Part 11 : Fed Up

3.7K 298 1
                                    

Keenan

"Ken?"

Aku menoleh dan mendapati Tarisha sedang menatapku curiga dengan alis menyatu.

"Ngapain kamu senyum-senyum sendiri?" tanyanya menginterogasi

"Barusan dapat kabar kalau mama udah boleh pulang," jawabku senang

"Dapat dari siapa?"

"Lily"

"Lily atau dokter itu?" sengitnya

"Maksud kamu?"

"Dokter yang periksa mama kamu waktu aku disana itu. Kamu dapat kabar dari dia, kan? Engga usah bohong deh!"

Aku menghela nafas dan menunjukkan pesan dari Lily padanya. "See? Aku ngga bohong, kan?"

Tarisha mendengus. "Oke, pesan itu memang dari adik kamu. Tapi bisa aja kan diam-diam kamu berhubungan sama dokter itu"

"Sha, bisa ngga sih kamu engga usah mikir yang aneh-aneh? Aku engga pernah berhubungan sama dokter itu. Trust me, okay?"

"Gimana aku engga mikir yang aneh-aneh kalau mama kamu aja lebih suka sama dokter itu daripada aku yang pacar anaknya? Aku yakin mama kamu pasti ngehasut kamu buat berhubungan sama dokter itu. Kamu aja yang engga sadar!"

"Cukup Tarisha!" aku membentaknya

Rekan-rekan kerjaku yang tadinya sibuk party kini beralih menjadi penonton pertengkaranku dengan Tarisha.

"Oh, kamu udah berani bentak aku ya sekarang?" sinisnya

"Iya, kenapa?! Selama ini aku udah berusaha ngerti dan sabar ngadepin kamu tapi apa balasannya, hah?! Kamu bahkan engga pernah mau percaya sama aku! Dan sekarang kamu malah seenaknya nuduh mama aku. Kelewatan kamu!"

Tarisha mendengus, "Apa kamu bilang? Engga pernah mau percaya? Gimana aku mau percaya kalau kamu aja--"

"Terserah! Aku cape sama kamu!" potongku lalu pergi meninggalkannya

Tarisha POV

"Ken! Aku belum selesai!"

Laki-laki itu tak menghiraukan ucapanku dan tetap pergi.

"Dia beneran marah sama lo," kata salah satu rekan kerjaku

"Mending lo siap-siap diputusin deh," timpal yang lain

Aku tertawa kecil, "Engga akan. Dia pasti bakal balik lagi ke gue, liat aja nanti"

"Are you sure?"

"I bet. Dia itu cinta mati sama gue. Udah yuk lanjut party aja!"

Kirana POV

"Kamu apa kabar, Rana? Lama engga ketemu ya"

"Kabar baik, Tante. Tante sendiri apa kabar?"

"Baik dong. Kalau engga ya engga mungkin kesini nganter menantu tante cek kehamilan," mantan calon ibu mertuaku itu tersenyum sumringah

Sementara aku hanya bisa tersenyum kecut.

"Oh ya, ngomong-ngomong kenapa kamu engga datang ke syukuran tujuh bulanan menantu saya? Shecyl teman kamu aja datang loh"

"Maaf ya, Tante. Saya ada operasi mendadak jadi engga bisa datang"

"Ada operasi mendadak atau belum move on dari Rico?"

What the fuck.

"Operasi mendadak, Tante"

"Oh, syukur deh kalau gitu. Soalnya kasian suami kamu kalau tahu kamu masih belum move on dari laki-laki lain"

"Saya masih sendiri, Tante"

"Oh ya? Ini udah empat tahun lebih sejak kamu putus sama Rico loh, Rana. Masa kamu belum menikah juga?" tanyanya merendahkan

Ucapannya menyentilku. Apa pernikahan itu lomba lari dan yang paling terakhir menikah adalah pecundang?

"Masih mau fokus sama karier dulu, Tan"

"Boleh aja sih fokus sama karier, tapi sayang aja kalau dokter cantik dan berbakat seperti kamu akhirnya jadi perawan tua," ujarnya dengan nada mengejek

"Kalau bukan gara-gara Tante, saya mungkin sudah menikah dengan Rico sekarang," ujarku dingin

Perempuan itu memicingkan matanya, "Maksud kamu?"

"Maksud saya jelas, Tante. Saya putus dari Rico dan dia nikah dengan perempuan lain itu gara-gara Tante paksa Rico buat cepetan nikah padahal Tante tahu waktu itu saya sedang lanjut studi dan engga mungkin berhenti gitu aja. Tante sengaja memanfaatkan situasi biar saya engga jadi nikah sama anak Tante karena Tante engga pernah mau saya jadi menantu Tante, iya kan?" ujarku emosi

"Kasar banget sih kamu. Untung  batal jadi menantu saya. Kamu putus sama anak saya itu bukan sepenuhnya salah saya. Itu salah kamu sendiri karena kamu egois!" dia berkilah

"Iya, saya memang egois. Tapi anak Tante sendiri bahkan engga mempermasalahkan itu! Udah deh Tante, Tante emang ngga pernah suka kan sama saya?"

"Saya bukannya engga suka sama kamu, tapi saya engga mau punya menantu dengan latar belakang yang engga jelas seperti kamu! Puas?!"


My Perfect Random ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang