ENAM BELAS

929 56 7
                                    

Boruto menghela rambut Sarada yang menutupi wajah gadis itu. Matanya sembab, Boruto juga dapat mendengar deru napas Sarada yang menyapu di kulit paha nya. Ya, Sarada tertidur di pangkuannya setelah menangis tersedu-sedu. Boruto bahkan tak sanggup bergerak, ia takut akan membangunkan Sarada.

Naruto menenggadah ke atas, ia melihat matahari yang perlahan mulai muncul. Ia berdiri, lalu menoleh pada Boruto dan Sarada yang tengah tertidur. "Aku akan kembali terlebih dahulu, kau menyusul dan segera masuk ke ruanganku tepat waktu." Ujar Naruto. "Sebelum itu, antar Sarada kembali ke rumahnya, Sakura-chan pasti mengkhawatirkannya."

Boruto mengangguk. "Baiklah. Tapi... daripada Sakura-san, aku lebih takut pada Sasuke-san..." lirih Boruto sambil membayangkan segala kemungkinan yang terjadi. Naruto terkikik geli.

"Kalau begitu selamatkan dirimu sendiri karena aku takkan bisa menolongmu." Balas Naruto bercanda. Boruto hanya menghela napasnya pelan.

"Aku pergi dulu." Kemudian Naruto mulai menghilang dari pandangannya.

Boruto hanya memakai kaos putih polosnya karena jaketnya ia berikan kepada Sarada untuk menyelimuti gadis itu. "Kenapa pakaiannya seperti ini sih? Terbuka sekali." Gumam Boruto sambil menutupi tubuh Sarada dengan jaket miliknya. Gadis itu menggeliat pelan.

"Ngh Boruto..." gumam Sarada.

Boruto mengelus kepalanya. "Hm kenapa?"

Sarada memeluk tubuh Boruto erat, gadis itu masih belum bangun. Sednagkan Boruto berusaha menahan suara jantungnya agar tidak begitu keras.

Boruto sebenarnya tidak ingin kembali ke desa tapi karena perintah dari ayahnya yang notabene-nya sebagai seorang Hokage di Negara Api, membuatnya harus menuruti aturan yang ada. Kalau tidak, Boruto bisa dianggap sebagai pengkhianat dan bisa masuk ke dalam buku buronan Konoha. Itu yang ditakutkan Naruto sejak awal, ia tak ingin Boruto melalui jalan yang dilewati oleh Sasuke dulu.

Disisi lain, Boruto sudah tahu resikonya. Sasuke sudah memberikan banyak nasehat agar Boruto lebih bisa memilih mana yang benar dan salah. Namun, kalian tahu sendiri kalau Sasuke hanya menjelaskan dengan singkat dan tanpa penjelasan yang terperinci. Itulah ciri khas laki-laki itu.

"Sarada, bangun." Lirih Boruto sembari menepuk pipi Sarada pelan.

Sarada menggeliat pelan, ia membuka matanya perlahan. Ia menatap dua bola mata biru sedalam lautan di samudra. Gadis itu tersenyum tipis. "Aku senang." Ucap Sarada.

Boruto mengernyitkan dahinya. "Memangnya ada apa?"

"Karena ini bukan mimpi." Balas Sarada terkikik. Boruto tersenyum.

"Ah, kau benar. Ini bukan mimpi, Sarada."

"Ayo pulang!" Ajak Sarada berseru sambil berdiri.

Boruto memakai jaketnya. "Baiklah, ayo!" Tak berselang lama, mereka bergegas pulang ke Konoha. Hari itu mereka tertawa selama perjalanan pulang, suara burung yang berkicauan, awan yang berjalan perlahan dan terik matahari mulai terasa menusuk kulit. Sarada dan Boruto tersenyum satu sama lain.

Boruto meraih telapak tangan gadis itu dan menggenggamnya erat, seraya berkata, "Terima kasih, Sarada." Ucapnya tulus. Sarada mengangguk.

"Aku berterima kasih kembali padamu karena kau telah kembali, aku jadi tahu tujuanku." Balas Sarada lembut. Boruto tersenyum.

"Penyelidikan desa itu, apakah sudah dilakukan?" Tanya Sarada tiba-tiba.

Boruto menggedikan bahunya. "Sepertinya sudah, aku mendengar kericuhan di daerah utara sepuluh menit lalu. Aku mendengar suara Sai-san." Ujar Boruto.

Sarada terkejut. "Apa? Kenapa bisa kau mendengarnya?"

"Aku dan ayahmu kan sudah berkelana sejak lama, jadi aku juga berlatih pendengaranku walaupun jarak sejauh apapun, ancaman pasti datang." Jelas Boruto. "Latihan pendengaran lebih berat, terkadang kau juga bisa mati karena latihan itu."

"Memangnya Papa melakukan apa padamu?"

Boruto menghela napas. "Aku di lempar pedang Susano'o miliknya." Balas Boruto lesuh. Sarada tertawa terbahak-bahak.

"Aku serius tahu!" Seru Boruto merajuk. Sarada bertambah tertawa.

"Maaf tapi itu sangat lucu, Boruto..." balas Sarada disela tawanya. Boruto tersenyum tipis melihat tawa itu.

"Lalu kau bisa menangkisnya?"

"Hanya sekali dan itu membuatnya hancur. Setelah ratusan atau bahkan ribuan kali kami mencobanya, itu satu-satunya yang berhasil."

Mata Sarada membulat. "Hancur? Kau menangkisnya dengan apa?" Tanya Sarada.

"Tangan kananku,"

"Karma menyerap---"

"Tidak!" Potong Boruto cepat. "Justru pedang itu bersatu dengan Karma milikku, bukan menyerap. Kau bisa membedakannya kan?" Tanya Boruto. Sarada mengangguk.

"Tunggu, tapi bagaimana bisa?"

"Resonansi. Karma bersalah dari clan Otsutsuki dan Susano'o juga berasal dari Otsutsuki. Mereka adalah jutsu yang paling dekat dengan Rikudou Sennin. Oleh karena itu, penyatuan mereka sangat cepat, hebat dan tidak terlihat oleh mata. Kecuali ia memiliki byakugan." Ucap Boruto.

"Hima bisa melihatnya?" Tanya Sarada.

Boruto mengangguk. "Kupikir bisa karena ia telah melampaui Paman Neji kata Kak Hanabi. Hima bahkan bisa menjadi penerus klan Hyuga karena ia bisa menguasai Delapan Trigram Penghancur Gunung dan Delapan Trigram Seratus Dua Puluh Delapan Tapak saat umurnya 12 tahun." Jelas Boruto.

"Itu hebat... bukankah itu jutsu tingkat tinggi untuk anak sekelas genin seperti Hima?"

Boruto menggeleng. "Kupikir Hima akan membangkitkan sesuatu yang lebih menyeramkan, kami bahkan sangat takut hal itu terjadi." Ucap Boruto. "Himawari, lebih menakutkan dari apa yang terlihat. Kekuatan bertarung dan bertahannya di sebuah pertarungan bahkan setara dengan ANBU yang biasa melakukan rank S."

"Apa Nanadaime pernah memberikannya misi rank S?" Tanya Sarada.

Boruto menatap langit. "Dengan kekuatannya itu, Hima bisa melakukannya tapi Ayah takut terjadi apa-apa padanya. Oleh karena itu, Hima masih sering diberi misi Rank A." Ujarnya.

"Hima marah pada Ayahmu?"

Boruto menggeleng. "Tidak. Hima pikir kalau kekuatannya belum cukup untuk ke Rank S, makanya dia berlatih terus menerus dan menjadikannya seperti sosok yang sekarang." Ujarnya. "Kalau bijuu ada, mungkin Hima akan menjadi Jinchuriki nya."

"Kenapa kau mengatakan itu?"

"Kurama pernah dikalahkannya dulu, bahkan Shukaku ketakutan saat itu." Ujarnya.

Sarada tersenyum tipis. "Keluarga kita menakutkan ya?"

Boruto terkikik pelan. "Ah, sangat menakutkan."

***

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTS YA!

TERIMA KASIH 💗💗💗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This's Our Story : Why Don't You Miss Me? || UZUMAKI BORUTO & UCHIHA SARADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang