{8} OWT: 1979

452 100 34
                                    

"Ini semua informasi yang saya dapat, Tuan muda."

Jinyoung, selaku pengawal Jungkook memberikan data-data serta informasi mengenai Taehyung dan keluarganya.

"Dari yang kami dapat, ternyata Kim Taehyung adalah adik dari Kim Seokjin."

Jungkook melebarkan matanya dan menegakkan punggungnya untuk melihat data-data yang Jinyoung dapatkan.

"Adiknya Kim Seokjin? Laki-laki yang pernah di bunuh oleh ayah karena memiliki hubungan dengan Kak Irene?"

Jinyoung mengangguk, membenarkan ucapan Jungkook. Jinyoung juga tidak menyangka jika dunia sesempit ini. Tuannya bersahabat dengan musuh keluarganya sendiri.

Ya, meski Seokjin yang dibunuh karena memiliki hubungan dengan Nona Jeon Irene, tetap saja keluarga Jeon akan selamanya membenci keluarga Seokjin.

Jungkook tidak menyangka jika sahabatnya adalah musuh yang sebenarnya. Jika saja ia melapor kepada ayahnya mengenai hubungan Jisoo dan Taehyung, sudah dapat dipastikan Taehyung akan mengalami nasib yang sama seperti kakaknya.

Namun, Jungkook setidaknya masih memiliki hati untuk memberi Taehyung kesempatan agar meninggalkan Jisoo untuk dirinya.

"Jinyoung!"

"Iya, Tuan muda?"

"Siapkan baju yang pernah aku pakai saat makan malam bersama Jisoo."

Jinyoung memandang tuannya dengan penasaran. Namun ia tak berani banyak bertanya.

"Baik, Tuan."


***

"Bagaimana hubungan mu dengan, Jimin?" Jisoo, melepas jaketnya dan bertanya kepada Jennie yang tengah mengemil jajan miliknya.

"Hm, kami berdua baik-baik saja."

Jisoo tersenyum bangga. "Sudah kubilang jika semuanya akan baik-baik saja, tapi kau tidak percaya."

Jennie memutar bola matanya malas. "Iya-iya, aku hanya takut. Kau tahu sendiri keluarga Kim dan Jeon seperti apa."

"Tidak perlu takut dengan mereka, Jen. Semuanya akan berjalan dengan lancar, percaya padaku." Jisoo dengan bangga mengatakannya kepada Jennie.

"Ya ya, aku percaya pada mu."

***

"Kau mau bertemu dengan Jisoo?" Tanya Jimin ketika melihat Taehyung yang sudah rapi dengan kemeja biru mudah dan celana hitamnya.

"Iya, kau tidak bertemu dengan Jennie?"

Jimin menggeleng. "Kami sudah bertemu kemarin."

Taehyung mengangguk. "Kami sudah 2 hari tidak bertemu."

Jimin tersedak minumannya karena mendengar ucapan Taehyung. "Astaga, baru juga 2 hari." Jimin menaikan bibir sebelahnya dengan tatapan mengejek.

"Memangnya kau tidak merindukan Jennie jika beberapa hari terpisah dengannya?"

Jimin reflek menggeleng. "Tidak. Maksudku, aku mungkin rindu tapi tidak seperti kalian. Kalian baru bertemu 2 hari yang lalu, astaga."

Taehyung terkekeh kecil, "aku tidak tahu kenapa, tapi setiap berpisah dengannya aku selalu merindukannya."

Jimin menggeleng-geleng melihat sahabatnya yang sedang di mabuk asmara itu. "Kalian terlalu lebay. Lebih baik menikah saja. Aku khawatir jika kalian melakukan sesuatu yang melewati batas."

Taehyung mendelik tajam kearah Jimin. "Apa maksud mu?"

"Jangan kau hamili, Jisoo. Dia anak orang dan kau akan mati di bunuh ayahnya nanti." Ceplos Jimin membuat Taehyung melotot tajam. Bisa-bisanya otak kecil jimin berpikiran seperti itu.

"Aku bukan laki-laki brengsek! Tidak mungkin aku melakukan itu."

"Ya, ya. Aku hanya menasehati saja. Kulihat-lihat, Jisoo sangat mencintaimu. Dan sedikit agresif, huu mengerikan." Jimin mengusap kedua lengannya seolah merinding karena membicarakan Jisoo.

"Dasar kau!" Taehyung mendorong Jimin sedikit kuat hingga tubuh kecilnya terdorong kebelakang.

"Astaga, Taehyung! Sudah tahu aku mungil tapi kau masih saja suka mendorong ku." Portes Jimin, mengusap bagian dadanya karena terkejut akibat ulah Taehyung padanya.

Ceklek

"Woah, Jungkook!" Seru Jimin ketika Jungkook masuk kedalam kamar.

Taehyung tersenyum melihat sahabatnya yang akhir-akhir ini sering sekali pulang ke asrama, tidak seperti biasanya yang sering pulang kerumahnya.

"Taehyung, kau mau kemana?" Tanya Jungkook dengan tatapan meneliti pakaian Taehyung yang sangat rapi.

"Ah, aku—"

"Dia mau berkencan," sahut Jimin disertai kekehan kecil.

"Yaa! Kau ini!" Taehyung memukul Jimin menggunakan buku yang ada di dekatnya. Tanpa mereka tahu ekspresi Jungkook langsung berubah drastis.

"Jung, kau akan menginap disini kan?" Tanya Taehyung basa basi, untuk mengalihkan pembicaraan mengenai pacarnya.

Jungkook kembali memasang wajah manisnya. "Ya, aku akan sering menginap di asrama."

Jungkook berjalan mendekat kearah ranjangnya. Namun ketika ia lewat disamping Taehyung, Jungkook tiba-tiba memiliki ide.

"Akh, Taehyung maafkan aku!" Pekik Jungkook yang sengaja menumpahkan minuman yang ia bawa, sehingga mengenai kemeja dan celana yang dipakai Taehyung.

"Ah, ya ampun." Jimin ikut berdiri dan membantu Taehyung membersihkan bajunya.

"Taehyung, maaf aku tidak sengaja."

"Tidak apa Jungkook. Ini hanya air," balas Taehyung.

"Padahal kau akan pergi berkencan. Ah, bagaimana kalau kau memakai setelan baju dan celana milikku?" Tawar Jungkook.

Taehyung menggeleng. "Tidak usah."

"Tidak apa, Taehyung. Kita itu sahabat jadi harus saling membantu," kata Jungkook yang segera mengambil baju dari tasnya.

"Sudahlah Taehyung. Pakai saja bajunya Jungkook. Kalau kau sampai telat pasti Jis—eh, maksud ku pacarmu akan marah kan?"

Taehyung mengangguk pelan. Sebenarnya ia tidak mempermasalahkan jika Jimin menyebut nama Jisoo, namun masalahnya mereka sudah berjanji akan merahasiakan nama pasangannya.

"Pakailah baju ini Kim Taehyung." Jungkook memberikan baju setelannya kepada Taehyung.

Sejenak Taehyung terpukau dengan kemeja, Jas dan celana milik Jungkook. Sangat indah dan pasti sangat mahal.

"Jung, aku tid—"

"Pakailah. Tidak apa, jangan merasa tidak enak. Pakai saja!" Jungkook mendorong Taehyung masuk kedalam kamar mandi. "Cepat ganti baju, atau pacarmu akan marah."

Mendengar ucapan Jungkook yang seperti mengancamnya membuat Taehyung tertawa kecil. Ia bahagia karena memiliki sahabat yang sangat peduli dan baik hati kepadanya.

Namun, berbeda dengan isi hati Jungkook. Dengan perlahan ia akan memberi pelajaran bagi Jisoo dan juga Taehyung. Siapa suruh mempermainkan Jungkook seperti ini. Ia paling tidak suka orang yang berkhianat. Lihat saja nanti.











Meski pendek, yang penting tiap hari bisa up. Hehe
Jangan lupa vote n komen

One Way Ticket (1979) ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt