SEBELAS

503 46 6
                                    

Boruto kembali ke rumahnya, mengambil beberapa barang. Ia merindukan tempat tidurnya ini, kamarnya, suasana rumahnya yang hangat. Boruto sama sekali tak ingin membahayakan keluarganya lagi.

Ia menatap foto di meja kamarnya, terlihat fotonya bersama Mitsuki, Sarada dan Konohamaru. Boruto mengalihkan pandangannya. Memilih segera keluar dari rumahnya.

"Boruto."

Boruto menoleh. Melihat Kawaki tengah berdiri bersandar di pintu. "Kau akan pergi lagi?"

"Ah, benar." Balasnya cuek.

Kawaki menghela napas. "Bisakah kau tinggal saja? Kami sangat membutuhkanmu."

"Sejak kecil aku sudah menginginkan menjadi seperti Sasuke-san. Kau pun tahu itu, jadi aku akan tetap pergi." Ucap Boruto datar. Ia mengambil segelas air putih. Meneguknya perlahan.

"Ayah sedang sakit, Boruto. Bisakah kau disini?"

Boruto meliriknya. "Ada kau dan juga yang lain." Balasnya. "Bukannya aku tak mau tapi bisakah kau yang menggantikan aku?"

"Termasuk menggantikan posisimu di sisi Sarada juga?" Sindir Kawaki.

Boruto menatap tajam. "Terserah kau saja." Balas Boruto dingin. "Aku akan pergi."

Boruto membuka pintu rumahnya, memilih berjalan di atap rumah-rumah menuju gerbang desa.

Ia menatap seseorang yang sudah menunggunya disana. Boruto mengabaikannya.

"Boruto, tunggu!" Ujar Sarada. Gadis itu meraih pergelangan Boruto dengan lembut.

"Apa?"

"Bisakah aku ikut denganmu?"

Boruto menghempaskan tangannya. "Tidak." Balasnya kemudian berjalan keluar desa. Sarada masih terus mengikutinya di belakang.

"Sampai kapan kau akan mengikutiku? Kembali ke desa sekarang." Perintah Boruto.

Sarada menatap Boruto. "Aku ingin ikut, kumohon."

Boruto menghela napas. "Ambil dulu barang-barangmu, aku tunggu kau di warung udon di sebelah utara." Balas Boruto datar kemudian meneruskan perjalanannya.

"Aku sudah bawa kok!"

Boruto bergidik. Ia sebenarnya akan meninggalkan Sarada bersama dengan bunshinya di warung itu. Ia sama sekali tak mengingikan gadis itu ikut.

Merepotkan saja. Batin Boruto.

"Jangan ikut, aku ingin pergi sendiri."

Sarada menarik napasnya. "Aku ingin ikut denganmu, Boruto. Kumohon..." lirihnya.

"Tidak." Balas Boruto. "Terserah kau kalau ingin marah atau memukul diriku ratusan kalipun, aku takkan membawamu."

Buk

Boruto terpental jauh di sisi tebing. "Sialan..."

Sarada tersenyum penuh dengan kemenangan sedangkan Boruto berusaha berdiri dari tempat ia terjatuh dengan mudah. Wajahnya yang datar dan cuek membuat hati Sarada teriris. Musuhnya saja bahkan bisa langsung mati dengan pukulan seperti itu tetapi kenapa Boruto sama sekali tak memberikan reaksi apapun.

Boruto mengabaikan Sarada, berjalan menyusuri pepohonan dengan langkah santai. Seolah tahu, bahwa Sarada terkejut ketika melihatnya seperti ini.

Ini sudah cukup membahayakan nyawamu, Sarada. Aku akan pergi. Batin Boruto.

Grep

Mata Boruto membesar, ia merasakan sebuah tangan berada didepan dadanya kali ini. Chakra ini, Sarada. Ia tahu, laki-laki itu mengenal chakra ini selama belasan tahun lamanya.

This's Our Story : Why Don't You Miss Me? || UZUMAKI BORUTO & UCHIHA SARADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang