23. Trauma Kehilangan

1.7K 262 14
                                    

Rasanya tidak pantas bagi seorang wanita dewasa yang melakukan hubungan suami istri secara sadar, tetapi tidak mengharapkan kehamilan. Aku merasa seperti menjadi pengkhianat bagi pejuang garis dua. Padahal, di luar sana banyak pasangan yang mengharapkan momongan, tetapi tidak kunjung mendapatkannya.

Tanganku memegang alat tes kehamilan digital dengan gemetar. Perlahan tanganku makin lemas dan akhirnya alat tes itu jatuh ke lantai kamar mandi. Jantungku berdegup sangat kencang, tubuhku mulai dingin karena keringat. Dadaku juga kian terasa sesak. 

Aku mencoba menggapai wastafel, tetapi malah tergelincir dan membuat peralatan sikat gigi terjatuh dan gelas kacanya pecah karena menghantam lantai. Kakiku goyah dan sepertinya tulangku terasa lunak. Aku jatuh terduduk di lantai kamar mandi dengan kedua tangan menjambak rambut, meremas pipi, dan menekan tengkuk dengan gelisah.

Gimana ... gimana kalau aku nggak bisa jaga bayi ini lagi? Gimana kalau dia meninggal lagi kayak Najwan? Kenapa Engkau titipkan anak di saat aku belum mampu, Ya Allah? 

"Av, kamu nggak papa?" Awan membuka pintu kamar mandi yang tidak dikunci. Dia pasti mendengar gelas pecah itu karena sedari tadi Awan menunggu di depan pintu. Dia langsung merangkul dan membawaku keluar kamar mandi sambil menghindari pecahan kaca. 

Aku duduk di tepi kasur sambil menunduk dan kedua tangan menumpu di samping. Sementara Awan berlutut di lantai. Tangannya mengusap dan menggenggam tanganku. Tidak ada yang berbicara di antara kami. Aku juga yakin, Awan belum melihat hasil tesnya. 

Kenapa sih aku harus terus jadi beban buat Awan? Kenapa aku harus jadi istri yang nyusahin? Harusnya aku bisa bantu cari uang supaya utang ke kantor Awan segera lunas. 

Selama dua kali hamil, kandunganku memang rentan. Bahkan saat hamil Nayla, aku masih mual-mual sampai melahirkan. Di awal kehamilan bahkan harus tirah baring karena terlalu banyak gerak membuat flek keluar. 

Mungkin lebih baik kalau aku gugurin kandungan ini lalu bantu Awan kerja.

"Gimana hasilnya, Av?" tanya Awan akhirnya karena aku tidak kunjung bicara. 

Aku meneguk ludah dan menarik napas panjang sebelum menjawab. Apa aku harus bohong?

"Ne-negatif, Wan."

(SEBAGIAN KONTEN DIHAPUS, baca kelanjutanya di KBM App dengan username ferisa_danes)

Sorry, Thank You, and Fall In Love Again (Wattys Winner 2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang