Ingat siapa putra Lorrain?
Yap, Irgi Kayottama Lorrain. Tapi jiwa asli dari dunia ini, bukan jiwa penulis yang terdampar ke dalam novel seperti Irgi yang mati 6 tahun yang lalu.
Semasa hidup, Irgi saling berkomunikasi dengan Kenzo dan akhirnya mereka tau kenapa jiwa mereka bisa seperti tertukar.
Tapi Kenzo sudah cukup nyaman berada di tubuh barunya. Hidup tanpa sakit jantung bawaan, oleh karenanya ia menerima apa adanya tubuh ini meskipun dilimpahi segudang tanggung jawab sebagai keturunan Lorrain, dan juga Darmawan.
Lalu dimana Kenzo yang sebenarnya?
Jiwa Kenzo sudah lama mati karena kecelakaan hebat yang diakibatkan tabrakan beruntun, juga karena sabotase musuh. Ia yang menghindari kecelakaan justru terperosok ke jurang dan mati. Tapi beruntungnya ada jiwa lain yang menempati tubuhnya dan hidup sampai sekarang.
Tentu saja Lorrain bersyukur putranya kembali, tapi tuan Darmawan tidak pernah tau kalau putranya sudah pergi. Yang ia tau, putranya masih hidup sampai sekarang.
"Oke, Kenzo.. gue, gue gak tau kalo gak ada lo gue harus gimana. Karna, gue gak siap dibawa mereka padahal gue tau kejadian itu pasti akan terjadi."
Pria itu terkekeh. "Kamu seperti berbicara dengan orang lain."
Gadis itu tertawa canggung.
"Hidup kamu dulu memang digariskan oleh penulis, tapi kamu tau, sekarang kamu bisa membuat jalanmu sendiri."
Meda tersenyum dan mengangguk.
"Jadi, jangan takut membuat langkah. Tidak ada yang akan campur tangan dengan kehidupanmu, selain mereka yang iri denganmu."
Pria itu tau banyak tentang kehidupannya, bukan karena dia adalah orang yang dikenalnya dulu.