LIMA

600 52 0
                                    

Boruto dan Sarada berhenti di tepi sungai. Membuat api unggun kecil disana, Boruto memilih duduk ditepi sungai dengan tenang. Sedangkan Sarada, gadis itu masih tak mengerti kenapa Boruto tiba-tiba mau membawanya? Bukankah tadi ia bilang kalau ia tak peduli soal siapapun?

"Minumlah dulu," ucap Boruto sambil memberikan sebotol air yang baru ia ambil dari sungai. "Tenang saja, ini tak beracun." Lanjutnya.

Boruto meneguk air didalam botol itu perlahan. "Lihat, tak terjadi apapun." Ucap Boruto. Sarada meraihnya.

Ia meminum air itu perlahan. Boruto kembali ke tempatnya, duduk sambil menyadarkan di batang pohon. Hingga suara Sarada memecah keheningan itu.

"Kau benar Boruto 'kan?" Tanya Sarada.

Boruto tersenyum miring. "Kudengar, kau menjadi Kunoichi terkuat, Sarada. Bukankah kau seharusnya merasakan chakra ku?" Tanya Boruto.

Sarada membenarkannya. "Ya tapi chakramu itu, seperti membuat tekanan yang berat bagi orang disekitarmu."

"Ya, begitulah." Balas Boruto.

Sarada mendengus kesal. "Kenapa kau memalsukan kematianmu?" Tanya Sarada.

Boruto meliriknya. "Aku memang sudah mati." Balas Boruto datar. Sarada mengernyit heran.

"Apa maksudmu?"

"Itu maksudku." Lagi. Kalimat Boruto sama sekali tak bisa dimengerti Sarada, gadis itu menghela napas panjang.

"Pakai lah kacamatamu dan jangan bilang pada semua orang kalau aku masih hidup." Titah Boruto dingin. Hawa disekitar Sarada serasa menusuk kulit gadis itu secara perlahan. Tekanan dari chakra Boruto membuat tubuh gadis itu terkadang menggigil. Namun, chakra itu juga hangat.

Laki-laki itu berdiri. "Kupikir kau sudah baik-baik saja, aku akan pergi sekarang." Ucap Boruto dingin. Sarada mendongak.

"Tunggu! Kita belum selesai berbicara, Boruto."

Boruto melirik sekilas. "Tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Kuperingatkan sekali lagi, jangan sebarkan rahasia ini, Sarada atau kau akan terbunuh oleh mereka." Ucap Boruto tajam. Setelah mengatakan itu, Boruto pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

"Boruto tunggu!" Teriak Sarada. "Mereka... siapa?"

Disisi lain, Kawaki mengamati Sarada bersama Boruto yang baru saja datang. Kedua laki-laki itu bersebelahan. "Terima kasih atas bantuanmu selama ini, Kawaki." Ucap Boruto datar.

"Tak masalah. Kenapa bukan kau saja yang menjaganya?" Balas Kawaki.

Boruto menoleh. "Akan berbahaya jika aku berada disisi nya. Itu sangat beresiko." Ujar Boruto. Kawaki mengangguk paham.

"Aku mengerti. Lalu kau akan kemana setelah ini?"

"Kemana saja, aku ingin meminta misi ringan pada Ayah." Ucap Boruto. "Aku akan kembali dua bulan lagi karena aku sudah berjanji pada Sasuke-san."

Kawaki mengangguk. "Berhati-hatilah, jaga dirimu."

"Iya. Tolong jaga semuanya, termasuk Sarada." Ujar Boruto. Kawaki tersenyum.

"Jangan khawatir."

"Aku pergi." Ucapan Boruto membuat Kawaki tersenyum. Boruto, ia selalu mengirimkan gagak milik Sasuke pada Kawaki diam-diam. Hanya untuk mengecek keadaan keluarga mereka, bahkan Sarada juga.

Kawaki tadi mendengar Sarada berteriak tapi saat ia sudah berada disana, Boruto sudah menggendong gadis itu. Mereka bertatapan, lalu Kawaki membiarkan Boruto membawanya.

Belum jauh Boruto pergi, dia dihadang oleh dua orang yang telah membuatnya selama ini kesal. Naruto dan Sasuke berdiri didepan Boruto dengan tegap. Boruto menatap tajam.

"Kebetulan sekali aku ingin meminta misi padamu, Ayah. Berikan misi ringan padaku." Ucap Boruto tanpa permisi.

Naruto terkikik pelan. "Bukankah lebih baik kita berbicara dahulu? Ya kan, Sasuke?" Ucap Naruto.

Sasuke mengangguk. "Itu tak ada salahnya juga." Balas Sasuke datar.

Boruto mendecih. "Aku tak ada waktu. Kubilang berikan aku misi!" Kesal Boruto.

"Akhir-akhir ini kau sangat ambisius sekali, ada apa denganmu?" Tanya Sasuke. Boruto mendengus.

"Bukan urusanmu, Sasuke-san." Balasnya datar. "Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, aku pergi." Ujar Boruto kemudian pergi meninggalkan Sasuke dan Naruto.

Naruto menghela napas. "Sasuke, apa yang kau lakukan padanya? Kenapa dia jadi menyebalkan seperti itu?" Tanya Naruto.

"Dari dulu, dia memang seperti itu."

"Tidak! Ini pasti ulahmu 'kan!? Dia malah menjadi sangat mirip denganmu." Pekik Naruto.

"Terserah kau saja."

"Lihat! Kalian mirip!" Kesal Naruto. Sasuke menggelengkan kepalanya.

"Aneh."

"Apa kau bilang!?"

"Kubilang kalau kau aneh, sangat aneh."

Naruto mendecih. "Lalu apa yang akan kau lakukan?" Tanya Naruto. Sasuke paham, ia harus mencari cara membawa Boruto kembali secepat mungkin. Cepat atau lambat, berita kalau Boruto masih hidup akan tersebar luas dan...

"Lebih baik Boruto pergi dari desa dan menjauhkan dari penduduk. Boruto meminta hal itu padaku." Balas Sasuke. "Tentu saja aku tak menyetujui hal itu." Lanjut Sasuke sebelum Naruto menyela ucapannya.

"Kita bawa saja Boruto di depan umum." Balas Naruto datar.

Sasuke menoleh. "Jika santai adalah ciri khasku, maka gegabah adalah ciri khas juga bagimu. Aku setuju tapi peperangan akan dimulai sebentar lagi." Balas Sasuke.

Naruto mengangguk. "Aku tahu." Naruto mengepalkan tangannya. "Ku mohon Boruto, jagalah dirimu..."

Sasuke menoleh ke arah yang Boruto lewati tadi. "Baiklah, apa yang akan kau lakukan kali ini, Boruto?" Gumam Sasuke.

Boruto melewati pepohonan yang besar. Ditemani suara jangkrik dan cahaya kunang-kunang. Rambutnya diterpa angin dengan perlahan. Ia sangat menyukai malam.

"Bunuh yang pantas dibunuh." Lirih Boruto.

***

HALO!!

APA KABAR SEMUANYA?

MOHON LIKE DAN COMMENTS YA!

THANK YOU 😍

This's Our Story : Why Don't You Miss Me? || UZUMAKI BORUTO & UCHIHA SARADAWhere stories live. Discover now