11. Harga Sebuah Kata Maaf

1.7K 319 28
                                    


Aku bersandar lesu sambil duduk berselonjor di lantai, tepat di depan pintu kamar mandi kontrakan. Tiba-tiba saja tadi perutku mual sekali sampai membuatku terbangun dan muntah-muntah di kamar mandi.

"Kenapa, Av? Aku denger ada suara muntah-muntah," tanya Awan. Dia berdiri di ambang sekat antara kamar dengan dapur sambil mengucek mata.

Sebagai gambaran, tata letak kontrakan ini seperti umumnya kontrakan petak di Jakarta. Ruang depan, kamar, dan area belakang hanya disekat tembok tanpa pintu.

"Maaf ya, aku ngebangunin kamu."

Awan berjongkok di sampingku dan tersenyum dengan matanya yang masih menyipit. "Nggak apa-apa. Jagoannya Papa pagi-pagi mau bangunin Mama buat salat subuh ya?" Awan berkata di dekat perutku.

"Jagoan? Yakin banget bakal cowok. Kan masih dua minggu lagi baru bisa USG lihat jenis kelamin." Tak ayal, aku pun tersenyum atas kelakuan calon Papa satu ini.

"Ya udah deh, mau jagoan atau jagowati, mana aja boleh. Yang penting jangan sampe di antara keduanya aja," canda Awan. Aku mendorong bahunya pelan. Niatnya ingin mendorong dengan keras, tetapi energiku habis. Padahal masih subuh, tapi rasanya lemas sekali.

"Sembarangan aja kalo ngomong, nih." Aku mencubit kedua pipi Awan sampai dia meringis kesakitan.

(SEBAGIAN KONTEN DIHAPUS, baca kelanjutanya di KBM App dengan username ferisa_danes)

Sorry, Thank You, and Fall In Love Again (Wattys Winner 2022)Where stories live. Discover now