{14} OWT: 1979 END

852 103 101
                                    


Yuhuu update!
Gak usah tidur siang, nanti malemnya begadang wkwk. Canda...

Btw, aku lagi nulis goodbye love versi 2. Tapi sama sekali gak uwu, agak menguras emosi. Apalagi emosi shipper vsoo....


.





Janji gak angry sama endingnya?😔☝️














"Unnie! Aku penasaran!"

Karina mengangkat tangannya keatas, membiarkan sang adik melompat-lompat untuk mendapatkan novel yang ia dapat dari sang ibu.

"Unniee!" Rengek gadis kecil berumur 6 tahun yang bernama Jeon Kyujin.

"Kyujin, kau masih kecil. Tidak boleh membaca novel."

"Itu tidak adil. Aku akan mengadu pada Ayah!" Ancamnya yang sama sekali tidak membuat Karina takut.
Karina tetap mengangkat tangannya keatas dan Kyujin terus berteriak meminta novelnya. Teriakan Kyujin membuat pelayan pribadinya langsung mendatanginya dan berusaha menenangkan Kyujin.

"Nona Kyujin. Nona belum dapat membaca buku itu. Bagaimana kalau Nona jalan-jalan bersama Tuan besar?" Ujar sang pelayan, merayu Kyujin.

"Ayah ada disini?" Tanya Kyujin dengan mata berbinar. Seketika kyujin melupakan novel yang ingin ia ambil dari tangan kakaknya.

"Iya, ayah nona sudah kembali. Bagaimana jika nona bertemu dengan ayah nona terlebih dahulu?"

Kyujin memekik heboh terlampau senang mendengar ayah yang sangat ia sayangi sudah pulang dari luar negeri. Kyujin langsung berlari keluar dan berteriak heboh memanggil ayahnya, tak lupa pelayan pribadinya yang mengikutinya dari belakang.

Karina bernafas lega saat melihat adik bungsunya telah pergi. Kini hanya tinggal ia sendirian di kamar besar ini, bersama buku novel yang ibunya berikan.

Setelah mendengar cerita dari sang ibu seminggu yang lalu, membuat Karina sedikit menjaga jarak dengan ayahnya. Karina tidak menyangka jika ayahnya membunuh teman-teman ibunya dengan kejam. Ayah yang selalu ia banggakan, yang selalu ia sebut malaikat ternyata tidak sebaik itu. Ya, ayahnya memang malaikat. Malaikat pencabut nyawa.

Terlepas dari masa lalu, ayahnya memang sosok yang baik dan hebat di mata anak-anaknya. Meski tidak sering berada dirumah, ayahnya selalu memberi kejutan kepadanya dan saudarinya. Ayahnya sangat romantis, terutama kepada ibunya. Namun karina tahu, ibunya selalu berpura-pura bahagia di depan anak-anaknya. Berpura-pura mencintai ayahnya di depan karina dan adik-adiknya, agar mereka tidak sedih.


***

"Kapan kau melahirkan anak laki-laki untukku? Lihat lah Lisa, dia bisa melahirkan anak laki-laki untukku, sedangkan kau? selalu melahirkan anak perempuan!"

Pria yang kini berstatus sebagai suami Kim Jisoo sedang mengeluh karena dirinya tidak dapat melahirkan anak laki-laki.

"Mungkin aku di takdirkan untuk memiliki anak perempuan saja. Lagi pula kau sudah mempunyai seorang putra dari istri kedua mu, apa itu masih kurang?" Tanya Jisoo dengan santai. Berusaha tidak terpancing emosi karena pria itu selalu membahas masalah anak laki-laki.

"Tapi aku ingin memiliki anak laki-laki dengan mu!"

Jisoo harus bagaimana? Ia sudah berdoa, memakan segala obat yang katanya mampu memancing sperma bayi laki-laki, namun kenyataannya bayi yang ia lahirkan tetaplah perempuan. Jisoo sudah sangat bersyukur bayinya lahir dengan sehat, tidak peduli apakah bayi itu berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.

One Way Ticket (1979) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang