Part 19: Mother's Approval

3K 202 3
                                    

Keenan

"Tarisha pulang dulu, ya, Tante," pamit Tarisha sambil menyalami mama

"Hati-hati di jalan, ya," balas mama sambil tersenyum

"Kakak pulang dulu ya, Li," kali ini ia berpamitan pada adikku

"Take care, Kak," ujar adikku

"See you, Ken," terakhir ia berpamitan padaku sambil melambaikan tangan dari dalam taksi online yang dipesannya

"See you," balasku sambil melambaikan tangan

Tadinya aku berniat untuk mengantarnya pulang daripada harus naik taksi online sendirian malam-malam begini, tapi perempuan itu tetap kekeh tidak mau diantar. Dia menegaskan bahwa dia bisa pulang sendiri dan akan baik-baik saja dengan alasan bahwa pekerjaannya sudah terbiasa membuatnya pulang-pergi sendirian bahkan di subuh buta sekalipun. Selain itu, dia juga beralasan bahwa aku harus membantu mama dan adikku untuk membereskan sisa-sisa acara tadi mengingat kami memang tidak mempekerjakan ART di rumah.

Kami bertiga masuk rumah begitu taksi yang ditumpangi Tarisha tidak terlihat lagi. Suasana rumah yang tadinya ramai kini kembali hening seperti semula.

"Beresinnya besok aja ya, Ma? Capek, nih," ujarku sambil melirik kearah karpet-karpet dan beberapa kardus minuman yang masih berada di ruang tamu

"Ya, sekalian yang di belakang, ya," sahut mama merujuk pada tumpukan piring, gelas, sendok dan kawan-kawannya yang sudah menanti untuk dicuci

"Ma, Kak, Lily istirahat dulu, ya. Besok ada kelas full dari pagi sampai sore," ujar Lily sambil beranjak dari tempatnya

Ucapannya barusan membuatku terperangah. Bisa-bisanya dia mengatakan itu setelah diberi banyak "PR" untuk diselesaikan esok hari, alamat aku yang akan kerja rodi besok. Tidak mungkin, kan, aku meminta mama yang baru pulih untuk ikut membantu?

Tinggal aku dan mama berdua di ruang tamu, sepertinya ini saat yang tepat untuk memberitahu mama bahwa aku berniat untuk melamar Tarisha.

"Ma?" panggilku

"Apa?" sahut beliau

"Hm, itu.. ada yang mau Keenan omongin," ujarku yang mendadak jadi agak canggung untuk membicarakan ini

"Ngomong aja, Ken," balas mama

"Keenan mau melamar Tarisha, Ma," ujarku pelan sambil mengamati reaksi mama

"Jadi, cincin yang dipakai Tarisha itu pemberian kamu?" tanya mama sambil menatapku dengan tatapan menginterogasi

"Kok mama tahu soal cincin itu?" tanyaku

"Ya tahu lah, tadi waktu dia bantuin mama kelihatan itu cincinnya. Jadi, benar cincin itu dari kamu?" ujar mama

Aku mengangguk membenarkan pertanyaan beliau.

"Kamu sengaja kasih cincin itu dulu baru minta restu biar mama enggak bisa nolak?" selidik mama

"Astaghfirullah, enggak gitu, Ma. Bukannya mama sendiri yang bilang kalau mama akan merestui aku dan Tarisha kalau dia bisa berubah jadi lebih baik? Tadi, mama lihat sendiri, kan, Tarisha sudah jauh lebih baik. Jadi, Keenan pikir mama akan setuju," jelasku meluruskan kecurigaan mama

"Orangtuanya Tarisha gimana? Sudah tahu kamu mau melamar anaknya? Sudah minta izin sama mereka? Apa kata mereka?" cecar mama

"Keenan belum ketemu langsung sama orangtua Tarisha, sih, Ma--"

"Kasih cincin lamaran ke anak gadis orang tapi belum ketemu orangtuanya itu gimana ceritanya? Kamu sebagai laki-laki kalau mau melamar anak orang itu temui dulu orangtuanya, minta izin. Main kasih cincin aja," omel mama

"Ma, please, dengerin Keenan dulu," ujarku

"Orangtua Tarisha di Bali. Baik aku ataupun Tarisha masih belum sempat buat kesana, jadi kami putusin buat kasih kabar dan minta izin lewat telepon dulu. Tarisha udah ngehubungin orangtuanya dan mereka kasih izin. Berhubung mama yang paling dekat, jadi kami minta izin dulu ke mama baru setelah itu kami bakal cari waktu buat ke Bali ketemu sama orangtua Tarisha," aku menjelaskan

Mama menghela nafas, "Kamu yakin?"

"Yakin, Ma. Keenan udah pikirin ini baik-baik, ini waktu yang tepat buat Keenan bawa hubungan ini ke jenjang yang lebih serius," ujarku

"Bukan itu. Kamu yakin Tarisha udah beneran berubah? Keliatan agak aneh buat mama," kata mama sambil menatapku lekat-lekat

"Awalnya emang kerasa aneh buat Keenan, tapi setelah Keenan amati dua bulan ini Keenan makin yakin kalau Tarisha memang sudah berubah. That's why Keenan bawa Tarisha kesini hari ini, biar mama juga tahu kalau Tarisha sudah berubah," aku berusaha meyakinkan mama

"Mama memang belum yakin kalau Tarisha sudah benar-benar berubah. Sebagai orangtua, mama tentu ingin yang terbaik buat kamu. Tapi, bagaimanapun juga kamu yang akan menjalani ini dan apa yang mama anggap terbaik belum tentu terbaik buat kamu jalani. Kamu sudah dewasa, kamu lebih tahu mana yang terbaik buat diri kamu. Mama enggak bisa memaksakaan keinginan mama ke kamu, kalau kamu yakin ini yang terbaik buat kamu maka enggak ada yang bisa mama lakukan selain mendo'akan semoga kamu enggak salah membuat keputusan"

"So, it's a yes?"

Mama mengangguk. Jangan tanya bagaimana perasaanku, aku tidak bisa menahan diri untuk memeluk beliau. And that's what I do, I hug her tightly.

"Thank you, Ma. Thank you so much"

°•°

Keenan-Tarisha udah dapat lampu hijau nih :)

Anywayy...

Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin yaa. Mohon maaf kalau saya ada salah kata maupun perbuatan selama penulisan cerita ini^^

My Perfect Random ManWhere stories live. Discover now